Salin Artikel

Mustahil Membangun Jakarta Tanpa Menggusur

MEMBANGUN Jakarta itu artinya menambah hal-hal baru, sekaligus memperbaiki yang sudah ada. Dalam hal bangunan fisik, membangun Jakarta itu berarti membuat bangunan baru, juga memperbaiki bangunan fisik yang sudah ada.

Masalahnya, bangunan fisik di Jakarta itu banyak yang tidak benar. Banyak bangunan yang melanggar peraturan, atau tidak sesuai izin.

Apa yang harus dilakukan? Ubah atau bongkar. Banyak pula bangunan didirikan di atas lahan yang tidak sesuai peruntukan. Solusinya sama, bongkar.

Jakarta sudah puluhan tahun tumbuh liar. Begitu ada lahan kosong, orang mendirikan bangunan secara liar. Jangankan tanah kosong, yang bukan tanah kosong pun dipakai untuk bangunan. Banyak orang mendirikan gubuk di bahu jalan, trotoar, bahkan di atas badan jalan.

Ada pula yang membangun di bibir sungai, membuat sungai jadi sempit. Bahkan ada yang membangun di atas sungai. Sungai ditutup bagian atasnya, lalu di siti didirikan bangunan.

Padahal sungai ini tempat air mengalir. Ketika air tak bisa melewati sungai, maka air akan mengalir ke tempat-tempat lain, menimbulkan banjir.

Itulah antara lain yang ditemukan Gubernur Anies Baswedan di Jati Padang. Ia geleng-geleng melihat rumah-rumah dibangun di pinggir kali sampai di atas kali. (Baca: Anies Geleng-geleng Kepala Lihat Rumah Warga Caplok Bibir Kali Pulo)

Lalu, mau diapakan? Adakah cara menormalisasi sungai tanpa menggusur bangunan-bangunan itu? (Baca: Anies Bakal Tertibkan Bangunan Liar di Bantaran Sungai)

Menggusur bangunan-bangunan liar adalah keputusan logis dan benar. Itu juga yang harus dilakukan terhadap bedeng-bedeng liar yang dibangun di atas jalan kontrol sepanjang kanal banjir. Anies berjanji akan menggusurnya, entah sudah dilakukan atau belum.

Menggusur juga diperlukan ketika ada lahan milik perorangan atau lembaga yang hendak dipakai untuk keperluan umum, misalnya membangun jalan. Untuk membangun MRT Anies menegaskan harus ada bangunan yang digusur.

Tapi, bukankah Anies sendiri yang berjanji tidak akan menggusur? 

Mungkin waktu itu Anies belum tahu bahwa membangun itu termasuk juga menertibkan dan menggusur.

Kok bisa? Calon gubernur tidak tahu? Bisa saja.

Kemungkinan lain, Anies tahu, tapi ia sedang melakukan political marketing. Salah satu strategi marketing adalah dengan mencitrakan diri berbeda dengan produk lain. Ahok lawan Anies dulu banyak menggusur. Maka Anies membangun citra berbeda.

Etiskah itu? Itu politik.

Sulit bicara etika dalam politik praktis. Ketimbang menangisi politik yang tidak etis, saya lebih suka mengajak orang untuk berpikir cerdas, agar tidak tertipu oleh janji-janji yang tidak masuk akal dari politikus.

Jadi, Anies melanggar janji?

Ya. Anies pun tidak sendiri. Semua politikus melakukan itu, termasuk Presiden Joko Widodo.

Karena itu, ulah kalian para pendukung fanatik yang saling membagikan janji-janji politik konyol pihak lawan yang belum terlaksana, untuk ditertawakan, adalah ulah orang-orang bodoh. Siapapun yang kalian dukung pasti melanggar janji.

Bagi saya tak penting lagi janji-janji politik di masa kampanye. Lebih penting untuk bertindak rasional, membangun Jakarta.

Maka, langkah-langkah Anies untuk menggusur bangunan liar saya dukung. Sama seperti saya mendukung langkah Ahok dulu.

Syukur-syukur kalau Anies bisa melakukan komunikasi yang lebih baik, sehingga tidak menimbulkan gejolak besar.

Masalahnya, kapan tindakan itu dilaksanakan?

Sejak dilantik Anies sangat banyak berkata “akan”. Saya akan ini, saya akan itu.

Berbicara itu penting bagi seorang gubernur. Tapi bertindak lebih penting. Jangan sampai semua serba akan, sehingga orang mengenalnya sebagai Gubernur Akan Baswedan.

Selamat bekerja keras, Gubernur.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/12/15/20140191/mustahil-membangun-jakarta-tanpa-menggusur

Terkini Lainnya

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Megapolitan
Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Megapolitan
Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke