Perjalanan keduanya dimulai dari kampanye Sandiaga sejak 2015. Kala itu, Sandiaga menyatakan ambisinya untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta dari Partai Gerindra.
Namanya yang hanya dikenal di dunia usaha itu membuat Sandiaga kerja keras dengan bersosialisasi ke warga.
Kerja kerasnya membuat ia dipilih sebagai calon yang akan diusung Gerindra pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Meski survei menunjukkan elektabilitasnya masih rendah, Sandi cukup percaya diri. Ketika mengunjungi Balai Kota untuk menemui Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang masih menjabat sebagai Gubernur, Sandi menyebut Balai Kota sebagai kantor barunya pada 2017.
Hingga akhirnya, Sandiaga maju dalam pertempuran memperebutkan kursi nomor 1 di DKI. Namun, ia tidak maju sebagai calon gubernur, tetapi sebagai calon wakil gubernur.
Sandiaga mendampingi mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, yang digadang sebagai calon gubernur dari Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.
Dua partai yang berkoalisi itu mengumumkan Anies-Sandi sebagai calon yang mereka usung pada 23 September 2016, atau dua bulan setelah Anies dicopot Presiden Joko Widodo dari jabatan menteri.
Anies-Sandi kemudian resmi ditetapkan sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur pada 22 Oktober 2016.
Hingga awal 2017, keduanya berkampanye secara intensif dengan mengunjungi puluhan titik di Jakarta untuk merebut simpati warga. Keduanya juga bersaing sengit di panggung debat untuk adu program dengan calon lainnya, yakni Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Pada putaran pertama, perolehan suara Anies-Sandi menempati urutan kedua dengan persentase 39,95 persen.
Sementara itu, calon petahana, Ahok-Djarot, berada di posisi puncak dengan perolehan suara 42,99 persen, dan Agus-Sylvi gugur dengan suara 17,07 persen.
Hasil sejumlah lembaga survei menunjukkan keunggulan Anies-Sandi dibandingkan Ahok-Djarot. Namun, selisih elektabilitas kedua pasangan ini cukup tipis.
Hasil survei pun terbukti. Pada 19 April 2017, Anies-Sandi memenangkan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan perolehan suara 57,96 persen, sedangkan Ahok-Djarot kalah dengan perolehan suara 42,04 persen.
Selisih perolehan suara mereka terpaut jauh, yakni 15,92 persen. Kerja keras Anies-Sandi mengunjungi warga dengan dana kampanye mencapai Rp 77,9 dari uang pribadi Sandi itu mengantarkan keduanya sebagai pemenang.
KPU DKI Jakarta pun menetapkan Anies-Sandi sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih DKI Jakarta pada 5 Mei 2017.
Pertengahan 2017, keduanya menghabiskan waktu dengan bertemu warga meskipun tidak seintensif sebelum pemilihan.
Selain itu, keduanya sibuk dengan puluhan orang yang tergabung dalam tim pemenangannya untuk melakukan lobi-lobi dengan Pemprov DKI Jakarta yang kala itu berada di bawah kepemimpinan Djarot Saiful Hidayat.
Lobi-lobi agar program mereka diakomodasi itu diharapkan dapat membuat transisi Anies-Sandi ke Balai Kota menjadi mulus.
Anies-Sandi baru dilantik pada 16 Oktober 2017 sore di Istana oleh Presiden Joko Widodo. Mereka kemudian berpidato sebagai Gubernur-Wakil Gubernur pertama kalinya malam itu di Balai Kota.
Keduanya kini menghabiskan akhir 2017 dengan bekerja keras merealisasikan janji selama kampanye. Akankah janji mereka terwujud pada tahun-tahun mendatang?
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/12/31/19060031/2017-tahun-kemenangan-anies-sandi-