Banjir itu meliputi 141 RT dan 49 RW di 20 kelurahan pada 12 kecamatan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat.
"Ribuan rumah ikut terendam banjir," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam siaran resminya, Selasa (6/2/2018).
Dari jumlah 11.450 jiwa, 6.532 jiwa di antaranya sudah mengungsi di 31 titik yang tersebar di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
"Meskipun ada rumah yang terendam, banyak masyarakat yang tidak bersedia mengungsi dan memilih bertahan di lantai atas rumahnya," kata Sutopo.
Untuk Jakarta Timur, ada 2.632 jiwa pengungsi di 24 titik pengungsian yang terbagi di dua kecamatan, yakni kecamatan Jatinegara 1.057 jiwa dan Kecamatan Kramatjati sebanyak 1.575 jiwa.
Sedangkan Jakarta Selatan terdapat 3.900 jiwa di tujuh titik, yakni Kecamatan Pancoran 3.200 jiwa dengan empat titik pengungsian, dan Kecamatan Tebet tiga titik pengungsian dengan jumlah 700 jiwa.
"Bantuan logistik telah disalurkan kepada para pengungsi. Sampai saat ini secara umum penanganan berlangsung lancar," katanya.
Sutopo mengatakan, hingga pukuk 12.00 WIB, tinggi muka air di Katulampa dan Depok dalam posisi normal atau siaga 4, sedangkan di Manggarai siaga 3.
Kondisi banjir relatif cepat surut karena debit dari bagian hulu menurun dan tidak ada hujan lokal yang berintensitas tinggi.
Selain itu, normalisasi Sungai Ciliwung yang dilakukan sebelumnya juga membuat debit sungai menjadi lebih lancar mengalir. Aparat Pemda DKI Jakarta telah siaga di lapangan untuk mengantisipasi banjir, Pemprov DKI sendiri menyiagakan 450 unit pompa mobile dan stationer.
Masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor, dan puting beliung. Februari ada puncak musim hujan di wilayah Jawa dengan potensi ancaman banjir, longsor dan puting beliung yang makin meningkat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/06/17361251/11450-jiwa-terdampak-banjir-luapan-sungai-ciliwung