Mereka mengatakan, momen jelang Ramadhan biasanya penjualan meningkat dan mendapat keuntungan jauh lebih besar dibandingkan dengan hari biasa.
Salah satu pedagang baju koko, Ahmad, mengatakan, tahun ini merupakan tahun paling buruk sejak awal dia berdagang di Blok G. Ahmad mulai berjualan di Blok G sejak 1989.
Biasanya, menjelang bulan puasa, penjualan pakaian bisa naik hingga 30-40 persen, apalagi baju koko.
Namun, tahun ini, penjualan jauh menurun. Bahkan, Ahmad menutup sementara toko miliknya karena sepi pembeli.
"Ini tahun paling parah sejak saya jualan di sini. Enggak ada yang mau datang. Itu toko saya sengaja saya tutup, buat apa saya buka kalau enggak ada yang beli. Bikin tekor saja," ujar Ahmad kepada Kompas.com di Blok G Tanah Abang, Kamis (26/4/2018).
Ahmad menduga, sepinya pembeli disebabkan PKL yang kini berjualan di Jalan Jatibaru.
"Sebelum tenda (PKL Jatibaru) itu ada, pembeli mau naik kemari. Sekarang sudah parah, sekarang enggak ada pelaris," ujar Ahmad.
Selain lokasi Blok G yang kurang strategis, maraknya penjualan online juga diduga menjadi penyebab turunnya omzet pedagang.
Kondisi serupa dirasakan penjual sepatu, Tanu. Tanu mengatakan belum merasakan naiknya penjualan jelang puasa.
Padahal, kata Tanu, tren kenaikan penjualan setiap tahun pasti terjadi.
Sama seperti Ahmad, Tanu menduga, sepinya penjualan menjelang bulan puasa karena kini pembeli lebih memilih belanja di PKL Jatibaru.
"Biasanya pasti penjualan lebih tinggi, tetapi sekarang begini-begini saja. Itu lihat saja PKL di Tanah Abang (PKL Jatibaru), sudah ke sana semua, di sini sepi," ujar Tanu.
Soni, pedagang pakaian, juga mengeluhkan kondisi tersebut.
"Kalau ditanya jualan, ya, begini biasa-biasa saja, enggak ada yang beda kayak hari-hari biasa," ujar Soni.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/27/08325091/sepi-pembeli-pedagang-blok-g-ini-tutup-lapak-baju-koko-jelang-ramadhan