Koordinator aksi massa dari Jala PRT Lita Anggraeni mengatakan, ia dan teman-teman membawa dua pesan pada hari ini.
"Pertama, kita ingin ada perlindungan undang-undang pekerja rumah tangga. Kedua, kita semua mendukung pemerintah bagaimana caranya untuk menghindari diskriminasi aksi dan pelecehan seksual kepada para PRT (pekerja rumah tangga)," kata Lita kepada Kompas.com, Selasa.
Ia mengatakan, selama ini PRT tidak memiliki jaminan sosial. Mereka juga dilarang berserikat atau mengikuti kegiatan kelompok.
Dalam aksinya, mereka berteriak menyemangati diri dengan kalimat "Hidup pekerja rumah tangga'.
Menariknya, mereka membawa sejumlah atribut dapur, seperti serbet, panci, baskom, sapu, penggporengan, sutil, tampah, dan saringan.
Peserta aksi yang didominasi wanita tersebut juga membawa beberapa poster yang berisi tulisan terkait tuntutan mereka, seperti "Day off for domestic worker", "Majikan tidak sama dengan raja atau ratu", dan "Upah layak buruh di negeri merdeka."
"Itu semua kalimat memang yang ingin disampaikan. Sudah kita rapatkan, kita pilih agar tidak ada lagi diskriminasi," kata Lita.
Tak hanya itu, mereka menampilkan tarian dengan iringan musik pop-dance dari atas mobil komando.
Mereka melakukan tarian seperti kegiatan rumah tangga, misalnya menyapu, mengucek pakaian, dan bersolek.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/01/10094421/aksi-may-day-para-prt-goyang-kucek-baju-di-depan-pintu-monas