Sejak saat itu, dia melayani orang nomor satu di Jakarta, khususnya di Balai Kota.
Tugas Agus adalah menyediakan kopi dan teh untuk gubernur dan wakil gubernur di setiap rapat.
Tak heran, Agus mengetahui selera masing-masing gubernur dan wakil gubernur di setiap masa pemerintahan.
Namun, Agus merasa nasibnya kini seperti ironi.
Sebab statusnya sampai saat ini masih sebagai tenaga honorer.
"Ada sedihnya, kami melayani pimpinan, orang nomor 1 di DKI. Setiap ada pelantikan CPNS, kami yang setting tempatnya, kami yang kasih snack, tetapi dalam hati bertanya, kaminya sendiri kapan (diangkat PNS)?" ujar Agus di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (9/5/2018).
Tidak banyak yang dia harapkan pada usianya yang sudah memasuki kepala 4. Dia hanya berharap bisa diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Kami sangat berharap pimpinan sekarang memikirkan nasib kami yang memang sehari-hari melayani beliau," katanya.
Pekerja harian lepas (PHL) lainnya, Thomas Sedhar Edison, juga senasib dengan Agus.
Thomas sudah bertugas sejak tahun 2000.
Kata dia, banyak pegawai honorer di kelurahan yang sudah diangkat menjadi PNS.
Sementara honorer yang paling dekat dengan aktivitas gubernur justru belum diperhatikan.
"Kami cuma mengharapkan dapat NIP," kata Thomas.
"Jadi orang yang jauh kelihatan, orang yang ada di ujung mata malah enggak terlihat," tambahnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/23/05435381/mimpi-si-pembuat-kopi-gubernur-dki-yang-belum-terwujud