"Itu hanya bagian euforia masyarakat saja menyambut Ramadhan, apalagi di awal-awal kemarin. Sekarang pun sudah tidak lagi," kata Sri, Rabu (23/5/2018).
Sri menjelaskan, aktivitas itu sudah bertahun-tahun dilakukan warga yang juga rata-rata pedagang mainan anak di Pasar Gembrong.
Hal itu dilakukan warga bukan karena minimnya ruangan tempat ibadah.
"Tempat ibadah ada banyak, tapi kan saat awal itu pasti penuh. Lagi pula mereka juga ngga mau jauh-jauh dari lokasi toko dan tempat tinggalnya. Jadi mereka juga senang menggunakan JPO itu dan beribadah bersama," ujar Sri.
Selasa kemarin, sudah sedikit orang yang melakukan shalat tarawih di atas JPO itu. Hanya tujuh sampai delapan anak kecil yang masih melakuan slahat tarawih di sana. Hal itu berbeda dengan pada hari pertama dan kedua Ramadhan.
Camat Jatinegara Nasrudin Abu Bakar juga mengatakan hal serupa dengan Sri. Ia menjelaskan, kegiatan itu hanya dilakukan warga saat awal memasuki bulan puasa.
"Paling lama itu tiga empat hari, sekarang sudah hampir ngga ada lagi yang tarawih di sana," ujar dia.
Saat ditanya apa yang akan dilakukan ke depan agar warga tak lagi menggunakan JPO untuk beribadah. Nasrudin menjelaskan bahwa tarawih di atas JPO tak ada lagi tahun depan.
"Tahun depan sudah tidak lagi, habis lebaran nanti kawasan itu kena gusur proyek tol Becakayu. Jadi akan dibongkar semua," ucapnya.
Sebelumnya, seorang warga menggaku senang melalukan shalat tarawih di JPO karena hal tersebut sudah seperti tradisi dari tahun ke tahun.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/23/20323991/tarawih-di-jpo-pasar-gembrong-disebut-hanya-euforia-awal-ramadhan