Salin Artikel

Patung Pancoran dan Visi Dirgantara Soekarno

Patung setinggi 11 meter dengan tiang penyangga 27 meter menjadi saksi bisu sesaknya jalanan di sana.

Mungkin, tak banyak orang mengetahui nama asli patung tersebut. Kebanyakan orang menyebutnya Patung Pancoran. Padahal, nama aslinya adalah Patung Dirgantara.

"Disebut Patung Pancoran karena nama daerahnya Pancoran. Namanya penduduk, lebih gampang menyebut Patung Pancoran," ujar Sukardi, konservator dari Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta kepada Kompas.com, Senin (28/5/2018).

Visi dirgantara Soekarno

Pembuatan Patung Dirgantara pada 1964-1965 berkaitan erat dengan visi Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno soal dunia kedirgantaraan Indonesia.

Soekarno meminta sang pematung, Edhi Sunarso, membuat Patung Dirgantara untuk menghormati para pahlawan penerbang Indonesia.

"Kita memang belum bisa membuat pesawat terbang, tetapi kita punya pahlawan kedirgantaraan Indonesia yang gagah berani. Kalau Amerika dan Soviet bisa membanggakan dirinya karena punya industri pesawat, kita juga harus punya kebanggaan," ujar Soekarno kepada Edhi tahun 1964.

Ucapan Soekarno kepada Edhi itu ditulis dalam buku Konservasi Patung Dirgantara yang diterbitkan Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta pada 2015.

Edhi yang menyanggupi permintaan itu kemudian membuat dan mempresentasikan rancangan patung yang akan dibuatnya kepada Soekarno.

Patung Dirgantara rancangan Edhi menampilkan figur seorang lelaki berotot dengan sehelai kain terjuntai di bagian bahu yang seolah tertiup angin.

Ekspresi wajahnya keras, mulut mengatup, dan tatapan mata tajam menatap lurus ke depan. Gestur tubuhnya digambarkan melaju dan akan melesat menuju angkasa.

Soekarno menyetujui rancangan patung tersebut.

Namun, saat Edhi ingin menambah pesawat yang digenggam sosok tersebut, Soekarno menolaknya karena pesawat itu seperti mainan anak-anak.

"Yang ingin dibangun oleh Pak Soekarno itu bukan fisik si pesawat, tapi justru ingin mengekspresikan jiwa-jiwa bangsa kita," kata Sukardi.

Uang pribadi Soekarno

Pembuatan Patung Dirgantara melibatkan keluarga Arca Yogyakarta, perusahaan Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono, dan PN Hutama Karya dengan Soetami sebagai artitek pelaksana.

Patung Dirgantara dibuat dari bahan perunggu dengan bobot mencapai 11 ton, sementara pedestal atau tiang penyangganya berbahan beton.

Total biaya pembuatan Patung Dirgantara berkisar Rp 12 juta, di luar pembangunan tiang penyangga. Kurs rupiah saat itu sekitar Rp 250 per 1 dollar AS.

Pemerintah memberi uang muka Rp 5 juta, sementara Soekarno secara pribadi menyumbang Rp 1 juta. Sisanya, menjadi utang pemerintah.

Edhi kemudian mulai membuat Patung Dirgantara dengan uang tersebut dan modal sendiri hingga harus berutang kepada bank dan pemilik perunggu.

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 berimbas pada tertundanya pemasangan patung pada tiang penyangga.

Tiang penyangga dan potongan-potongan patung yang siap dirangkai pun mangkrak hingga akhirnya Soekarno kembali menanyakan nasib Patung Dirgantara pada 1970.

Edhi berterus terang bahwa dirinya kehabisan uang untuk memasang Patung Dirgantara. Utangnya pun belum terbayar dan rumahnya disegel.

Saat mendengar cerita Edhi, Soekarno memutuskan untuk menjual mobilnya. Uang hasil penjualan mobil sebesar Rp 1.750.000 diserahkan kepada Edhi untuk merampungkan pemasangan Patung Dirgantara.

Edhi lalu melanjutkan pekerjaannya.

Soekarno tak lihat hasil akhir

Soekarno dua kali memantau langsung pemasangan Patung Dirgantara, yakni pada pekan pertama pekerjaan berjalan dan April 1970. Kondisi Soekarno pada tahun 1970 itu sudah kurang sehat.

Pada Mei 1970, Edhi mendapat kabar Soekarno akan meninjau pemasangan patung untuk ketiga kalinya. Namun, hal itu batal karena kondisi kesehatan Soekarno terus menurun.

Soekarno tidak pernah melihat hasil akhir Patung Dirgantara yang dikerjakan Edhi.

Pada 21 Juni 1970, saat Edhi masih bekerja di puncak Patung Dirgantara, ia melihat iring-iringan mobil jenazah melintas di bawah.

Iring-iringan itu rupanya membawa jenazah Soekarno dari Wisma Yaso menuju pangkalan udara Halim Perdanakusuma yang akan diberangkatkan menuju Blitar.

Konservasi setelah puluhan tahun

Patung Dirgantara pertama kalinya dikonservasi pada 2014 setelah puluhan tahun selesai dibuat dan dipasang di ruang publik.

Sukardi menyampaikan, biaya konservasi Patung Pancoran berkisar Rp 500 jutaan. Konservasi dilakukan dengan membersihkan debu, polusi, karat, hingga pengawetan.

"Kami melakukan pengawetan dengan memberikan lapisan supaya polusi tidak langsung kontak dengan material (patung), tapi ada lapisan pelindungnya itu, semacam lapisan plastik," kata Sukardi.

Lapisan pelindung itu diperkirakan bisa bertahan lima tahun.

Pusat Konservasi Cagar Budaya DKI Jakarta melibatkan pemanjat tebing bersertifikasi untuk melakukan konservasi, mengingat tingginya Patung Dirgantara.

"Kami merekrut orang-orang yang punya sertifikasi panjat tebing. Jadi, tenaga ahli konservasi men-training dulu mereka yang akan naik ke atas. Kami mengendalikan dari bawah," ujar  Sukardi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/31/06282631/patung-pancoran-dan-visi-dirgantara-soekarno

Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke