Pola kerja dalam proyek hitung cepat ini mengutamakan kecepatan dan ketepatan untuk menghasilkan data yang mendekati data rekapitulasi resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) nantinya.
Oleh sebab itu, sistem kerja di Pusat Kendali Litbang Kompas yang terletak di lantai 3 gedung Kompas atau disebut "war room" (ruang perang) ini dibuat setaktis dan seefisien mungkin, termasuk dalam hal komunikasi.
Tim menggunakan bendera biru, merah, dan oranye untuk mengomunikasikan kendala dalam proses distribusi data.
Bendera disediakan untuk tim konfirmator yang nantinya akan menerima data dari interviewer yang berjaga di tempat pemungutan suara (TPS) yang mengalami kendala dalam sambungan telepon, sistem komputer, dan kendala teknis lainnya.
"Tim konfirmator ini kan banyak, jadi kalau ada kesulitan mereka akan angkat bendera. Di bagian ini ada tim IT, PIC peneliti, lalu ada tim admin yang akan siap membantu permasalahan dalam penginputan data teman-teman interviewer di lapangan," Koordinator Pusat Kendali Litbang Kompas Andreas Yoga.
Ia mengatakan, bendera akan memudahkan para konfirmator menyelesaikan kendalanya tanpa harus meninggalkan meja kerja sehingga waktu kerja lebih efisien.
"Kalau konfirmator butuh bolpoin saja, bisa mengangkat benderanya dan supporter akan sediakan," kata dia.
Yoga mengatakan, di war room Litbang Kompas disiagakan 25 orang bagian IT, 10 orang admin, 14 orang bagian media sosial, dan tiga orang yang bertugas mendokumentasikan kinerja tim.
"Sedangkan yang ada di ruangan ini ada 144 orang, konfirmator 120 orang, verifikator 12 orang, validator 12 orang. Satu konfirmator diberi beban 10 interviewer atau 10 TPS," kata Yoga.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/27/11584321/bendera-warna-warni-di-dapur-quick-count-litbang-kompas