Banyak warganet merasa pemasangan bendera dengan menggunakan bambu menunjukkan niat yang tidak sungguh-sungguh. Di pihak lain ada juga yang mengapresiasi inisiatif warga dalam menyemarakkan Asian Games 2018.
Rabu (18/7/2018) kemarin, Kompas.com menghubungi M Thamran, warga Penjaringan yang punya inisiatif memasang bendera-bendera negara peserta Asian Games di Jalan Raya Pluit Selatan, Jakarta Utara.
Ia mengatakan, pemasangan itu dilakukannya bersama teman-temannya selepas acara pawai obor pada hari Minggu lalu setelah mengantongi izin dari kelurahan dan kecamatan.
"Kami sudah menyampaikan ke Pak Lurah dan Pak Camat. Pak Camat dan Pak Lurah jawab, silakan saja Pak Thamran pasang saja selama tidak mengganggu lalu lintas," kata dia.
Thamran menuturkan, biaya pemasangan bendera-bendera itu berasal dari kantong pribadi warga. Setelah melakukan urunan, Thamran memperoleh uang sekitar Rp 1 juta untuk dibelikan bendera.
Bendera-bendera itu didapatnya di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Ia lalu membeli lima batang bambu seharga Rp 55.000 yang kemudian dibelah menjadi tiang-tiang berukuran kecil.
Thamran mengakui, dirinya sudah mendengar perdebatan di kalangan warganet mengenai penggunaan bambu sebagai tiang bendera.
Namun, ia tak mau ambil pusing soal itu. Baginya, yang penting ia sudah ikut berpartisipasi dalam memeriahkan Asian Games 2018.
"Banyak yang tegur kami kenapa enggak yang bagus. Saya jawab bahwa pakai bambu juga enggak masalah. Yang penting niat kami pertama walaupun saya ganti besi atau apa kalau tidak ada niat begitu percuma, Bang," ujar dia.
Objek Foto dan Sarana Belajar
Sementara itu, deretan bendera negara peserta Asian Games yang dipasang di kawasan Kali Besar, Jakarta Barat, menarik perhatian wisatan lokal.
Sejumlah turis domestik tampak berfoto dengan latar belakang bendera-bendera yang berwara-warni. Tidak sedikit pula yang membidik bendera-bendera itu dengan kamera profesional.
Sita, warga Kalibata, Jakarta Selatan, menjadikan bendera-bendera itu sebagai objek latihan foto untuk persiapan lomba fotografi yang hendak ia ikuti.
"Saya motret-motret itu di samping saya lagi latihan motret, karena itu warna-warni menarik sekali," kata Sita, yang berprofesi sebagai guru.
Sita menambahkan, bendera-bendera yang dipasang juga membuatnya dapat belajar mengenali negara-negara peserta Asian Games 2018.
"Sekaligus kita belajar juga mengenal bendera negara-negara Asia. Oh ini Singapora, ini Kuwait, itu UAE, jadi kita tahu juga negara apa yang ikut Asian Games," kata Sita.
Irwin seorang turis lokal lainnya juga punya pendapat serupa. Ia mengaku mendapat pengetahuan baru mengenai bendera-bendera negara Asia dalam kunjunganya ke Kali Besar.
"Bagus juga menandakan kalau sebentar lagi sudah Asian Games, buat edukasi juga kita jadi tahu pesertanya siapa saja," kata Irwin.
Ia menambahkan, tiang-tiang bendera itu sebaiknya dipasangi label nama negara pemilik bendera supaya memudahkan masyarakat dalam mengenali bendera-bendera yang ada.
"Kalau diberi label nama gitu kan kita jadi tahu bendera-bendera itu dari negara mana saja. Saya saja baru tahu kalau Nepal bentuk benderanya segitiga begitu," kata Irwin.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap, bendera-bendera yang dipasang secara sederhana dengan diikat di bambu itu dapat merangsang inisiatif warga lainnya dalam menyemarakkan Asian Games 2018 yang akan segera dimulai.
"Saya berharap, tiang bambu dan bendera sederhana inisiatif warga ini malah akan jadi inspirasi bagi warga kampung lainnya untuk mempercantik lingkungannya, menyambut tamu-tamu yang datang ke Jakarta yang ikut mereka rasakan sebagai rumah besar milik mereka," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/19/08004171/kontroversi-bendera-peserta-asian-games-diikat-di-bambu-dan-memo-gubernur