Salin Artikel

Warga Jakarta Sebentar Lagi Bisa Merasakan LRT

"Dalam waktu sebulan selama Asian Games ini kami coba, namanya uji coba terbatas, dan itu nanti penumpangnya pun terbatas karena ini kami concern terhadap safety juga," kata Dwi.

Kompas.com bersama sejumlah awak media berkesempatan menjajal LRT Jakarta dari Stasiun Velodrome di Rawamangun, Jakarta Timur, ke Stasiun Boulevard Utara di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Selama masa uji coba, kereta hanya berjalan mondar-mandir dari Stasiun Velodrome ke Stasiun Boulevard Utara.

Sejumlah stasiun yang lain, yaitu Stasiun Equestrian, Stasiun Pulomas, dan Stasiun Boulevard Selatan, masih dalam proses pengerjaan dan belum bisa digunakan.

Perjalanan terbilang cukup nyaman, tanpa ada gangguan. Waktu tempuh perjalanan bolak-balik sejauh kira-kira 8 kilometer sekitar 30 menit.

Kecepatan kereta selama masa uji coba ditetapkan 40 km per jam di trek lurus serta 25 km per jam saat berbelok dan hendak memasuki atau meninggalkan stasiun.

Direktur Utama LRT Jakarta Allan Tandiono mengatakan, angka itu ditetapkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan penumpang.

Adapun kecepatan masksimal yang bisa ditempuh kereta pabrikan Korea Selatan itu 80 km per jam.

"Pak Gubernur dan Dirut Jakpro selalu mengingatkan kami untuk hati-hati. Jangan ada faktor keamanan yang terlewat. Untuk memitigasi itu semua, kami berusaha memastikan semua aman dulu baru meningkatkan kecepatan," kata Allan.

Penyesuaian perilaku

Masa uji coba yang akan dilakukan selama satu bulan merupakan sarana penyesuaian operasional LRT dengan perilaku warga Jakarta yang akan menjadi penumpangnya. Allan mengatakan, operasional LRT diatur berstandar internasional yang dikhawatirkan tidak sesuai dengan perilaku warga Jakarta.

Salah satunya adalah waktu dibukanya pintu kereta yang hanya 30 detik serta laju eskalator yang diatur lebih cepat dibanding eskalator pada umumnya.

"Kalau di sana (luar negeri), kan sudah puluhan tahun ada transportasi bagus seperti ini, kalau kita kan masih belajar. Itulah gunanya uji operasi," kata Allan.

Masa uji coba juga digunakan untuk memperoleh "jam terbang" sebanyak 2.000 jam demi memenuhi Izin Usaha Prasarana Perkerataapian dari Kementerian Perhubungan.

Dwi menargetkan, angka tersebut bisa dicapai dalam waktu dua hingga tiga bulan. Namun, ia ingin agar angka itu bisa dicapai dalam waktu yang lebih cepat.

"Kalau misalnya sehari 10 jam aja 200 hari, 200 hari itu hampir setahun, harus kita percepatlah," kata Dwi.

Corporate Secretary Jakpro Hani Sumarno menambahkan, angka 2.000 jam tersebut mesti diperoleh supaya kereta LRT dinyatakan 100 persen layak beroperasi. Saat ini kelayakannya baru mencapa 91 persen.

"Sebuah fasilitas dinyatakan siap untuk sampai tahap uji coba ini, untuk operasional cukup sampai 91 persen dan ini sudah sesuai jadwal," kata dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/16/11440031/warga-jakarta-sebentar-lagi-bisa-merasakan-lrt

Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke