Salin Artikel

Keluarga Geram Mengetahui Iyan Dianiaya dengan Keji di Lapangan Banteng

JAKARTA, KOMPAScom - Ayah Ali Achmat Fiarmansyah alias Iyan, TB Herman Wijaya, tak terima anaknya dianiaya hingga mengalami lebam dan luka sundutan rokok di sejumlah bagian tubuh.

Herman mengatakan, ia merasa geram terhadap orang yang melakukan perbuatan itu kepada anaknya yang merupakan penderita epilepsi sejak kecil.

"Dia mungkin tidak (dendam), tapi saya. Itu karena saya yang membesarkan dia, saya tahu karakter dia. Saya marahi dia, iya, tapi saya enggak pernah pukuli dia seperti ini. Saya enggak ikhlas anak saya dipukuli begini," ujar Herman, saat ditemui di Mapolres Jakarta Pusat, Senin (20/8/2018).

Herman mengatakan, dirinya sangat terkejut dengan kondisi Iyan saat pulang ke rumah pada Sabtu (18/8/2018).

Herman mempertanyakan kondisi yang dialami Iyan kepada Sari, kakak Iyan, yang menjemput korban dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Jalan Kembangan Raya, Jakarta Barat.

Setelah diduga dianiaya oleh petugas pengamanan dalam Lapangan Banteng, Iyan dijemput dan dibawa oleh petugas Dinas Sosial ke panti tersebut.

Saat diperiksa, wajah Iyan mengalami lebam. Hidungnya patah, bahkan ada gumpalan darah di bola matanya.

Sejumlah bagian tubuh Iyan mengalami luka sudutan puntung rokok. Yang lebih membuat geram, kata Herman, ada bekas lelehan bakaran botol plastik yang diduga sengaja ditumpahkan di perut Iyan.

Ada pula luka seretan di punggung dan bekas borgol di kedua lengannya. Iyan di borgol di sebuah kursi di Lapangan Banteng, atas tuduhan mencuri.

Herman menyangsikan anaknya melakuan pencurian. Selama ini, lanjut Herman, Iyan merupakan pribadi yang baik.

Iyan memang kerap berjalan-jalan sendiri tanpa pengawasan. Namun, tidak pernah ada masalah yang ditimbulkan.

Terkait uang Rp 2,4 juta yang ditemukan di kantong celana Iyan, uang itu disebut hasil kerja kerasnya. Iyan kerap bekerja mengumpulkan dan menjual botol plastik, kardus.

Uang yang dia dapatkan ditabung dan tak pernah dia gunakan. Herman berharap, polisi segera menangkap pihak-pihak yang membuat Iyan menderita seperti saat ini.

"Ini membuat saya geram. Jangan lagi ada Iyan-Iyan yang kedua. Kalau misalnya dia dituduh maling dan ada barang buktinya, kami terima. Tapi, ini enggak ada, kok sampai segitunya. Saya minta diungkap," ujar Herman.

Iyan dianiaya di Lapangan Banteng, Sabtu pekan lalu. Keluarga mendapati Iyan berada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Jalan Kembangan Raya, Jakarta Barat.

Iyan tidak pulang ke rumah sejak Jumat (17/8/2018). Keluarga terkejut melihat kondisi Iyan yang memprihatinkan dengan luka lebam di wajah, dan luka sudutan puntung rokok di sekujur tubuh.

Keluarga Iyan telah melaporkan kejadian itu ke Polres Jakarta Pusat.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/20/16501941/keluarga-geram-mengetahui-iyan-dianiaya-dengan-keji-di-lapangan-banteng

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke