Salin Artikel

Penjual "Nasi Goreng Singkawang" Telah Berjualan Selama 30 Tahun

Dia adalah Amos (68) penjual nasi goreng dengan nama "resmi" Masakan Singkawang Kalimantan Barat.

Menu nasi goreng racikan Amos banyak diminati pembeli belakangan ini setelah keberadaannya viral di media sosial. Orang bahkan rela antre hinga dua jam atau lebih untuk merasakan nasi goreng racikannya.

Saat Kompas.com mendatangi gerobak nasi goreng Amos semalam, istrinya, Cut Moi yang berumur hampir sama dengan Amos, berdiri di samping Amos dan sibuk membantu membungkus pesanan para pembeli.

Gerobak nasi goreng Amos seperti gerobak nasi goreng di pinggir jalan pada umumnya. Ada nama gerobak, jenis makanan yang disajikan, serta harga makanan per porsi. Tempat yang dijadikan sebagai lapak juga tidak spesial.

Gerobak nasi goreng itu terletak di ruas Jalan Kepu Timur, Kemayoran, Jakarta Pusat yang biasa digunakan sebagai jalan alternatif.

Peralatan dan bumbu masakan yang digunakan juga biasa saja. Ada penggorengan yang terlihat sudah hitam karena digunakan. Ada bahan masakan seperti nasi, mie, sayur, ayam, dan udang.

Kompas.com menunggu lima jam untuk bisa mewawancari istri Amos, Cut Moi. Sejak pukul 17.00 hingga 21.00, keduanya sibuk melayani pelanggan.

Cut Moi mengatakan, ia sudah lebih dari 30 tahun berjualan nasi goreng bersama suaminya, Cut Moi berpindah-pindah tempat berjualan. Namun, semuanya di Jakarta Pusat.

"Sudah lama jualan, 30 tahun lebih. Dulu pindah-pindah, dulu lamanya di Kroya. Kalau enggak ya mau kerja apa," kata Cut Moi.

Ia bersama sang suami berjualan mulai Senin hingga Sabtu. Minggu merupakan hari libur bagi pasangan itu. Lapak mereka dibuka pukul 16.00 hingga pukul 21.00.

Dalam sehari, Cut Moi dan suaminya bisa menjual puluhan porsi masakan. Masakan yang dijual di gerobaknya tidak hanya nasi goreng, ada kwetiuew, capcay, dan mie goreng.

Cut Moi mengatakan, keberadaan gerobak mereka menjadi viral dua pekan belakangan ini, padahal mereka telah menempati lokasi dagang saat ini sekitar 8 bulan. Awalnya, pembeli yang datang terbilang normal. Tak ada antrean atau keramaian seperti yang terjadi saat ini.

Namun, seiring menyebarnya informasi di media sosial, pembeli yang datang mulai banyak, bahkan jumlahnya mencapai puluhan.

Agar pembelian berlangsung tertib, diberlakukan sistem antrean. Jumlah masakan yang bisa dibeli untuk satu nomor antrean juga dibatasi. Satu nomor antrean dibatasi hanya boleh beli empat porsi.

Sebelum ramai pembeli, jumlah porsi yang dibeli untuk satu orang bisa mencapai 20 porsi.

Kini mereka juga tidak lagi melayani pesanan via telepon. Cut Moi mengatakan, sejak keberadaan gerobak Singkawang viral, banyak permintaan pesanan yang masuk via telepon. Namun, karena begitu ramai, Cut Moi tak lagi melayani pesanan via telepon.

Dia mengatakan, ada ratusan panggilan telepon pesanan yang tak pernah diangkat oleh dirinya. Nomor telepon yang sebelumnya terpampang di gerobak, telah dihapus.

"Pusing saya, banyak telepon-telepon. Enggak ada diangkat, biarin aja," ujar Cut Moi.

Berdiri selama 5 jam

Ramainya pembeli membuat Cut Moi dan Amos harus berdiri selama lima jam untuk melayani pelanggan. Tak ada waktu bagi keduanya untuk duduk atau sekedar beristirahat sejenak.

Sebelum lapak dibuka, ada belasan orang yang telah menunggu. Pembeli terus berdatangan hingga malam hari bahkan ketika nasi goreng atau masakan lain telah habis.

Meski beridir lama, Cut Moi menilai hal tersebut biasa saja. Dia mengaku senang melakukannya karena sudah bagian dari hidupnya.

"He he he..., biasa aja sih. Capek ada, tapi enggak masalah," kata Cut Moi.

Cut Moi bersama Amos memiliki anak-anak yang cukup sering membantu mereka berjualan ketika malam hari.


https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/07/17464301/penjual-nasi-goreng-singkawang-telah-berjualan-selama-30-tahun

Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke