Kebijakan ini menyusul masih terjadinya tawuran dan aksi kekerasan yang melibatkan pelajar.
"Saya ingin masing-masing guru, sekolah, memetakan siswanya. Petakan anak kita semua. Periksa bawaan mereka secara periodik dan mendadak," kata Marullah saat memberikan arahan di Deklarasi Antitawuran di SMA Tarakanita 1, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2018).
Marullah mengatakan, guru harus mengetahui latar belakang, aktivitas, dan pergaulan siswanya.
Ia memastikan upaya pemetaan dan razia barang yang bakal sering digelar ini bukan bertujuan memata-matai siswa.
"Bukan untuk memata-matai, tetapi untuk menyelamatkan," ujar Marullah.
Marullah meminta data pemetaan dan hasil razia disampaikan langsung ke dirinya secara berkala.
Data ini nantinya akan jadi dasar perumusan kebijakan.
"Saya akan datang ke sekolah Bapak Ibu tanpa pemberitahuan. Belum tentu hari Senin, belum tentu pagi, saya tidak akan beritahu siapa-siapa," kata Marullah.
Deklarasi Antitawuran ini dihadiri kepala sekolah dan dua siswa SMA dan SMK di Jakarta Selatan yang berjumlah 223 sekolah.
Deklarasi digelar menyusul tawuran dengan satu pelajar tewas di Permata Hijau, Kebayoran Lama, 1 September 2018. Polisi menangkap 10 siswa SMAN 32 Jakarta yang terlibat dalam tawuran itu.
Tak lama kemudian, ada lagi aksi penyerangan terhadap siswa SMKN 29 yang menyebabkan satu siswa luka berat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/26/14221291/rawan-tawuran-sma-dan-smk-di-jaksel-bakal-sering-dirazia