Ia mengatakan, Aby mengalami luka di kaki dan kepala.
"Keadaan tetap stabil dari awal," kata Sumargono kepada wartawan, di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Senin.
Ia mengetahui kabar anaknya menjadi korban tsunami dari pemberitaan di televisi.
Kemudian, ia mencari tahu ke posko evakuasi di Pandeglang, Banten, dan diberi kabar anaknya telah dirujuk ke RSUD Tarakan untuk menjalani perawatan.
Ia baru berjumpa dengan Aby pada Minggu (23/12/2018).
"Kalau saya pribadi (tahu informasi tsunami) dari TV, kan, kurang lebih saya abis shalat malam. Abis itu saya enggak bisa tidur, saya enggak bisa tidur sampai detik ini jadinya," ujarnya.
Putra Sumargono merupakan anggota koperasi RSUD Tarakan dan telah izin untuk pergi ke Anyer sejak jauh-jauh hari.
Berdasarkan cerita Aby, tsunami yang menerjang Selat Sunda berlangsung mendadak tanpa peringatan.
"Mendadak saja seperti itu karena enggak ada imbauan sebelumnya. Jadi mereka tahunya, tiba-tiba air datang," kata Sumargono.
Selain Aby, terdapat 54 orang lainnya yang mengikuti acara koperasi RSUD Tarakan di Anyer.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di RSUD Tarakan, pihak rumah sakit meletakkan sebuah papan daftar korban luka-luka di teras Instalasi Gawat Darurat.
Dalam daftar tersebut tertulis sebanyak 41 orang korban luka dari karyawan dan keluarganya, serta 13 orang korban luka bukan karyawan RSUD Tarakan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/24/12043151/keluarga-sambangi-korban-tsunami-selat-sunda-di-rsud-tarakan