Mulanya, JMH diketahui mengalami luka lebam pada kakinya, Kamis (7/2/2019). Ayah JMH, M Sugih (43) mengira luka tersebut akibat digigit serangga. Namun, JMH mengaku luka tersebut akibat dicubit oleh gurunya berinisial HR (40).
"Pas diklarifikasi saya informasi, saya tanya anak saya pelan-pelan. 'Ini kenapa?' dia bilang ini dicubit sama pak HR. Karena anaknya berkebutuhan khusus. Anak saya bilang sudah sering begini," kata Sugih saat dikonfirmasi, Selasa (12/2/2019).
Untuk mengetahui penyebab kaki JMH terluka, Sugih membawa anaknya ke salah satu Rumah Sakit swasta. Hasil dari Rumah Sakit, diketahui luka JMH akibat terbentur benda tumpul.
Diduga karena tak bawa buku matematika
Lalu, pada Jumat (8/2/2019) Sugih mendatangi sekolah untuk meminta klarifikasi dan penjelasan terkait kejadian yang menimpa anaknya. Saat didatangi, pihak sekolah mengaku tidak pernah menggunakan kekerasan dalam mendidik murid-muridnya.
Kepada ayahnya, JMH mengaku dianiaya HR karena tidak membawa buku matematika. Sugih pun meminta pihak sekolah untuk mengakui dan meminta maaf kepada keluarganya. Namun sekolah menolak karena tidak merasa melakukan kekerasan pada JMH.
"Jadi gara-gara enggak bawa buku Matematika, saya bawa ke RS dia mau. Dapat lah hasil dari RS, benturan benda tumpul, merah-merah atau gimana tapi bukan visum," ujar Sugih.
Merasa tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, Sugih akhirnya melaporkan kejadian yang menimpa JMH ke pihak kepolisian pada Sabtu (9/2/2019). Kini kasus itu masih dalam proses penyelidikan pihak Polres Metro Bekasi Kota.
Diminta menulis cacatan harian
Sugih menjelaskan, JMH terakhir masuk sekolah pada Senin (11/12/2019). Usai itu, Sugih tidak ingin anaknya bersekolah di sekolah itu dan memutuskan untuk pindah sekolah.
Dia pun kaget saat pulang sekolah, JMH diminta pihak sekolah untuk menulis catatan harian mengenai kejadian yang menyakitkan fisik yang pernah dialami. Hal ini aneh bagi Sugih, sebab sebelumnya JMH tak pernah disuruh membuat catatan harian seperti itu.
"Sebelumnya enggak pernah ada. Setahu saya, biasanya kalau ada menuliskan agenda harian, hari ini misalnya dia (JMH) ngapain aja, cuma kemarin itu dia disuruh nulis kejadian yang menyakitkan fisik," kata Sugih.
Dalam catatan harian JMH, dia menulis bahwa pernah dipukul oleh teman sekelasnya, dicubit oleh ayahnya, dan lainnya.
Melihat hal ini, Sugih langsung telepon pihak sekolah dan menanyakan hal tersebut. Namun pihak sekolah mengaku hal itu hanya tugas biasa dan bukan hanya JMH yang ditugaskan untuk mengerjakan.
Pihak sekolah bantah aniaya JMH
Kepala SD Islam Al-Fajri, Siti Sjahrianti mengatakan, pihaknya membantah guru di sekolahnya yang berinsial HR telah menganiaya seorang siswa berkebutuhan khusus berinisial JMH.
"Hari Kamis (7/2/2019) itu juga jadi dia bercanda sama temannya kemudian terdorong di tangga jatuhnya enggak ini cuma belum stabil untuk berdiri dia terdorong di tangga dan terbentur anak tangga kakinya," kata Siti.
Hal itu berdasarkan keterangan dari teman JMH usai kejadian tersebut. Terkait tuduhan dianiaya karena tidak membawa buku Matematika, Siti menyatakan, pada hari Kamis itu tidak ada pelajaran Matematika. Jadi hal itu bertentangan dengan yang dituduh ayah JMH.
Sementara itu, HR (40) mengatakan, tuduhan terhadap dirinya sebagai pelaku diduga aniaya JMH merupakan fitnah keji.
Dia mengaku tidak pernah melakukan kekerasan dalam mendidik anak muridnya di kelas selama 15 tahun dirinya menjadi guru.
"Saya menyangkal (tuduhan), itu fitnah yang keji kalau menurut saya, saya di sini sudah 15 tahun, sejak 2005 saya mengajar di sini," kata HR.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/13/10363401/dugaan-penganiayaan-anak-berkebutuhan-khusus-di-bekasi-dan-bantahan-pihak