Sekitar delapan warga setempat menyaring bahan bakar solar dari tumpahan bensin kapal nelayan.
Caranya, mereka menyaring menggunakan sebuah kain atau busa yang diikat tali.
Fungsi penggunaan kain dan busa itu adalah sebagai media penyerap. Kain yang sudah diikat tali dilempar ke permukaan air laut yang sudah tertutup solar.
Setelah penuh dengan kandungan solar, selanjutnya kain diperas ke sebuah jeriken dengan corong.
Kemudian, kandungan solar dan air laut dipisahkan.
Salah satu warga, Refi mengatakan, mereka mengumpulkan saringan solar untuk didaur ulang kembali.
"Ini nanti didaur ulang lagi," kata Refi, di Muara Baru, Jakarta Utara, Minggu (25/2/2019) petang.
Refi bersama warga lain sudah mencari solar sejak Minggu pagi.
Dirinya sengaja menunggu kobaran api benar-benar padam untuk mencegah peristiwa yang tak diinginkan terjadi.
"Dari siang keluar, sudah dapat tiga jeriken nih," ujarnya.
Selain mendapatkan pundi-pundi uang, kegiatan yang dilakukan Refi dan kawan-kawan secara tidak langsung membantu penjernihan air laut dari pencemaran bahan bakar tersebut.
Meski volume pengurangan pencemaran tidak terlalu signifikan, lantaran mereka melakukannya secara manual.
Adapun, sebanyak 34 kapal hangus terbakar pada Sabtu pukul 15.19.
Api berhasil dipadamkan pada keesokan harinya pukul 06.20.
Kebakran disebut bermula dari pengelasan salah satu kapal.
Hembusan angin kencang menjadi penyebab kobaran api menyambar kapal-kapal di sampingnya.
Sebanyak 23 unit mobil pemadan kebakaran dan 3 unit fireboat diterjunkan untuk memadamkan kobaran api.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Untuk di Daur Ulang, Warga Berburu Solar di Lokasi Kebakaran Pelabuhan Maura Baru.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/25/22594171/warga-berburu-tumpahan-solar-di-lokasi-kebakaran-kapal-muara-baru