Hal ini berdampak bagi sejumlah pengemudi angkutan umum atau angkot di Kota Depok, Jawa Barat.
Pengemudi angkot D 110 Terminal Depok-Cinere, Jeje Suhendang mengatakan, penghasilannya menurun setelah kalah bersaing dengan transportasi online.
Biasanya, ia mendapatkan Rp 150.000 dalam sehari. Namun, sejak adanya transportasi online, ia hanya mendapat Rp 50.000 tiap harinya.
"Nih kami dapat Rp 270.000, buat setoran angkot Rp 120.000, buat uang bensin lagi Rp 100.000. Ya sudah sisanya baru buat saya palingan dapat Rp 50.000," ucap Jeje di Terminal Depok, Depok, Jawa Barat, Kamis (21/3/2019).
Berbeda dengan Jeje, Seto, pengemudi angkot D 112 Depok-Kampung Rambutan rela menutupi kekurangan uang setoran dengan uangnya pribadinya karena penumpang yang semakin sedikit.
"Pernah saya narik dari pagi sampai malam dapat penumpang sepuluh (orang) doang, alhasil mau tidak mau saya harus tambahin pakai uang saya pribadi," ujar Seto.
Bapak dua anak ini mengaku hanya bisa pasrah dengan adanya persaingan tersebut.
"Ya, pasrah saja mau gimana lagi, makan tidak makanlah ini. Palingan juga lama kelamaan angkot punah," ucapnya.
Pengemudi angkot lainnya, Ilham, merasakan yang sama.
Ia mengatakan, penumpang tetap sedikit, meski angkot sudah mengetem di stasiun.
Ilham harus mengetem hingga 30 menit untuk menunggu angkotnya penuh penumpang.
"Kadang harus menunggu lama biar angkotnya penuh dulu, tetapi, kadang penumpangnya tidak sabaran juga, jadi serba salah," ucap Ilham.
Ia berharap pemerintah membuat kebijakan agar angkot-angkot di Depok direvitalisasi.
"Ya, kalau angkot diperbarui, kan, membuat penumpangnya nyaman, sehingga tidak ada lagi yang beralih ke ojek online," tuturnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/21/16584171/curhat-sopir-angkot-penghasilan-berkurang-karena-ojek-online