Hal itu diawali ketika Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti me-retweet sebuah postingan yang memperlihatkan pendangkalan terjadi di sana pada Senin (10/6/2019) lalu.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi pada Senin, terlihat tinggi muka air berada di low water level dari waduk.
Juga terlihat sedimen lumpur yang membentuk pulau-pulau kecil di tengah-tengah waduk. Di atasnya tertutup tumpukan-tumpukan sampah.
Tumpukan sampah juga terlihat dari arah permukiman warga yang berbatasan langsung dengan area waduk.
Bau busuk tercium dari waduk tersebut, terutama ketika angin berhembus.
Kondisi serupa juga masih ditemui keesokan harinya pada Selasa (11/6/2019). Sedimen-sedimen lumpur di waduk itu makin banyak di lokasi waduk. Bau lumpur pun makin kuat tercium di sana.
Susi Ingatkan Pemprov Bersihkan Waduk
Pada Selasa siang, Susi kembali mengunggah postingan yang membahas mengenai kondisi Waduk Pluit melalui akun Twitter nya @susipudjiastuti.
Kali ini ia mengingatkan janji Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk membersihkan seluruh waduk yang ada di wilayah Jakarta.
"Kawan-kawan semua, berita di atas saya retweet untuk mengingatkan janji lomba saya dengan Pak Sandi Uno. Saya mau lomba dengan janji Pemda Provinsi Jakarta akan bersihkan waduk-waduk di Jakarta," tulis Susi dalam kicauannya di Twitter pada Selasa siang.
"Saya senang Waduk Sunter dibersihkan dan bersih. Tentunya anda juga senang kalau waduk-waduk lainnya juga bersih," lanjutnya.
Dalam lanjutan twitnya, Susi mengemukakan, dirinya tidak bermaksud untuk membuat polemik ataupun masalah politik ketika me-retweet gambar kondisi waduk pluit kemarin.
Ia mengatakan, saat dirinya berlomba renang di danau Sunter dengan Sandaiaga Uno ketika Sandiaga masih menjabat sebagai wakil gubernur DKI, danau tersebut dibersihkan sehingga cantik dan nyaman.
Setelah Sandiaga kalah dari Susi dalam perlombaan tersebut, Pemerintah Provinsi Jakarta kemudian berjanji akan membersihkan waduk-waduk lainnya di Jakarta.
"Ya saya ingin itu dilaksakan. So stop berantem dan menghujat," kata dia.
Tanggapan Pemprov DKI
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengatakan, pendangkalan yang terjadi di Waduk Pluit, Jakarta Utara memang sengaja dilakukan oleh pihaknya.
"Kondisi cuaca di DKI Jakarta beberapa hari belakangan yang diguyur hujan gerimis dan cuaca mendung, membuat Waduk Pluit harus segera dikosongkan sampai dengan air dalam kondisi Low Water Level," ujar Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Yusmada Faizal lewat keterabgan tertulisnya Selasa.
Permukaan sedimen yang terlihat saat ini adalah sedimen saat kondisi Low Water Level. Jarak tinggi muka air saat ini sampai dengan batas atas tanggul (Top Water Level) dijaga sekitar 4,9 meter, sehingga kapasitas waduk cukup besar untuk menampung air
Dengan melakukan pengerukan hingga tingkat Low Water Level ini, diharapkan Waduk Pluit dalam kondisi siap untuk menampung air ketika hujan datang maupun kiriman aliran sungai dari hulu.
Proses pengerukan inilah yang akhirnya memperlihatkan endapan lumpur di sebagian wilayah Waduk Pluit.
Yang kelihatan sedimennya itu sekitar sepertiga waduk. Yang lainnya sudah dikerjakan, sudah tebal airnya (dibandingkan sedimen)," kata dia.
Pengosongan Waduk Sudah Sesuai Prosedur
Kepala Seksi Pemeliharaan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum memastikan pengosongan Waduk Pluit sudah sesuai dengan prosedur.
"(Lapisan sedimen yang terlihat) itu hal yang wajar karena kita lagi tidak hujan. Ini cuacanya mendung dan sewaktu-waktu bisa hujan. SOP-nya, kita harus memaksimalkan waduk dalam kondisi kering," ujar Ika
Sembari mengosongkan waduk, pihaknya mengeruk sedimen yang ada agar kapasitas waduk cukup besar ketika harus menampung hujan.
Selain itu, pihaknya juga melakukan proses pengepokan terhadap lapisan sedimen yang dilaksanakan sejak akhir April.
"Kami sudah kerjakan (pengepokan) mulai akhir April. Oktober ditargetkan sudah selesai. Sedimen pun (terlihat hanya) di muaranya, dekat pompa ke arah laut," ujar Ika.
Namun, proses pemeliharaan Waduk Pluit melalui pengepokan sempat mengalami kendala karena masa libur lebaran dan musim kemarau.
Dengan wilayah waduk yang cukup luas, alat-alat yang digunakan untuk mengangkut hasil pengerukan juga tidak bisa langsung dibawa ke pinggir waduk.
Upaya pengepokan terus dilakukan agar dapat menampung air hingga berada pada ketinggian maksimal 3 meter (Top Water Level).
Di sisi lain, sepuluh pompa air yang terdapat di Waduk Pluit terus bekerja untuk mengalirkan air waduk ke laut dan menjaga permukaan air waduk di bawah 1,9 meter dari ketinggian normal, sehingga tinggi muka air dikondisikan dalam kondisi surut sebagai upaya persiapan musim hujan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/06/12/11272841/sorotan-menteri-susi-dan-kondisi-waduk-pluit-kini