Sebelumnya ada dugaan, kematian Aurellia terkait dengan pola pelatihan yang sedang dilakukannya sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendara Pusaka (Paskibaraka) Tangsel.
Kapolres Tangerang Selatan, AKBP Ferdy Irawan mengatakan, dengan adanya hasil tersebut, dapat dipastikan bahwa kematian Aurellia bukan karena tindak kekerasan.
"Berita yang selama ini kan seolah ada aksi terhadap Aurellia. Tetapi dari hasil penyelidikan dan tidak ada keterangan saksi bahwa ada tindakan kekerasan terhadap siswi yang menjadi anggota paskibraka," kata Ferdy di Polres Tangerang Selatan, Selasa (13/8).
Menurut Ferdy, luka lebam hanya terjadi pada bagian kepalan tangan Aurel. Luka lebam itu diduga karena adanya pola pelatihan peningkatan kedisiplinan seperti lari dan push up dengan tangan mengepal.
"Tindakan itu dalam rangka peningkatan disiplin dilakukan oleh pelatih dari Purna Paskibraka Indonesia (PPI). Dan tindakan itu secara bersama-sama," sambungnya.
Febry mengemukakan, pihaknya bekerja sama dengan pihak Wali Kota Tangsel, PPI, dan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) akan mengevaluasi latihan anggota paskibraka.
"Pada anggota paskib ke depannya sudah ada komitmen dari Wali Kota dan pelatih dari PPI untuk memperbaiki pola latihannya. Sehingga diharapkan jangan sampai terjadi beban berlebih bagi para peserta baik secara fisik atau lainnya," kata dia.
Aurellia meninggal pada masa pelatihan Paskibraka Tangsel untuk HUT RI 17 Agustus ini.
Berdasarkan keterangan orangtua, ada beberapa luka lebam pada bagian tubuh anaknya. Kondisi tersebut diduga karena pola latihan yang berlebihan seperti lari dengan membawa tiga kilogram pasir, serta tindakan lainnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/13/17370451/polisi-tak-temukan-tanda-kekerasan-pada-kematian-anggota-paskibraka