Lokasinya sangat jauh dari dua bandara yang ada di ibukota yakni Soekarno Hatta maupun Halim Perdana Kusuma.
Jika sekedar melintas, orang biasa tidak akan menduga bahwa itu adalah bangkai pesawat. Bentuknya hanya seperti tumpukan-tumpukan benda tak beraturan dalam ukuran yang sangat besar.
Lokasinya juga dikelilingi oleh tumpukan kontainer-kontainer yang seolah menyamarkan benda apa yang ada di baliknya.
Namun, saat mencoba menyelip di antara tumpukan benda-benda tersebut, barulah terlihat sebuah kapal terbang yang teronggok layaknya barang rongsok.
Yang pertama terlihat adalah lekukan-lekukan khas moncong pesawat terbang tapi sudah tinggal setengah. Di bagian atasnya terpasang kaca bening untuk pilot memandang.
Di balik moncong pesawat itu masih terpasang dua kemudi bagi pilot dan co-pilot, serta tuas untuk menerbangkan pesawat. Tetapi, semua alat navigasi seperti radar dan lain-lainnya sudah tak lagi di posisinya.
Sedikit menoleh ke samping, terlihat satu lagi moncong pesawat. Namun yang itu terlihat lebih utuh karena memang ukurannya lebih kecil dari moncong pesawat sebelumnya.
Pesawat itu berwarna biru putih dan di sisi sampingnya tergambar bendera Indonesia.
Di sana ada juga bagian-bagian lain yang biasa terlihat di pesawat seperti sayap, roda pendaratan, hingga kursi-kursi yang ada di dalamnya.
Ada juga bagian-bagian yang biasa tersembunyi seperti kabel-kabel, pipa, selang yang ukurannya sangat bervariasi.
Di antara tumpukan-tumpukan barang bagian pesawat tersebut saya bertemu dengan seorang pria bernama Pati (59). Ketika bertemu, ia tampak sibuk bermain media sosial di ponselnya.
Pati merupakan penjaga dari bangkai pesawat tersebut. Ia mengatakan belahan-belahan kapal itu milik bosnya dan akan segera dikirim ke negeri Cina.
"Ini pesawat maskapai Indonesia, mau dikirim ke Cina. Kayaknya mau dijadiin restoran gaya
Pesawat itu didapatkan bosnya Pati dari lelang resmi yang dilakukan oleh maskapai penerbangan. Biasanya, maskapai tersebut melelang bangkai pesawat yang sudah tidak layak terbang.
Setelah lelang dimenangkan, maka pesawat itu diangkat mesin-mesin dan alat navigasinya, lalu dibelah-belah hingga muat masuk dalam kontainer.
Pembelahan pesawat dilakukan di dalam bandara. Setelah dibelah hingga bisa dibawa, satu persatu bagian pesawat dikirim ke lokasi tersebut.
"Saya di sini tungguin aja, ngawasin, karena disini kan cuma penampungan," ucap Pati.
Apabila sudah semua bagian pesawat tiba di lokasi tersebut, bagian-bagian itu angkat dimasukan ke dalam kontainer dan dikirim menggunakan kapal Kargo.
Pati mengatakan, pesawat yang saat ini ada di sana adalah pesawat bekasi milik PT Garuda Indonesia. Satu dikirim dari Soekarno Hatta, satu dari Yogyakarta.
Tetapi, ia mengaku tidak tahu nominal yang dikeluarkan atau yang didapat bosnya dari hasil jual beli bangkai pesawat tersebut.
Mengawasi bangkai pesawat itu tergolong kerja gampang. Ia hanya perlu bergantian dengan seorang rekannya agar badan pesawat terjaga 24 jam.
Menurut Pati, tidak ada orang yang berminat mencuri bagian-bagian pesawat itu karena hanya terbuat dari aluminium sehingga kurang berharga.
Ia tidak mau menyebutkan secara pasti berapa yang ia dapat dari hasil menjaga bangkai pesawat tersebut.
"Ya UMR (Upah Minimum Regional) adalah," kata pria asal Yogyakarta tersebut.
Meski cukup menarik, masih jarang warga yang datang ke sana untuk berfoto-foto ria. Mungkin karena belum banyak orang yang tahu lokasi tersebut.
"Tapi ini ada terus kok, berjalan terus, sudah dikirim nanti ada lagi," ucap Pati.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/18/20263921/melihat-gudang-bangkai-pesawat-di-sudut-jakarta