Salin Artikel

Kilas Balik Banjir Jakarta 1996: Banjir Terburuk Tahun 1990-an yang Melumpuhkan Aktivitas Warga

Banjir memang kerap merendam wilayah Jakarta sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Banjir pada awal tahun juga pernah melumpuhkan Jakarta pada tahun 1996.

Catatan Harian Kompas tanggal 7 Januari 1996, bencana banjir merendam Ibu Kota.

Tercatat puluhan ribu rumah di Kelurahan Bidara Cina, Kampung Melayu, Bukit Duri, dan Kebon Baru terendam akibat meluapnya Sungai Ciliwung.

Selain itu, hujan yang turun secara terus menerus juga memperparah kondisi banjir di Jakarta.

Bahkan, banjir tahun 1996 disebut sebagai banjir terburuk sejak tahun 1987.

Banjir itu juga mengakibatkan satu mushola ambruk dan satu jembatan betok yang diperuntukkan untuk pejalan kaki, hanyut terbawa air.

Ketinggian air di wilayah Kampung Melayu mencapai 4 meter 35 sentimeter. Ketinggian air itu melebihi ketinggian banjir yang melanda Depok pada tahun 1987 dan 1993.

Menurut warga bernama Daeng Husein Umar yang tinggal di kelurahan Bidaracina kala itu, ketinggian banjir yang merendam wilayah itu pada tahun 1987 mencapai 2,8 meter, sedangkan pada tahun 1993 ketinggian air mencapai 3,5 meter.

"Tahun 1996 ini ketinggian air di Depok tercatat 4,35 meter. Ini betul-betul banjir terburuk," kata Husein Umar yang pernah menjabat Lurah Bidaracina (1986-1993) itu kepada Kompas.

Petaka banjir masih terus membayangi warga Ibu Kota pada 1996. Pasalnya, warga Jakarta harus rela diterjang banjir selama dua bulan berturut-turut.

Jika pada awal Januari 1996, banjir hanya merendam bantaran Sungai Ciliwung dan Banjir Kanal Barat, maka pada Februari 1996, banjir mendadak menerjang seluruh penjuru Jakarta.

Banjir Februari 1996 bahkan turut merendam Bandara Soekarno-Hatta, wilayah Grogol, Jatinegara, Petogokan, Petamburan, Karet Tengsin, Serdang, Sumur Batu, dan Gandaria Selatan.

Pada April 1996, Jakarta kembali terendam banjir akibat meluapnya Kali Cipinang dan Kali Pesanggrahan yang melintasi wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

Bahkan, banjir tersebut sempat melumpuhkan arus lalu lintas di depan Plaza Cipulir di samping Kali Pesanggrahan.

Catatan Harian Kompas tanggal 3 April 1996, banjir mengakibatkan kemacetan sepanjang 3 kilometer, mulai dari Jalan M Saidi hingga muara Jalan Panjang.

Semua kendaraan dari arah Kebayoran Lama menuju Ciledug terpaksa berbalik arah.

Polisi harus menerapkan rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan.

Sebagian orang yang terdampak banjir masih mempertanyakan mengapa luapan Sungai Ciliwung selalu merendam Jakarta, padahal pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk mengendalikan banjir?

Catatan Harian Kompas tahun 1996, wilayah DKI Jakarta adalah wilayah dataran rendah, sementara itu di bagian selatan Jakarta terbentang dataran tinggi Bogor-Puncak-Cianjur.

Kondisi geografis itulah yang menyebabkan wilayah DKI Jakarta selalu dikontrol oleh wilayah yang lebih tinggi.

Apabila kondisi hidrologi dan lingkungan wilayah dataran tinggi tersebut seimbang, artinya air hujan dapat terserap dengan baik ke dalam tanah, maka banjir tidak akan terjadi di Jakarta.

Sebaliknya, apabila kondisi penyerapan air tidak seimbang, maka banjir jelas akan merendam Jakarta.

Faktanya, air hujan yang turun di wilayah dataran tinggi dan Jakarta tidak terserap dengan baik, sehingga air hujan langsung meluncur ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.

Akibatnya, wilayah bantaran Sungai Ciliwung kewalahan menampung air hujan dan mengakibatkan banjir.

Sementara itu, ahli geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jan Sopaheluwakan seperti dikutip Harian Kompas tanggal 18 Januari 2013 mengatakan, banjir Jakarta tak akan bisa diselesaikan dengan sistem kanal. Alasannya, geologis Jakarta berbentuk cekungan.

Selain itu, kata Sopeheluwakan, kawasan utara Jakarta yakni Ancol dan Teluk Jakarta juga mengalami pengangkatan karena proses tektonik.

Sehingga, air dari 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta tidak bisa mengalir lancar ke laut.

Air tersebut akhirnya terperangkap di cekungan besar Jakarta yang menyebabkan banjir.

Ketiga belas sungai itu adalah Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Grogol, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Baru/Pasar Minggu, Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jatikramat, dan Kali Cakung.

”Itu sebabnya, Teluk Jakarta tidak bisa membentuk delta, seperti Delta Mahakam di Kalimantan. Endapan kasar yang dibawa sungai-sungai mengendap di cekungan Jakarta sehingga tidak sampai ke laut dan membentuk delta,” katanya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/15/18093821/kilas-balik-banjir-jakarta-1996-banjir-terburuk-tahun-1990-an-yang

Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke