Sejumlah warga yang ditemui Kompas.com menyatakan bahwa air masuk ke rumah dengan cepat, sejak hujan melanda sekira pukul 01.00 WIB.
Sekitar pukul 03.30 WIB, air mulai masuk ke dalam rumah, saat intensitas hujan semakin deras.
Pantauan Kompas.com, pada Selasa pagi, banjir yang sempat merendam hingga kedalaman sekitar semeter baru turun menjadi sekitar 70 cm.
Banyak anak-anak bermain di air banjir yang suhunya cukup dingin. Kondisi perumahan yang ada di wilayah cekungan membuat banjir sulit surut.
Yatin, salah satu warga RT 005 menyatakan bahwa banjir sudah langganan merendam rumahnya jika hujan turun dengan intensitas tinggi.
"Rumah saya seperut lah ya. Kalau belum lama juga waktu Tahun Baru seleher," ujar Yatin ditemui Kompas.com tengah duduk di jalan raya tepi kali yang posisinya lebih tinggi dari perumahannya, Selasa.
"Di pinggir kali saja tidak mengungsi, kayak begini saja bertahan di pinggir kali. Setiap hujan banjir," imbuhnya.
Gorong-gorong sempit
Hardjiman, Ketua RT 004/RW 008 Kampung Buaran Jaya, menyatakan bahwa banjir sudah langganan merendam perumahan warganya setiap hujan deras turun dalam tempo lebih dari 1 jam.
Gorong-gorong yang tak sanggup membuang kiriman air jadi penyebab banjir.
"Masalahnya ada di gorong-gorong sama pembuangannya. Kalau buangannya ada dua lubang, mungkin enggak banjir," ujar Hardjiman.
Hardjiman menyebut, kiriman air di gorong-gorong tersebut datang dari tiga penjuru. Namun, pembuangannya berada tepat di bawah Kampung Buaran Jaya.
Saluran pembuangan yang kurang dan telah menyempit menyebabkan air di kampung tersebut tak bisa mengalir.
"Kalau dulu ada dua lubang pembuangan. Mungkin sudah lama kali, sudah bertahun-tahun jadi lumpurnya banyak," ujar Hardjiman.
"Kalau gorong-gorongnya ditutup di kampung belakang (supaya air tidak mengalir ke Buaran Jaya), satpam kampung belakang akan banjir," imbuh pria yang mengaku telah bermukim di sana sejak 38 tahun silam.
Roy, warga RT 005/RW 008 Kampung Buaran Jaya menyebut, banjir gara-gara gorong-gorong yang tak sanggup membuang air itu mulai terjadi sejak 2017.
"Tapi kalau pembuangan gorong-gorong diperbesar, kampung ujung sananya akan banjir parah juga," kata Roy.
Banjir semenjak sawah jadi rumah dan pabrik
Hilangnya daerah tangkapan air juga menjadi alasan dibalik banjir yang melanda warga Kampung Buaran Jaya.
"Sebetulnya kan ini sebelumnya sawah irigasi. Sawah semua dulu. Kali di depan ini kan dulunya kali irigasi," jelas Hardjiman yang mengaku sudah bermukim di sana sejak 1982.
Selama 38 tahun, ia menyaksikan alih fungsi lahan yang mulanya berperan menangkap air berubah jadi beton, mulai dari perumahan hingga sejumlah pabrik yang berdiri tak jauh dari Kampung Buaran Jaya.
"Dulu mendingan. Yang sekarang jadi kantor kelurahan juga dulunya rawa. Dulu ada tempat-tempat yang bisa jadi penampungan air, sekarang sudah enggak punya," ujar dia.
"Dulu waktu masih belum banyak rumah mah enggak banjir. Sekarang kan sini rumah, sono pabrik, sini jalan raya, sono jalan kereta. Kepempet (terhimpit) kita. Makanya sekarang buat ngakalin (banjir), rumahnya tinggi-tinggi," Hardjiman menjelaskan.
Roy melontarkan pernyataan senada. Banjir besar mulai terjadi 2006-2007 ketika lahan tangkapan air menyusut.
Sebelumnya, seandainya hujan deras turun lebih dari sejam, permukiman mereka hanya akan digenangi air dengan kedalaman tak seberapa.
"Banjir dari dulu peraduan, antara gorong-gorong dan depan kali, tapi enggak parah karena masih ada resapan," jelas Roy.
"Tahun 2006-2007 mulai banjir-banjir gede. Dulunya cuma becek-becek luapan kecil dari kali (irigasi) depan," tutupnya.
Pabrik dan perumahan sangat kecil kemungkinannya dibongkar dan dikembalikan fungsi lahannya sebagai wilayah tangkapan air.
Roy dan Hardjiman hanya berharap, Pemerintah Kota Bekasi turun tangan buat memeriksa dan memperbaiki sistem gorong-gorong yang jadi biang kerok banjir setiap kali hujan deras turun.
"Harapannya perbaikan gorong-gorong. Soalnya di sana-sini kalau gorong-gorongnya ditutup kan enggak mau juga, pasti mereka ikut banjir," ujar Hardjiman.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/22/09033261/kampung-buaran-jaya-permukiman-di-bekasi-yang-rutin-banjir-jika-hujan