Apa masalahnya?
Ditemui Kompas.com di kantornya di Thamrin Residence pada Senin (3/2/2020), Bang Yos pun mengenang kembali polemik revitalisasi Monas di masanya dulu.
Bang Yos bercerita bahwa saat itu dia ingin menertibkan kawasan Monas dari pedagang kaki lima dan mobil-mobil yang parkir di sana. Dia lalu membuat kebijakan agar Monas dipagari.
Monas saat Bang Yos menjabat kerap difungsikan sebagai tempat parkir bus jemputan pegawai yang berkantor di sekitar jalan Medan Merdeka.
Bang Yos ingin mengembalikan Monas selain sebagai monumen bersejarah bangsa Indonesia, juga sebagai paru-paru kota.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mensterilkan Monas.
"Setiap kantor itu ada antar jemput pakai bus untuk pegawai, parkirnya itu di Monas lah Sopir itu nunggu penumpang jamnya off kan Istirahat dulu dengan cara motongin dahan-dahan dari pohon tidur," kata Bang Yos.
"Besok lagi sopir itu kan ke Monas lagi di tempat yang berbeda motong lagi dahan untuk tidur semua seperti itu yang pertama saya singkirkan adalah semua kendaraan di dalam Monas," sambung Bang Yos.
Kebijakan itu pun mendapat perlawanan dari berbagai instansi pemerintahan, termasuk TNI.
Bang Yos pun tidak menggubris penolakan tersebut, peraturan yang dibuatnya tetap berjalan.
"Tidak mudah, pasti ada perlawanan apalagi tentara pasti kan dalam hati dari dulu kita aman ini Gubernur ini macam-macam saja, saya juga tertibkan kendaraan bus yang parkir ada saja departemen-departemen merasa lebih tinggi posisinya dari gubernur, penolakan ada," kata Bang Yos.
Bang Yos pun berhasil membuat kendaraan tidak terparkir di Monas.
Pagari Monas
Upaya mengembalikan fungsi paru-paru kota tidak cukup mensterilkan Monas dari kendaraan.
Sutiyoso mengambil langkah atau gebrakan baru lagi dengan memagari sekeliling Monas, tujuannya agar seluruh kegiatan di Monas terkontrol.
Di samping itu, fungsi penghijauan lewat penanaman pohon dapat berjalan dengan lancar serta bebas dari ancaman pencurian.
"Bagaimana saya mau tertibkan kalau semua titik bisa dilewati? Langsung saya pagari kalau dipagar bukan berarti orang tidak bisa masuk. Di situ kan ada pintu saya sudah hitung ada 6 pintu untuk masuk itu yang kita awasi kalau itu siang sampai malam," kata bang Yos.
Belum usai juga, setelah memagarai sekeliling Monas Bang Yos pun menertibkan berbagai Pedagang Kali Lima (PKL) dan tentunya Pekerja Seks Komersial (PSK) yang kala itu masih ramai berada malam hari di Monas.
"Kalau malam itu semua PKL di seribuan. Nyoblos listrik di tenda listrik ya kan yang terjadi seperti itu, PSK semua ada di Monas, jual bakso ambil airnya dari air mancur situ, padahal kalau siang untuk mandi orang-orang di situ," kata Sutiyoso.
Bang Yos pun memindah pusat kuliner dan area parkir ke lapangan IRTI atau depan Kementerian BUMN dan Wisma Antara.
Kebijakan Bang Yos memindahkan PKL ini mendapat tentangan. Bahkan, Bang Yos menyebut para PKL ini dikerahkan oleh ormas untuk melawannya. Namun, dia tetap tak membatalkan penertiban itu.
Pemimpin harus tegas tapi bijak
Saat semua hal sudah dilakukan, Bang Yos sadar betul kebijakannya menuai kontroversi dan penolakan.
Namun, Bang Yos tetap pada pendirian untuk mengubah wajah Monas dari yang kumuh dan berpolusi menjadi hijau kembali.
"Lalu itu tadi di situlah pemimpin tegas tapi disertai bijakasana, tegas namun bijakasana," kata Bang Yos.
Namun, Bang Yos mengingatkan kembali bahwa revitalisasi Monas saat ini jangan sampai menghilangkan hakikat sesungguhnya dari Monas sebagai ruang terbuka hijau bagi Jakarta.
Dia mengaku sedih melihat banyak pohon yang dulu ditanam di masanya kini ditebang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/06/05300061/kisah-bang-yos-pagari-monas-dikritik-tni-hingga-dilawan-pkl-