Salin Artikel

3 Jam yang Mencekam bagi Ibunda Korban Percobaan Penculikan oleh Polisi Gadungan di Depok

A, putranya, semestinya sudah kembali ke rumah pada sekitar pukul 13.00 WIB kemarin. Namun, anak sulungnya itu tak kunjung pulang seusai mengumpulkan rapor di sekolahnya di dekat Taman Merdeka, Depok.

A pergi bersama rekannya, N.

"Jam 13.00 akhirnya saya memutuskan menelepon anak saya karena belum sampai rumah juga. Saya mau ingatkan, 'Bang, pulang, shalat'," ujar Ina kepada wartawan, Jumat, saat mengingat kembali awal mula ia tahu putranya dalam bahaya.

"Saya baru mencet, dia sudah telepon duluan," tambah dia.

Ditangkap "polisi"

Lewat telepon, anaknya memberi tahu bahwa dia dan temannya ditangkap polisi di dekat sekolah mereka.

Ina tentu saja merasa terkejut dan panik. Ia penasaran dan mencoba berbicara dengan polisi yang menangkap anaknya itu.

Namun, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Orang yag disebut sebagai polisi itu terkesan menghindar saat ditanya.

Beberapa jam kemudian memang ketahuan bahwa yang menangkap anaknya itu ternyata polisi gadungan.

Polisi gadungan berinisial I itu menuduh A dan N telah melanggar pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena nongkrong dengan teman-temannya saat keluar gerbang sekolah.

A dan N saat itu teperdaya karena I tampak memiliki stiker dan emblem polisi serta membawa handy talky (HT).

Namun, I kemudian diciduk polisi sungguhan di bilangan Jakarta Selatan dan segera diketahui niat bulusnya.

Kemarin, A dan N telah kembali ke rumah. Semalam, Ina sudah melapor ke polisi agar percobaan penculikan itu segera diusut oleh jajaran Polres Metro Depok.

Ina menolak tawaran menyelesaikan kasus itu secara kekeluargaan.

Bagi Ina, nyaris kehilangan anak sulung enam bulan usai ditinggal wafat suaminya pada Desember 2019 membuat dunianya seakan runtuh.

Ia pun mengisahkan ulang percakapannya ketika A menjelaskan alasannya tak kunjung tiba di rumah kemarin.

Ada yang tak beres

"Kenapa belum pulang, Bang?" tanya Ina.

"Aku ditangkap," jawab A.

"Sama siapa? Kasus apa?" timpal Ina.

Tiba-tiba, suara di telepon berubah. Pelaku mengambil alih perbincangan.

"Iya, Bu. Ini anaknya jadi saksi soalnya melanggar PSBB karena berkerumun. Tenang saja, tidak akan diapa-apain," kata I, si pelaku.

Ina segera meminta nomor ponsel polisi tersebut serta bukti foto bahwa A sedang diperiksa. Ia merasa ada yang kurang beres.

Namun, pelaku yang saat itu tengah membonceng A dan N di jalan raya menolak permintaan itu dengan nada terburu-buru. 

"Jagain, ya, Pak!" ucap Ina.

30 menit kekalutan

Setelah itu tidak ada kabar apa pun dari putranya itu. Ina berinisiatif menghubunginya lagi.

"Abang di mana?"

"Masih di jalan," kata A.

"Menuju mana?"

"Markas... ke Jakarta Pusat," jawab A.

"Kok Jakarta Pusat? Ini kan wilayah Depok. Enggak bisa! Mana orangnya, sini izin dulu sama saya," tegas Ina.

Ina lalu meminta A membuat status minta pertolongan melalui WhatsApp-nya.

Telepon kembali diambil alih pelaku. Berulang kali pelaku membujuk Ina agar tidak perlu gusar, memintanya tenang. Ia mengklaim bahwa A akan "dikembalikan" tanpa "diapa-apakan". A dan N hanya akan diperiksa sebagai saksi.

"Saya bilang ke dia (pelaku), 'Balikin! Bapaknya baru meninggal, saya enggak mau kehilangan siapa-siapa lagi!'" ujar Ina.

"Udah meninggi suara saya," lanjutnya.

Selama 30 menit, ponsel A masih terus tersambung, tetapi tanpa percakapan. Ponsel itu rupanya sudah direbut oleh pelaku.

Sementara adik A di rumah mencoba untuk mencari pertolongan via akun Facebook almarhum ayahnya, serta melacak pergerakan ponsel A melalui internet.

Setelah itu, sambungan telepon A terputus. Ina merasa cemas dan takut mencekam. Ia sempat gemetar hebat dan mengaku tak sadarkan diri beberapa sesaat.

"Saya kepikiran dia diculik, dibunuh. Kehilangan dia... saya enggak siap," tutur Ina di hadapan wartawan siang tadi.

Kabar baik

Sempat ada sambungan telepon ketiga yang disebut berasal dari seorang polisi betulan di Jakarta Selatan.

Namun, karena kesadaran Ina belum pulih, sambungan telepon diambil alih oleh tetangga Ina yang juga seorang polisi.

Ketika Ina sudah benar-benar pulih kesadarannya, adik A berhasil melacak posisi kakaknya di Mapolsek Kebayoran Lama.

"Setelah itu saya video call. Ternyata benar, anak saya lagi di Polsek Kebayoran Lama," kata Ina.

A menceritakan apa yang terjadi pada momen itu. Ia berujar, saat itu keadaan terasa serba membingungkan baginya dan N.

Polisi (gadungan) yang menangkapnya bermasalah dengan polisi lain di Kompleks Sespima Polri Ciputat.

Pelaku rupanya sengaja membawa A dan N ke lokasi polisi agar alibinya saat menculik keduanya tak dicurigai.

"Di tujuan, ada dua polisi yang seperti kaget karena kami boncengan bertiga. Kami diberhentikan, tapi tetap lanjut jalan, polisinya lari. Pelaku pun berhenti," ujar A, Jumat siang.

"Saya dijauhkan dari pelaku. Saya disuruh menghubungi ibu saya. Ibu sempat enggak percaya kalau yang meminta itu polisi beneran."

Saat itu sudah sekitar pukul 15.00 WIB atau tiga jam setelah A memberi kabar bahwa dia ditangkap.

Setelah melalui berbagai proses permintaan keterangan oleh polisi, kasus ini akhirnya dilimpahkan ke Polres Depok.

"Di situ saya baru tahu, itu polisi gadungan," ungkap A.

Polisi saat ini masih menggali keterangan dan mencari alat bukti serta menelusuri motif I di balik upaya penculikan itu.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/15/18044341/3-jam-yang-mencekam-bagi-ibunda-korban-percobaan-penculikan-oleh-polisi

Terkini Lainnya

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke