Salin Artikel

Ayah Korban Pencabulan Pejabat Gereja di Depok: Anak Saya Dicabuli 4 Kali

Demikian Guntur (bukan nama sebenarnya), sedang bercerita mengenai suatu momen pertemuan antara ia sebagai orangtua korban, difasilitasi sejumlah pejabat Gereja Herkulanus, dengan SPM di Ciawi, Bogor, pada 6 Juni 2020.

Guntur mengaku nyaris tak kuasa menahan amuknya terhadap SPM kala itu.

“Saya sampai keluar ruangan itu, karena saya ngeri saya pukul dia, saya apain dia, dan akhirnya bisa berbalik ke saya. Saya sampai keluar, saya masuk kamar mandi, seperti orang gila saya teriak,” kata dia ketika berbincang dengan Kompas.com, Minggu (12/7/2020).

SPM saat itu sudah dilaporkan ke Polres Metro Depok atas dugaan pencabulan terhadap anak-anak di kegiatan misdinar Gereja Herkulanus, di mana ia berperan sebagai pembina kegiatan tersebut.

Namun, SPM belum ditahan polisi hari itu. Pihak korban dan tim investigasi internal gereja belum punya cukup bukti untuk mengirimnya ke sel tahanan waktu itu.

Mekanisme perundangan di Indonesia yang belum berpihak pada korban kekerasan seksual, memaksa pihak korban mencari cara agar dapat menemukan barang bukti kasus kekerasan seksual. Padahal, tidak mudah menemukan barang bukti untuk kasus semacam itu.

Pertemuan Guntur dengan SPM di Ciawi, di mana SPM akhirnya mengakui bahwa ia pernah mencabuli 11 anak yang ia bina di kegiatan misdinar, akhirnya menjadi salah satu barang bukti untuk disodorkan ke kepolisian.

“Saya mau pelaku dihukum berat,” ucap Guntur.

Pengakuan

Pelaporan SPM oleh Guntur menjadi gerbang bagi terkuaknya kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh SPM terhadap anak-anak di kegiatan misdinar yang ia bina di Gereja Herkulanus, bahkan sejak awal 2000-an.

Guntur tidak begitu saja tahu mengenai kasus yang menimpa anaknya. Seorang eks misdinar di gereja tersebut lah, orang yang pertama kali mencium gelagat tak beres SPM terhadap anak Guntur.

Eks misdinar tersebut menitip pesan kepada salah satu orangtua anggota misdinar, agar memberitahu Guntur, jangan-jangan anaknya diperlakukan tak senonoh oleh SPM.

“Dia curiga sebetulnya sudah lama, tapi tidak menyangka sampai sejauh itu. Dia curiga, pelaku ini suka memangku anak-anak. Anak saya lebih (terlihat) sering bersama dengan pelaku,” ungkapnya.

22 Mei 2020. Guntur merintis jalan dengan menanyakan beberapa hal untuk menyinggung kemungkinan anaknya dicabuli oleh SPM. Sulit sekali mengemukakan pertanyaan jenis untuk anaknya yang berusia 13 tahun.

Sungguh bukan pertanyaan yang mudah. Istrinya dapat peran bicara empat mata dengan anaknya. Guntur percaya, anaknya akan lebih terbuka terhadap bundanya.

“Pertama, pengakuannya dipegang beberapa kali kemaluannya. Kami sudah syok di situ. Kami diam dulu tidak berani tanya yang lebih panjang,” ujar Guntur.

“Sejam lebih, ia ternyata mengaku dioral kemaluannya, oleh pelaku, beberapa kali,” tambahnya.

“Saya stop di situ. Saya tidak berani tanya lagi. Saya takut anak saya down atau bagaimana.”

Guntur mengaku tak bisa tidur malam itu. Dadanya serasa ditiban beban yang tak pernah ia sangka sebelumnya.

Keesokan hari, anaknya kembali membuat pengakuan kepada ayah dan bundanya.

“Ternyata dia dipaksa lagi (oleh pelaku). Kemaluan pelaku ditempelkan ke kemaluan anak saya. Itu dilakukan pelaku sampai klimaks,” ujar Guntur.

Tiga pengakuan dari anaknya dalam tempo tak sampai berapa lama itu tak ubahnya peluru yang ditembakkan bertubi-tubi dan bersarang telak di kepalanya.

Guntur mengaku, sejak itu, ia mengalami depresi setiap kali lamunan mengantarnya pada kebejatan SPM, tersangka predator seksual anak itu, terhadap anaknya.

Ia bilang, kerapkali ia berteriak-teriak tak keruan di tengah malam ketika tengah menunaikan pekerjaannya sebagai sopir pengantar barang. Guntur tak kuasa membayangkan detik-detik saat anaknya diperlakukan kurang ajar bukan hanya sekali, melainkan lebih dari tiga kali, oleh pejabat senior gereja itu.

Akal bulus, teror, sampai chat porno

Insiden pencabulan oleh SPM terhadap anak Guntur terjadi dalam rentang tiga bulan, diawali sejak Januari 2020 ketika SPM mulai menyentuh-nyentuh kemaluan korban, hingga pertengahan Maret 2020.

Kuasa hukum korban, Azas Tigor Nainggolan menduga bahwa SPM melancarkan aksi-aksi permulaan secara halus agar korbannya tidak berontak atau bahkan tak merasa sebagai korban ketika dicabuli.

Guntur bilang, modus halus SPM dilakukan dengan membentuk “tim informasi” di dalam internal kegiatan misdinar, beranggotakan tiga anak. Anak Guntur, sialnya, sengaja dipilih sebagai ketua tim.

“Sehingga anak saya ini mau tidak mau harus selalu berhubungan dan mengadakan rapat dengan dia (SPM). Saya tanya anak saya, kenapa bisa kamu terus (yang diincar)? Dia jawab, ‘sesudah selesai rapat, yang dua disuruh keluar ruangan’. Anak saya mau ikut dengan mereka, tetapi ditahan oleh dia dengan alasan di suruh merapi-rapikan perpustakaan,” ungkap Guntur.

Perpustakaan di lantai dua gedung Gereja Herkulanus selalu jadi lokasi pencabulan yang dilakukan oleh SPM terhadap anak Guntur. Korban-korban lain dicabuli di tempat-tempat lain. Ada yang di rumah atau mobil SPM, bahkan ada pula, menurut Guntur, yang dicabuli di rumahnya sendiri.

Ditinggal seruangan berdua dengan SPM di perpustakaan yang letaknya di penjuru lantai dua, anak Guntur seperti terjerumus di jalan buntu. Kuldesak. Dia tak bisa lari ke mana-mana.

Setelah mengusir halus dua anak lain, SPM disebut selalu mengunci pintu dan menyimpan kuncinya. Pintu tersebut terbuat dari bahan kayu, tanpa sedikit pun kaca. Ruangan tersebut kedap suara. Memekik sekuat apa pun dari dalam perpustakaan, lengkingannya hanya terdengar sayup-sayup dari luar.

Anak Guntur bukannya pasrah. Ia melawan balik. Walaupun tak berhasil, setidaknya ia mencoba berontak terhadap pembinanya yang bejat itu.

“Aku berusaha melawan, tetapi tidak bisa, karena dia lebih besar badannya, dia lebih kuat. Jadi (celana) dibuka paksa,” tutur anak Guntur seperti ditirukan ayahnya.

“Aku takut sama dia kalau dia sudah marah. Aku takut.”

Guntur mengatakan, anaknya sudah 1 tahun lebih ikut kegiatan misdinar dengan SPM sebagai pembina kegiatan. Selama itu pula, ia menyaksikan perlakuan SPM terhadap anak-anak “senior” di misdinar, yang tidak ia suka.

Dari mencaci-maki mereka dengan kata-kata kasar dan jorok, memukul dan menendang mereka, ujar Guntur, sudah pernah disaksikan langsung oleh anaknya selama 1 tahun lebih bersama SPM.

Babak demi babak lakon kekerasan oleh predator seksual anak itu mau tidak mau menyisipkan teror kepada anak-anak lain. Itu belum menghitung ancaman dan intimidasi yang dilancarkan SPM agar anak-anak misdinar itu tak ikut kegiatan lain selain misdinar – jika melanggar, harus angkat kaki.

Anak Guntur tak terkecuali. Ia kian merasa inferior terhadap SPM akibat rentetan kekerasan fisik dan verbal itu.

SPM punya kebijakan, bahwa tak seorang pun anak-anak yang ia bina boleh menunjukkan isi grup WhatsApp kegiatan misdinar kepada orangtua mereka masing-masing. Ajaibnya, anak-anak itu manut semua. Tak terkecuali anak Guntur. Bukti bahwa teror tadi bekerja dan menghegemoni isi kepala anak-anak itu.

“Bukan hanya saya saja. Banyak orangtua lain (yang meminta melihat isi grup WhatsApp misdinar), tetapi anak-anaknya tetap tidak memberikan untuk dilihat. Anak-anaknya menurut, seperti sudah dicuci otaknya karena ada teror tadi itu,” ujar Guntur.

“Mas. Bukan hanya kata-kata (tak pantas) saja, tapi (SPM) juga mengirimkan gambar yang tidak senonoh (di grup), dari stiker sampai foto yang tidak bagus, pokoknya tidak pantas lah anak-anak usia segitu melihat gambar yang seperti itu, dengan kata-kata di chat seperti itu. Gambar-gambar porno di grup itu banyak, sayang gambarnya sudah saya hapus karena sudah saya berikan ke Komnas HAM.”

“Jadi mereka selalu berkomunikasi melalui grup WA dan tidak pernah melalui japri, karena dia (SPM) tidak mau kata-katanya ketahuan melalui japri. Itu gila. Orang Komnas HAM saja kaget melihat itu. Kayak ada gambar ‘burung’ (alat kelamin pria), lalu perempuan dadanya kelihatan semua, gawat,” tutur Guntur.

Bahkan, meski sudah berbagi pengalaman kelam kepada orangtuanya, anak Guntur masih tak membiarkan ayah dan bundanya mengetahui satu insiden pahit. Guntur tak tahu, apakah itu merupakan imbas teror yang masih berbekas di kepala anaknya.

Pelaku pada 14-15 Maret 2020 melakukan pencabulan dengan menyentuh dubur korban.

"Itu anak saya tidak cerita. Jadi, anak saya dicabuli empat kali. Saya tahunya dari pelaku (pada pertemuan 6 Juni di Ciawi),” kata Guntur.

“Saya mau pelaku dihukum berat”

SPM yang juga punya latar belakang pengacara itu kini ditahan di sel Mapolres Metro Depok sembari penyidikan berjalan.

Barang bukti yang dicari susah-payah akhirnya lengkap setelah keluarga Guntur, dengan pihak gereja, menemukan kaos yang dipakai SPM buat mengelap sperma di perpustakaan saat mencabuli korban sampai klimaks.

Hasil pemeriksaan DNA oleh polisi, terbukti bahwa bercak sperma tersebut milik SPM.

Namun, kasus ini jauh dari tuntas. Guntur mengaku pernah mendapat tawaran dari keluarga SPM agar menyelesaikan kasus ini secara damai, yang ia tolak mentah-mentah.

Para korban, baik anak-anak yang dicabuli maupun orangtuanya yang syok, masih belum bisa kabur dari trauma yang demikian berbekas.

Guntur mengaku dirinya limbung. Di satu sisi, kondisi psikisnya juga tak stabil akibat merasa syok. Di lain sisi, ia adalah pilar bagi keluarga dan terutama untuk anaknya yang selalu dilanda trauma saban kali diperiksa di kantor polisi.

“Saya sampaikan ke anak saya, hal ini akan akan terus terjadi sampai selesai di pengadilan. Kamu harus kuat, sampai saya bilang, kamu belum waktunya untuk melupakan kejadian ini, karena keterangan dari kamu sangat dibutuhkan untuk memberatkan hukuman pelaku. Kalau kamu sampai lemah kasihan teman-teman kamu yang menjadi korban, nanti pelaku tidak dihukum berat. Sekarang ini kamu belum bisa lupakan. Kami harus kuat agar pelaku terhukum berat,” kata Guntur.

“Saya mau dia dihukum seberat-beratnya. Saya setiap hari, setiap saat, kalau korban bertambah, saya selalu takut kelak korban-korban ini akan jadi seperti dia. Anak-anak lain belum tentu seperti anak saya yang bisa membuka semua kejadian yang dialami. Ada beberapa orangtua tidak seperti kami dalam hubungannya dengan anak. Ada beberapa anak tidak berani cerita ke orangtuanya,” ia mengungkapkan.

“Saya mau pelaku dihukum berat. Banyak anak-anak yang trauma, di mata saya.”

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/14/07024821/ayah-korban-pencabulan-pejabat-gereja-di-depok-anak-saya-dicabuli-4-kali

Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke