Salin Artikel

Cerita Penyintas Covid-19, Baru Sembuh Setelah 44 Hari Karantina

Selama 36 hari, dia menjalani isolasi mandiri di rumahnya sendiri, dan dilanjutkan dengan karantina selama 8 hari di Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Tangsel.

Proses penyembuhan Yusuf terbilang cukup lama, karena selama menjalani isolasi mandiri dirinya kerap stres dan merasa tertekan.

Hal itu karena Yusuf merasa tersudut setelah mendengar sejumlah tetangga khawatir tertular Covid-19.

"Untuk keluar berjemur aja tetangga sudah was-was jadi kita merasa jadi aneh," ujarnya ketika diwawancarai, Selasa (14/7/2020) malam.

"Saya pernah merasakan bagaimana tertekannya. (Berat badan) dari 70 kilogram, sekarang mungkin 60 kilogram," sambungnya.

Yusuf bercerita, pada awalnya dia mengikuti rapid test massal di kantornya pada Mei 2020 dan dinyatakan reaktif Covid-19.

Kemudian, dia diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dengan uji swab dan hasilnya positif Covid-19.

Tiga kali Swab hasilnya positif

Yusuf mengaku tidak mengetahui darimana dia tertular virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) dan masuk kategori pasien orang tanpa gejala (OTG).

"Rapid massal tanggal 29 Mei hasilnya reaktif dan tanggal 30 Mei langsung swab test," ujar Yusuf.

Usai dinyatakan positif Covid-19, Yusuf diminta menjalani isolasi mandiri di rumahnya lantaran berstatus sebagai OTG.

Sementara anak dan istrinya yang dinyatakan negatif Covid-19 tinggal sementara di tempat kerabatnya.

"Keluarga saya di rumah saudara. Jadi saya sudah hampir dua bulan ngga ketemu anak istri. Cuma dianter makanan aja," ungkapnya.

Setelah menjalani isolasi mandiri lebih dari dua pekan, Yusuf kembali menjalani swab test untuk kedua.

Hasil pemeriksaan saat itu belum menyatakan negatif Covid-19. Isolasi mandiri harus dilanjutkan.

"Kemudian saya Swab ketiga tanggal 2 Juli itu masih positif dan dirujuk ke Rumah Lawan Covid-19. Jadi Swab yang pertama 30 Mei, terus kedua tanggal 17 juni, ketiga 2 Juli itu positif semua," ungkapnya.

Sembuh setelah 44 hari

Setelah 36 hari menjalani isolasi mandiri di rumah, Yusuf disarankan oleh petugas medis untuk menjalani karantina di RLC agar mendapatkan pendampingan intensif.

Pasalnya, petugas medis menilai bahwa Yusuf kerap stres sehingga membuat proses pemulihan menjadi lebih lama.

"Ada lah yang kayak menyudutkan, karena kita buat ngejelasin kan ke orang belum tentu diterima. Makanya lebih baik ikuti saran tim medis aja," ujar dia.

Setelah menjalani karantina selama 8 hari di RLC, Yusuf dinyatakan sembuh setelah hasil swab terakhir negatif Covid-19.

Menurut Yusuf, dirinya bisa sembuh lebih cepat usai dirujuk ke RLC karena merasa lebih tenang dan nyaman selama menjalani karantina.

Selain itu, selama di tempat karantina, Yusuf juga mendapat dukungan dari para tenaga medis dan para pasien lainnya.

"Beda situasinya. Kalau di rumah kita enggak terlalu bebas kaya di sini, bisa enjoy aja di sini lingkungannya. Karena kalau di rumah lingkungan dekat tetangga," kata Yusuf.

Tetap patuhi protokol kesehatan

Dengan kesembuhannya, Yusuf mengaku senang karena dapat bertemu kembali dengan keluarganya dan bisa beraktivitas seperti sedia kala.

"Senenglah saya, akhirnya bisa ketemu keluarga, ketemu istri dan anak. Setelah isolasi saya sekarang sudah bisa kerja lagi," tutur Yusuf.

Pengalamannya selama 44 hari melawan Covid-19 sampai dinyatakan sembuh memberikan Yusuf banyak pelajaran bahwa protokol kesehatan sangat penting untuk terapkan.

Dia mengimbau kepada masyarakat untuk patuh protokol kesehatan jika tidak mau tertular Covid-19.

"Ya masyarakat harus bisa sesuai menjalani protokol kesehatan, minimal pakai masker. Kalau enggak perlu-perlu banget jangan keluar, jangan dikerjain deh. Kalau memang enggak urgen mending jangan," ungkapnya.

"Saya sudah merasakan enggak ketemu keluarga, ketemu istri dan anak sudah hampir dua bulan karena karantina," tambah Yusuf.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/15/09081981/cerita-penyintas-covid-19-baru-sembuh-setelah-44-hari-karantina

Terkini Lainnya

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke