Salin Artikel

Dilema Arista Setelah Gagal PPDB Jakarta, antara Masuk Swasta dan Putus Sekolah...

Nenek Arista, Siwi Purwanti (60), mengatakan, saat ini Arista hanya berkegiatan di rumah dan melakukan beberapa hobinya.

"Sekarang paling di rumah melukis, main, pokoknya mengerjakan yang hobi-hobinya dia. Pertama melukis, main gitar, main musik, terus dia memang beberapa waktu lalu beberapa kali main panahan," ucap Siwi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/7/2020).

Siwi mengaku, kegiatan Arista untuk mengajar di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) saat ini belum bisa dilakukan karena pandemi Covid-19.

"Belum bisa karena kan kasih pandemi. Kalau RPTRA memang sudah lama dari kelas 7 dia ngajar. Rutin kelas 7 itu ngajar di RPTRA sama yayasan anak anak kurang mampu," kata dia.

Sekolah swasta tawarkan beasiswa

Karena tak terakomodasi pada sistem PPDB tahun ajaran 2020/2021 meski sudah mengikuti berbagai jalur, pilihan Arista saat ini adalah belajar di sekolah swasta.

Siwi menyebutkan, ada dua sekolah swasta yang sudah menghubungi Arista untuk menawarkan beasiswa di sekolah tersebut.

Namun, masih dipertimbangkan karena jarak sekolah yang cukup jauh, yakni di Jakarta Barat.

Sedangkan Arista bersama nenek dan kakeknya tinggal di Rusun Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur.

"Global Sevilla School sudah menghubungi, cuma waktu itu kan ditawarinya yang di Jakarta Barat, nah Jakarta Barat terlalu jauh. Kemarin sempat yang di Pulomas, cuma saya belum menghubungi lagi," tuturnya.

Selain jarak yang cukup jauh, Siwi berujar, Arista merasa kurang percaya diri lantaran sekolah swasta yang menawarinya beasiswa adalah sekolah dengan standar "kelas atas".

"Cuma Arista belum tahu pasti kemarin baru ditanya-tanya, 'Dek mau enggak di Global Sevilla?' Jawabnya, 'Itu sekolah terlalu bagus buat aku', katanya. Itu sekolahnya orang kelas atas banget," kata Siwi menirukan obrolannya dengan Arista.

Selain Global Sevilla School, sekolah lain yang menawarkan beasiswa kepada Arista yaitu IDN Boarding School.

Namun, sekolah tersebut masih dipertimbangkan oleh Arista.

"Belum tahu juga, kita kan mesti lihat banyak pertimbangan karena masuk sekolah bukan hanya ada yang nawarin masuk sekolah ini itu, jadi masih banyak yang dipertimbangkan dan dipikirkan," ucapnya.

Tawaran Pemprov DKI berlaku untuk umum

Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Syaefuloh sebelumnya mengatakan bahwa akan membantu Arista untuk masuk SMA swasta karena tak diterima di SMA negeri.

Namun, menurut Siwi, bantuan tersebut memang bersifat umum kepada semua anak, bukan hanya Arista.

"Kalau swasta penawaran Pemprov buat umum. Waktu itu direncanakan yang enggak diterima dimasukin swasta," terangnya.

Tawaran itu tak menjamin Pemprov DKI untuk menanggung semua biaya Arista di sekolah swasta.

"Iya memang kita kalau misal Arista dibantu juga enggaklah enggak mungkin karena bukan buat Arista saja," tutup Siwi.

Gagal PPDB berulang kali

Sebelumnya, Siwi sudah mendaftarkan cucunya melalui beberapa jalur PPDB, mulai dari jalur prestasi non-akademik, afirmasi untuk pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP), zonasi, hingga prestasi akademik.

Namun, Arista selalu gagal meraih kursi sekolah negeri melalui jalur-jalur PPDB tersebut.

Saat mengikuti jalur prestasi non-akademik, Arista gagal karena prestasinya diraih saat ia duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Padahal, Arista banyak meraih prestasi di bidang seni lukis. Total, ada 700 piala yang telah diraihnya selama mengikuti lomba seni lukis.

Penghargaan yang pernah ia raih, antara lain juara III lomba cipta seni pelajar tingkat nasional dan juara I festival lomba Kementerian Perhubungan.

"Kalau jalur prestasi syaratnya penghargaan yang diraih maksimal berjarak dua tahun saat dia (Arista) mendaftar PPDB. Karena prestasinya pas SD, jadi enggak bisa," kata Siwi saat dikonfirmasi, Sabtu (5/7/2020).

Sementara itu, pada jalur afirmasi, Arista tak lolos lantaran faktor usia. Banyak calon siswa yang diterima berusia lebih tua dibanding Arista.

Siwi kemudian mendaftarkan Arista melalui jalur zonasi. Namun, lagi-lagi Arista gagal karena faktor usia.

"Saya nyoba (mendaftarkan Arista di) enam sekolah, pertama di SMAN 12, 61, dan 21, gagal karena usia. Dicoba lagi ke SMAN 36, 59, dan 53, sama tidak keterima, kalah usia," ungkap Siwi.

Tak patah arang, Siwi terus mengupayakan Arista agar bisa bersekolah di SMA negeri.

Siwi mendaftarkan Arista melalui jalur prestasi akademik. Akan tetapi, upayanya juga gagal karena faktor usia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/15/09362531/dilema-arista-setelah-gagal-ppdb-jakarta-antara-masuk-swasta-dan-putus

Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke