Ia melihat ada pola kerja sama yang baik dari pelaku dalam memperhatikan pola aktivitas rutin dari Yodi.
“Pelaku lebih dari satu. Kasus ini bersifat sensitif, emosional dan berkaitan dengan kondisi relasi/hubungan yang menciptakan rasa sakit hati/intrisik,” kata Yogo kepada Kompas.com dalam pesan singkat, Jumat (24/7).
Terkait pelaku pembunuhan Yodi harus diurai dari hubungan terakhir kali antara korban dengan para saksi agar dapat memberikan informasi.
Pelaku juga mengetahui kebiasaan dan profesi kerja Yodi. Polisi, menurut Yogo, masih berusaha melihat keterlibatan orang dekat korban.
“Apakah memberikan keterangan jujur atau tidak, atau teman korban. Teknik investigasi ini akan dicek dan ricek oleh pihak kepolisian,” kata Yogo.
Ia meyakini kasus kematian Yodi bukan disebabkan motif perampokan.
“Jadi bukan ingin merampok untuk menguasai harta korban,” ujarnya.
Jenazah Yodi ditemukan di pinggir Tol JORR Pesanggrahan, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta pada Jumat lalu pukul 11.30 WIB, oleh tiga anak kecil yang bermain layangan.
Yodi tertelungkup di dekat tembok. Yodi ditemukan memakai helm, berjaket hijau, bercelana hitam, bersepatu, dan mengenakan tas.
Yodi diperkirakan tewas pada Rabu (8/7/2020) sekitar pukul 00.00-02.00 WIB.
Sebelumnya, Yodi terakhir terlihat di kantor Metro TV pada Selasa (7/7/2020) pukul 22.27 WIB.
Di tempat kejadian perkara, polisi menemukan dompet berisi KTP, NPWP, kartu ATM, motor Honda Beat warna putih bernomor B 6750 WHC, tiga STNK, uang sebesar Rp 40.000, helm, jaket, dan tas milik korban.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/24/16362731/kriminolog-duga-pelaku-pembunuhan-yodi-prabowo-lebih-dari-seorang-dan