Salin Artikel

Napak Tilas Sejarah Taman Proklamasi, Area Pembacaan Teks Proklamasi hingga Perjuangan Tokoh Wanita

Taman Proklamasi berlokasi di Jalan Prokklamasi Nomor 10, Menteng, Jakarta Pusat merupakan bekas kediaman sang proklamator Ir. Soekarno.

Dulunya, Jalan Proklamasi dikenal dengan nama Jalan Pegangsaan Timur.

Tepatnya 17 Agustus 75 tahun yang lalu, pada halaman taman proklamasi, Bung Karno dan Bung Hatta disaksikan sejumlah toko perintis kemerdekaan menyelenggarakan upacara Proklamasi Kemerdekaan RI.

Atas nama bangsa Indonesia, mereka menyatakan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah merdeka dan terlepas dari penjajahan.

Catatan Harian Kompas tanggal 16 Agustus 1995, Bung Karno sengaja memilih halaman rumahnya untuk menyelenggarakan upacara Proklamasi guna mencegah kemungkinan terjadinya serangan yang dilakukan Jepang.

Padahal, sebelumnya, golongan muda menginginkan upacara Proklamasi Indonesia digelar di Lapangan Ikada (sekarang dikenal dengan lapangan Monumen Nasional) secara besar-besaran.

Para golongan muda telah menyiapkan strategi perang apabila Jepang melakukan penyerangan saat dibacakannya teks proklamasi.

Setelah diskusi antara golongan tua dan golongan muda, upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diadakan di halaman rumah Bung Karno.

Sebelumnya teks proklamasi telah ditantangani sekitar pukul 03.00, di kediaman Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol Nomor 1 (kini dikenal dengan museum perumusan naskah proklamasi).

Selang 75 tahun setelah upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kediaman Bung Karno telah berubah menjadi area taman proklamasi.

Dalam area taman itu, berdiri tiga objek penting yang berkaitan dengan sejarah kemerdekaan Indonesia, yakni tugu peringatan satu tahun Republik Indonesia, tugu petir, dan monumen proklamator Soekarno-Hata.

Tugu Peringatan Satu Tahun Dibongkar lalu Dibangun Kembali

Tugu Peringatan Satu Tahun Proklamasi dibuat sebagai peringatan ulang tahun pertama Republik Indonesia pada tahun 1946.

Tugu ini berdiri di bagian pojok kanan samping Monumen Proklamator Soekarno-Hatta.

Tugu peringatan ini merupakan hasil gagasan lima tokoh pejuang wanita, yakni Jo Masdani, Mien Wiranataksumah, Zus Ratulangi, Zubaedah, Ny. Gerung.

Para pejuang wanita itu tergabung dalam Pemuda Putri Indonesia (PPI) dan Wanita Indonesia.

Tugu peringatan berbentuk jarum itu diresmikan oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir pada 17 Agustus 1946, tepat setahun setelah kemerdekaan Indonesia.

Tugu peringatan itu berdiri di tegah dilatarbelakangi rumah keluarga Bung Karno.

Catatan Harian Kompas tanggal 16 Agustus 1995, proses peresmian tugu peringatan itu awalnya berjalan alot.

Wali Kota Jakarta kala itu, Suwirjo, menolak peresmian tugu peringatan satu tahun kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1946 karena alasan keamanan.

Suwirjo ingin meresmikan sendiri tugu peringatan itu pada 18 Agustus 1946.

"Kalau tanggal 18 Agustus, biarlah Pak Suwirjo sendiri yang membukanya," lata Jo Masdani.

Jo Masdani mengaku tak takut mati walaupun harus meresmikan tugu peringatan itu pada 17 Agustus 1946.

Kemudian, dia bersama tokoh pejuang wanita lainnya menghubungi Sutan Syahrir untuk meresmikan tugu peringatan itu. Sutan Syahrir pun menyanggupinya.

Semenjak peresmian itu, para pemuda dan pelajar dari tahun ke tahun menyelenggarakan upacara memperingati HUT Indonesia di tugu peringatan tersebut.

Setelah pemulihan kedaulatan Indonesia tahun 1950, Presiden dan Wakil Presiden seusai upacara kenegaraan di Istana Negara, selalu mendatangi tugu peringatan untuk meletakkan karangan bunga sekaligus membacakan doa bagi para pahlawan.

Tak hanya itu, para tamu negara tak segan diajak untuk meletakkan karangan bunga bagi para pahlawan yang telah gugur.

Selang 14 tahun setelah peresmian tugu peringatan proklamasi Indonesia, keberadaan tugu peringatan itu mulai tak dikunjungi warga.

ST Sularto dalam "Bung Karno di antara Saksi dan Peristiwa" menulis bahwa menurut Presiden Soekarno, tugu peringatan itu merupakan tugu Linggarjati sehingga tugu tersebut harus dihancurkan.

Padahal, perjanjian Linggarjati baru berlangsung 10 November 1946, tiga bulan setelah peresmian tugu peringatan itu.

Oleh karena itu, Jo Masdani dengan tegas membantah pernyataan tersebut.

“Persiapan kami lakukan sejak Juni 1946 sedangkan Linggarjati terjadi pada November 1946. Ini kan suatu kekeliruan besar,” kata Jo Masdani.

Penghancuran tugu peringatan itu tetap dilakukan sehingga hanya menyisakan tiga keping marmer yang kemudian disimpan sebagai kenangan di depan rumah Jo Masdani.

Tiga keping marmer itu bertulikan “Dipersembahkan oleh wanita Repoeblik” dan tulisan Proklamasi dilengkapi peta Indonesia.

Meskipun demikian, pada tahun 1972, pemerintah mulai membangun kembali rumah proklamasi (saat ini dikenal Gedung Perintis Kemerdekaan) dan tugu peringatan satu tahun proklamasi yang sebelumnya diprakarsai lima tokoh pejuang wanita Indonesia).

Hingga akhirnya, dikutip dari laman jakarta.tourism.go.id, tugu peringatan itu diresmikan pada 17 Agustus 1972 oleh Menteri Penerangan kala itu yang dijabat Budiarjo.

Tugu Petir

Objek kedua yang berada di area taman proklamasi adalah tugu petir. Tugu petir berbentuk linggis setinggi 17 meter dibangun tepat di kiri depan Monumen Proklamator Soekarno-Hatta.

Tugu terebut berdiri tegak menuding langit dengan lambang petir di puncaknya.

Kilat tersebut melambangkan betapa menggelegarnya peristiwa pembacaaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, sementara linggis menggambarkan derap pembangunan.

Tepat 75 tahun lalu, di kaki tugu petir inilah, Bung Karno didampingi Bung Hatta berdiri tegak membacakan teks proklamasi.

Monumen Proklamator Soekarno-Hatta, Kenangan Sosok Sang Proklamator

Objek ketiga, objek paling menonjol di area taman proklamasi adalah Monumen Proklamator Soekarno-Hatta.

Monumen Proklamator Soekarno-hatta dibuat sebagai momentum pengingat pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno yang didampingi Muhammad Hatta pada 17 Agustus 1945.

Catatan Harian Kompas 15 Juli 1997, Monumen proklamator itu merupakan karya perupa Nyoman Nuarta, Sidharta (keduanya dari ITB) dan Sumartono (ASRI). Monumen tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 16 Agutus 1980.

Monumen itu menggambarkan sosok Bung Karno dalam usia 46 tahun yang tengah membacakan teks proklamasi.

Di sisi kirinya, berdiri sosok Bung Hatta yang berusia 43 tahun dalam sikap kedua belah tangan tertangkup ke belakang.

Tampak Bung Hatta sedang mendampingi Bung Karno yang sedang membacakan teks proklamasi.

Sementara itu, di antara kedua patung terletak lima balok perunggu seberat 600 kilogram berukuran 196 sentimeter x 290 sentimeer dengan teks proklamasi yang telah dibesarkan 200 kali lipat.

Kedua patung proklamator Indonesia itu terbuat dari bahan perunggu, masing-masing seberat 1.200 kilogram dengan tinggi 4,6 meter dan 4,3 meter.

Di belakang patung sang proklamator, dibangun sebuah bangunan berbentuk 17 jalur dengan tinggi 8 meter dan jumlah gelombang pada tebing air terjun sebanyak 45 buah.

Hal ini melambangkan tanggal proklamasi Indonesia yakni 17 Agustus 1945.

Saat ini, Taman Proklamasi dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 06.00-21.00 untuk membantu masyarakat napak tilas pembacaan teks proklamasi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/16/06300001/napak-tilas-sejarah-taman-proklamasi-area-pembacaan-teks-proklamasi

Terkini Lainnya

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke