Salin Artikel

Lonjakan Kasus Aktif Covid-19 dan Kebijakan "Jam Malam" di Depok

DEPOK, KOMPAS.com – Kota Depok hingga kini masih berstatus sebagai wilayah dengan total laporan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jawa Barat, berdasarkan laman resmi masing-masing pemerintah kota/kabupaten maupun situs pikobar.jabarprov.go.id.

Hingga data diperbarui kemarin, Senin (31/8/2020), total ada 2.210 kasus positif Covid-19 yang sudah dilaporkan Pemerintah Kota Depok.

Sebanyak 1.539 orang di antaranya dinyatakan pulih, sedangkan 77 pasien meninggal dunia.

Saat ini ada 594 kasus aktif di Depok. Kasus aktif merupakan jumlah pasien yang sedang ditangani.

Bulan ini, jumlah kasus aktif rupanya mengalami peningkatan ketimbang bulan-bulan sebelumnya:

  • 30 Juni: 213 kasus aktif
  • 31 Juli: 202 kasus aktif
  • 31 Agustus: 594 kasus aktif

Sayangnya, tidak diketahui lonjakan ini akibat penularan yang semakin membahayakan atau deteksi yang semakin masif.

Sebab, Pemerintah Kota Depok tak pernah terbuka dalam mengumumkan jumlah tes PCR harian.

Berdasarkan data harian yang dilaporkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan dihimpun oleh Kompas.com, mari kita simak tren perkembangan kasus aktif Covid-19 di Depok dalam 4 periode:

1-31 Juli 2020: stabil dan angka terendah selama pandemi

Pada periode ini, grafik kasus aktif Covid-19 di Depok fluktuatif, namun cenderung stabil.

Mengawali Juli dengan 203 kasus aktif Covid-19, pada akhir bulan jumlah itu merosot menjadi 202 kasus.

Dalam perjalanannya, kasus aktif Covid-19 sempat meninggi hingga 211 pasien, namun juga pernah mencapai titik terendah, yakni 159 pasien pada 15 Juli 2020.

Jumlah 159 pasien Covid-19 menjadi angka kasus aktif terendah sejak PSBB berlaku di Depok.

1-10 Agustus 2020: pasien bertambah lebih dari separuh

Jumlah pasien Covid-19 yang ditangani per hari mulai membengkak begitu memasuki bulan Agustus.

Diawali dengan jumlah 220 pasien, kasus aktif Covid-19 di Depok meningkat menjadi 334 pasien pada 10 Agustus 2020.

Itu artinya, jumlah kasus aktif Covid-19 di Depok naik 52 persen selama 10 hari. Kenaikan ini tak terlepas dari banyaknya temuan kasus baru, sedangkan pasien yang dinyatakan pulih lebih sedikit.

Selama periode ini, Pemerintah Kota Depok melaporkan 224 kasus baru, namun jumlah pasien sembuh tak sampai separuhnya, yakni 105 orang.

Selain itu, ada 5 pasien yang meninggal dunia.

11-20 Agustus 2020, lonjakan tertinggi

Periode ini merupakan kurun waktu ketika jumlah pasien Covid-19 di Depok meningkat tajam.

Pada 11 Agustus, ada 332 kasus aktif di Depok. Selama 10 hari, kasus aktif bertambah hingga 207 pasien atau 62 persen. Sehingga, pada 20 Agustus, jumlahnya menjadi 539 kasus aktif.

Tingginya kenaikan kasus aktif disumbang oleh temuan kasus baru yang mencapai 339 pasien selama periode ini.

Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan pulih hanya 125 orang dan 7 pasien positif Covid-19 wafat selama kurun waktu tersebut.

21-31 Agustus 2020: mencapai puncak, kematian tinggi

Meski telah melampaui puncak gelombang pertama, jumlah kasus aktif di Depok masih terus merangkak naik.

Puncaknya terjadi pada 24 Agustus 2020, ketika pasien Covid-19 di Depok sempat mencapai 617 orang.

Pada periode ini, dua kali Kota Depok mencatat rekor temuan kasus baru terbanyak sepanjang riwayat pandemi.

Rekor pertama, yakni 53 kasus baru pada 22 Agustus, kemudian 58 kasus baru pada 31 Agustus.

Juga pada periode ini, sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Depok terkonfirmasi positif Covid-19, termasuk istri wali kota, Elly Farida.

Setelah mencapai 617 kasus, jumlah pasien di Depok cenderung merosot dan kini dalam keadaan stagnan.

Penyebabnya, tingkat kesembuhan kembali membaik. Selama rentang 11 hari, ada 305 pasien yang dinyatakan sembuh.

Akan tetapi, pada periode ini tingkat kematian memburuk karena bertambah cukup pesat.

Jika pada periode pertama kematian pasien Covid-19 maksimum 7 orang, pada periode ini ada 15 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia.

Mengapa kenaikan kasus aktif Covid-19 merupakan alarm?

Tingginya jumlah pasien Covid-19 di suatu wilayah dikhawatirkan akan membebani kemampuan fasilitas kesehatan.

Semakin banyak pasien, maka semakin banyak sumber daya dan tenaga kesehatan yang perlu dikerahkan untuk memantau, menangani, dan merawat mereka.

Berdasarkan data Pusat Informasi Covid-19 Depok, kapasitas 24 rumah sakit yang ada guna merawat pasien Covid-19 hanya 244 tempat tidur. Data tersebut diterima Kompas.com pada pertengahan Agustus 2020.

Dibandingkan dengan jumlah 594 kasus aktif saat ini, angka tersebut terlihat mengkhawatirkan.

Akan tetapi, perlu digarisbawahi, tak seluruh pasien Covid-19 di Depok dirawat di rumah sakit. Rumah sakit diprioritaskan buat menangani pasien yang bergejala.

Sebagian pasien yang tidak bergejala melakukan isolasi mandiri di kediaman masing-masing. Apabila tidak memungkinkan, mereka kemudian dirawat di rumah sakit.

Meski demikian, hingga kini tidak diketahui seberapa penuh rumah sakit di Depok sehubungan dengan lonjakan jumlah pasien.

Pemerintah Kota Depok tidak merilis jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit maupun isolasi mandiri.

Hingga berita ini disusun, permintaan wawancara Kompas.com kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok sejak kemarin siang, tidak ditanggapi oleh juru bicara gugus tugas, Dadang Wihana.

Langkah pemerintah 

Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengklaim, peningkatan kasus aktif Covid-19 di wilayahnya disumbang oleh kasus-kasus yang berasal dari luar Depok alias kasus impor.

Selama 2 pekan pada pertengahan Agustus 2020, kasus impor dari tempat kerja disebut menyumbang sekitar 70 persen temuan kasus baru.

Sisanya adalah penularan secara lokal, umumnya di wilayah tempat tinggal.

Kini 47 dari total 63 kelurahan di Depok masuk kategori kelurahan zona merah karena masing-masing mencatat lebih dari 5 kasus aktif Covid-19.

Menyadari kasus Covid-19 yang meninggi, Pemerintah Kota Depok mengklaim mulai menggencarkan tes swab PCR mulai pekan terakhir Agustus.

Targetnya, ada 355 spesimen per hari yang diperiksa demi mengejar standar minimal yang ditetapkan WHO (meskipun WHO menetapkan standar jumlah tes PCR dengan satuan orang, bukan spesimen karena satu orang bisa berulang kali dites).

“Tes swab massal (diprioritaskan) pada kasus kontak erat, suspek, dan sasaran prioritas lainnya yang ditetapkan,” ujar Wali Kota Depok, Mohammad Idris melalui keterangan resmi, kemarin.

Namun, karena ketiadaan transparansi data, tidak diketahui sejauh mana realisasi jumlah tes swab massal tersebut, apakah telah mencapai target atau belum.

Idris juga menerbitkan beberapa kebijakan yang harapannya dapat dipatuhi warga. Salah satunya, yakni surat edaran berupa daftar protokol yang perlu dilakukan ketika pulang ke rumah.

Ia kemudian mengaktifkan kembali Kampung Siaga Covid-19 di 925 RW dengan guyuran dana Rp 2 juta per RW.

Kampung Siaga diharapkan mampu melakukan pendataan lokasi kerja warga, mengawasi keluar-masuk tamu, dan menjadi pemantau di tingkat paling lokal.

Sementara itu, dengan harapan menekan penularan wabah di wilayah tempat tinggal, Idris mulai kemarin memberlakukan kebijakan “pembatasan aktivitas warga” yang menyerupai jam malam.

Melalui kebijakan anyar tersebut, toko, supermarket, minimarket, rumah makan, kafe, dan mal tutup pukul 18.00 WIB. Di luar itu, aktivitas warga hanya diizinkan hingga 20.00 WIB.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/01/05243801/lonjakan-kasus-aktif-covid-19-dan-kebijakan-jam-malam-di-depok

Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke