Salin Artikel

Napak Tilas Moda Transportasi Umum yang Sempat Seliweran di Jalanan Ibu Kota

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak hanya dikenal dengan keberadaan deretan gedung yang menjulang tinggi, Ibu Kota DKI Jakarta juga dikenal dengan keragaman alat transportasi umum yang relatif lebih lengkap dibanding kota-kota lain di Indonesia.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara bertahap mengupayakan penyempurnaan integrasi antarmoda transportasi umum Ibu Kota, mulai dari kereta commuter line, bus transjakarta, hingga mikrolet.

Selain moda transportasi yang sudah disebutkan tadi, di masa lalu aspal Ibu Kota juga sempat dilintasi oleh kendaraan umum ikonik, yang saat ini jumlahnya mulai berkurang. Beberapa bahkan sudah hilang dari jalanan.

Berikut rangkumannya: 

Bemo

Kehadiran bemo di Ibu Kota tidak dapat dilepaskan dari pergelaran Asian Games edisi ke-4 yang berlangsung sejak 24 Agustus hingga 4 September 1962 di Jakarta.

Kondisi permukiman di Jakarta kala itu belum sepadat sekarang. Jalanan ibu kota pun belum ramai. Moda transportasi umum masih sangat terbatas.

Pemerintah kala itu menghadirkan bemo sebagai solusi transportasi bagi warga yang hendak menyaksikan berbagai pertandingan dalam Asian Games.

Nama asli yang diberikan untuk kendaraan roda tiga buatan perusahaan asal Jepang, Daihatsu, ini sebenarnya adalah midget. Nama bemo diambil dari akronim wujud kendaraan tersebut, yakni becak motor.

Bemo mampu menampung lima hingga tujuh orang penumpang sekaligus. Di negara asalnya, produksi Daihatsu Midget dihentikan pada tahun 1972 karena mesinnya tidak ramah lingkungan.

Namun, di Jakarta, bemo justru makin berkeliaran dan digunakan sebagai moda transportasi umum usai perhelatan Asian Games.

Pada sekitar tahun 1977, sistem trayek diberlakukan karena semakin banyaknya jumlah bemo. Angkutan ini mengalami masa kejayaannya pada 1984 sampai 1990.

Mulai tahun 1995, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak berkompromi lagi dengan bemo. Saat itu tercatat 1.846 unit bemo beroperasi di Ibu Kota.

Pemprov DKI mewajibkan pemilik bemo untuk menggantinya dengan kendaraan mirip mikrolet saat ini dengan mesin berkapasitas 1.000-1.100 cc. Nomor polisi bemo lama bisa dipakai untuk kendaraan roda empat pengganti.

Setelah memiliki kendaraan pengganti, bemo yang ada harus diserahkan kepada pemerintah untuk dimusnakan.

Namun terlebih dahulu diambil mesinnya. Mesin-mesin itu diserahkan kepada sekolah-sekolah teknik untuk alat praktik.

Kendaraan ini umumnya terbuat dari mobil buatan tahun 1940–1950-an, seperti jip Willys, Morris, Austin, Fiat, dan Chevrolet yang sebagian bodinya diganti dengan kayu jati.

Popularitas oplet merebak ke seluruh penjuru nusantara karena menjadi ikon dalam sinetron "Si Doel Anak Sekolahan" yang diputar di stasiun televisi nasional di periode 1994-2003.

Sejarah dari penamaan oplet pun masih simpang-siur. Ada yang menyebut nama oplet merupakan kependekan dari opel let atau opel kecil.

Sebagian lainnya juga ada juga yang mengatakan oplet berasal dari nama dari Chevrolet.

Adapun Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), opelet diartikan sebagai mobil sedan yang susunan tempat duduknya diubah dan disesuaikan sebagai kendaraan umum yang ditambangkan.

Di Jakarta ada 22 rute oplet, di antaranya Kampung Melayu-Pasar Senen, Tanah Abang-Kebayoran Lama, Tanah Abang-Kota, Tanjung Priok-Kota, dan Cililitan-Pondok Gede.

Larangan oplet tua beroperasi di Jakarta sebenarnya sudah muncul sejak 1974 saat jumlahnya sekitar 3.500 unit.

Pada tahun 1976, jumlah oplet turun menjadi sekitar 2.500 unit. Pada tahun yang sama, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan keputusan bagi pengusaha oplet untuk bergabung di PT Metro Mini.

Kemudian menginjak tahun 1979, Pemprov DKI Jakarta saat itu, mengeluarkan sebuah kebijakan untuk menghapus oplet dari Ibukota dan digantikan dengan angkutan yang lebih modern, yakni mikrolet.

Helicak

Angkutan umum ini bentuknya cukup unik, yaitu kombinasi antara helikopter dan becak. Penumpang duduk di depan sementara sopir mengemudi dari belakang.

Helicak pertama kali beroperasi di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada tahun 1970. Lokasi ini merupakan tempat ramainya ojek sepeda beroperasi.

Peluncuran helicak dilatarbelakangi oleh pelarangan penggunaan becak oleh Pemprov DKI.

Saat pertama kali didatangkan, Helicak dipamerkan di Jakarta Fair yang saat ini lebih dikenal dengan nama Pekan Raya Jakarta.

Helicak menggunakan mesin motor Lambretta pabrikan Italia yang mampu menghasilkan tenaga 9 daya kuda dengan kecepatan maksimum 45km/jam.

Menurut catatan harian Kompas, tahun 1973, terdapat 714 buah helicak di Jakarta, tetapi di tahun 1997 tinggal tersisa empat buah.

Helicak dikembangkan sebagai pengganti becak yang telah dilarang sebelumnya oleh Pemerintah DKI kala itu.

Kendaraan tersebut menggunakan mesin, dan body utama berasal dari skuter trike Tri Lambretta yang didatangkan langsung dari Italia.

Spesifikasi mesin Helicak berkekuatan 150 CC.

Helicak dilengkapi dengan sebuah kabin dengan kerangka besi dan dinding dari serat kaca.

Fungsi kabin dimaksudkan untuk melindungi penumpang dari panas, hujan, dan debu, selayaknya becak.

Namun, popularitas helicak tak sanggup bertahan lama. Selain biaya perawatan yang cukup tinggi, Pemprov DKI mulai membatasi izin penambahan unit helicak dengan alasan keselamatan.

Helicak dianggap tidak aman sebagai moda transportasi massal.

Tempat duduk penumpang yang berada di kabin bagian depan meningkatkan risiko bila terjadi kecelakaan.

Kondisi ini diperburuk oleh banyak pengusaha transportasi lebih memilih menggunakan bajaj yang belakangan muncul menyaingi helicak.

Angkutan roda tiga bermesin ini pun terpinggirkan dan pelan-pelan menghilang dari jalan-jalan di Ibu Kota.

Pada akhirnya di tahun 1987 Pemprov DKI mengeluarkan keputusan untuk melarang operasi helicak.

Bus Robur Tavip

Bus Robur Tavip adalah moda angkutan umum di Ibu Kota pada medio 1960-an hingga 1970-an.

Robur adalah merek bus tersebut yang didatangkan dari Jerman Timur.

Pada tahun 1967 mikro bus itu mulai dioperasikan di Jakarta dengan trayek, di antaranya Grogol-Lapangan Banteng, Jembatan Semanggi-Harmoni-Lapangan Banteng, dan Rawamangun-Salemba-Lapangan Banteng.

Pengelolanya adalah PT TAVIP, sebuah perusahaan transportasi umum yang berstatus seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di zaman sekarang.

Trem

Trem listrik sudah ada di Jakarta atau Batavia sejak zaman kolonial, tepatnya pada penghujung tahun 1897.

Awalnya, tahun 1869 trem ditarik dengan kuda, kemudian pada tahun 1881 diganti dengan trem bermesin uap.

Di era kemerdekaan, perusahaan pengelola trem dinasionalisasi pada tahun 1954 dan kemudian menjadi Perusahaan Pengangkutan Penumpang Djakarta atau PPD.

Lalu pada medio tahun 1960-an, Presiden Soekarno memerintahkan penghentian pengoperasian trem listrik di Ibu Kota.

Menurut Heri Sugiarto dalam bukunya yang berjudul "Overland: Dari Negeri Singa Ke Daratan Cina Jilid 2 (2018)", salah satu alasan yang membuat trem ini diberhentikan pengoperasiannya adalah pemikiran Presiden Soekarno yang menganggap bahwa trem kurang cocok untuk berada di Jakarta.

Presiden saat itu lebih menginginkan kehadiran kereta bawah tanah sebagai moda transportasi publik.

Bus PPD

Bus PPD adalah nama populer untuk bus yang dikelola oleh Perusanaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD).

Bus PPD yang pertama beroperasi bermerek Leyland, yang merupakan bantuan Australia pada tahun 1956.

Setelah bertahun-tahun hilir mudik melayani warga Jakarta, sejak tahun 2004 pelan-pelan bus PPD ditinggalkan penumpangnya.

Pengguna mulai beralih kepada busway dan moda transportasi lain yang lebih nyaman.

Ada beberapa bus lain sejenis PPD yang dioperasikan perusahaan swasta seperti, bus Gamadi, Mayasari Bhakti, Bianglala dan sebagainya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/23/11143021/napak-tilas-moda-transportasi-umum-yang-sempat-seliweran-di-jalanan-ibu

Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke