Ini kali ketiga Kota Bogor masuk ke dalam kategori wilayah dengan risiko tinggi penyebaran Covid-19.
Salah satu indikator yang memengaruhi perubahan level zona merah itu karena tingginya angka kasus Covid-19 di Kota Bogor yang menyentuh rata-rata 100 kasus baru per hari.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengakui adanya kelemahan sistem yang diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Selain itu, kata Bima, hal lain yang juga tidak bisa dipungkiri ialah semakin abainya sikap warga dalam menjalankan protokol kesehatan.
"Hal ini terjadi disebabkan lemahnya sistem dan warga yang mulai abai. Sistemnya lemah, sistem 3T (tracing, testing, treatment) lemah," kata Bima, Rabu (3/2/2021).
Bima mengatakan, atas kondisi tersebut, Pemkot Bogor akan melakukan penguatan kembali terhadap sistem yang selama ini diterapkan.
Termasuk, akan memperketat kembali mobilitas warga untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"Kami akan kuatkan lagi penelusuran kontak erat. Warga juga harus diingatkan lagi. Mobilitas warga harus dikurangi," sebut Bima.
Bima menyebut, penerapan PPKM selama ini dinilai kurang efektif dalam menekan penyebaran kasus Covid-19 di wilayahnya.
Saat ini, lanjut dia, Pemkot Bogor sedang mengatur format kebijakan yang lebih substantif agar penerapan PPKM bisa berjalan efektif.
"Besok akan disampaikan detailnya, sekarang masih dirumuskan. Tapi tadi sudah disepakati, kami akan lakukan beberapa langkah signifikan untuk mengurangi mobilitas warga," tutur dia.
Berdasarkan data harian Covid-19 Kota Bogor yang dirilis Rabu (3/2/2021), terjadi penambahan sebanyak 168 kasus baru.
Dengan penambahan tersebut, maka jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bogor mencapai 8.933.
Rinciannya, sebanyak 1.497 orang atau pasien masih sakit, 7.272 orang dinyatakan sembuh, dan 164 orang meninggal dunia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/03/21105791/kota-bogor-kembali-zona-merah-covid-19-wali-kota-sistem-lemah-dan-warga