Salin Artikel

Operasi Identifikasi Korban Sriwijaya Air SJ 182 Resmi Berakhir, 3 Orang Belum Teridentifikasi

"Pada hari ini, Selasa (2/3/2021), pukul 13.50 WIB, operasi (identifikasi korban) Sriwijaya Air SJ 182 secara resmi ditutup," ujar Kapusdokkes Polri dr Brigjen Rusdianto di RS Polri Kramatjati, Selasa.

Terbaru, tim DVI berhasil mengidentifikasi satu korban pada hari ini, yakni atas nama Razanah (57).

Dengan demikian, sebanyak 59 dari 62 korban Sriwijaya Air SJ 182 telah teridentifkasi.

Sementara yang belum teridentifikasi atas nama Arkana Wahyu, Daniya, dan Panca Widia Nursanti.

"Hingga akhir operasi ini, ketiganya belum dapat teridentifikasi. Karena belum adanya sampel yang dapat dijadikan sebagai pembanding," kata Rusdianto.

"Namun, bila ada perkembangan lebih lanjut akan kami laporkan kembali," tambah dia.

Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, pada 9 Januari 2021 sekitar pukul 14.40 WIB atau 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Pesawat mengangkut 62 jiwa. Rinciannya, 6 kru aktif plus 56 penumpang (46 dewasa, 7 anak, dan 3 bayi).

Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sempat keluar jalur penerbangan, yakni menuju arah barat laut pada pukul 14.40 WIB.

Pihak Air Traffic Controller (ATC) kemudian menanyakan pilot mengenai arah terbang pesawat. Namun, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak hingga akhirnya jatuh.

Proses pencarian puing-puing dan penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus dilakukan tim gabungan di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.

Temuan KNKT

Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebelumnya memberikan laporan pendahuluan terkait investigasi penyebab jatuhnya pesawat.

Data tersebut disampaikan berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR), dan data air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta.

Meski prosesnya belum selesai, namun KNKT sudah merilis hasil investigasi sejauh ini. Berikut temuannya:

1. Trottle Diduga Alami Masalah

Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, trottle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri sempat bergerak mundur.

Kondisi ini, menurut Nurcahyo, terjadi saat pesawat berada di ketinggian 8.150 kaki, dan 10.600 kaki.

Meski begitu, Nurcahyo menyebut bahwa hingga kini KNKT belum dapat menyimpulkan apakah kedua trottle dalam pesawat tersebut mengalami kerusakan.

Sebab, baik trottle kanan dan kiri sama-sama menunjukan ketidaknormalan atau anomali.

"Apakah yang rusak yang kiri kita belum tahu. Sebab (tuas) dua-duanya menunjukan sikap yang berbeda atau mengalami anomali," terang Nurcahyo.

Nurcahyo menjelaskan, bahwa trottle sebelah kiri bergerak mundur terlalu jauh. Di sisi lain, trottle sebelah kanan tidak bergerak dan terindikasi macet.

Dugaan kerusakaan trottle belum dapat disimpulkan, sebab trottle tersambung dengan 13 komponen lain dalam bagian pesawat.

"Kami masih melakukan penyelidikan dari 13 komponen lain yang terkait dengan gerakan tuas tersebut," papar Nurcahyo.

2. Dua Komponen Pesawat Sempat Diperbaiki

Berdasarkan caratan perawatan pesawat, Sriwijaya Air SJ 182 sempat melakukan perbaikan pada dua perangkatnya.

Perbaikan pertama dilakukan pada petunjuk kecepatan (mach/airspeed indicator) sebelah kanan pesawat yang mengalami kerusakan.

Perbaikan dilakukan pada 25 Desember 2020.

Saat itu perbaikan komponen ini belum berhasil. Sehingga dimasukkan dalam daftar DMI Kategori C.

Lalu, berdasarkan panduan minimum equipment list (MEL) proses perbaikan boleh ditunda sampai dengan 10 hari.

"Pada tanggal 4 Januari indikator kecepatan (mach/airspeed indicator) ini diganti dan hasilnya bagus sehingga DMI ditutup," kata Nurcahyo.

Proses perbaikan selanjutnya dilakukan 3 Januari 2021, pada komponen auto-trottle atau tuas pengatur tenaga mesin pesawat yang digerakkan otomatis yang tidak berfungsi.

Perbaikan itu dinyatakan berhasil, meski kemudian pada 4 Januari 2021 kerusakan yang sama kembali terjadi.

Proses perbaikan kali kedua pada auto-trottle itu belum berhasil sehingga dimasukkan ke DMI.

"Tanggal 5 Januari 2021 dilakukan perbaikan dengan hasil baik dan DMI yang ditutup," kata Nurcahyo.

Setelah perbaikan 5 Januari tersebut, Nurcahyo mengatakan tidak ada lagi catatan pada DMI yang berarti tidak ada kerusakan pada pesawat.

3. Pesawat Tak Lewati Awan Hujan

Pesawat Sriwijaya SJ 182 tidak melewati area awan hujan dan awan yang berpotensi menyebabkan guncangan.

Hal tersebut diungkapkan Nurcahyo, berdasarkan data cuaca yang diperoleh KNKT dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Bahwa pesawat ini tidak melalui area dengan awan yang signifikan dan bukan area awan hujan, juga tidak berada in-cloud turbulance atau di dalam awan yang berpotensi menimbulkan guncangan," papar Nurcahyo.

4. Komunikasi Terakhir Dengan Pilot

Komunikasi terakhir antara Air Traffic Controller (ATC) dengan Pilot Sriwijaya Air SJ 182 terjadi pada pukul 14.39.59 WIB.

Saat itu, pilot menjawab instruksi ATC agar pesawat naik di ketinggian 13.000 kaki.

"Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot ATC di Bandara Soekarno-Hatta," tutur Nurcahyo.

Sebelumnya pada pukul 14.38.51 WIB, pilot meminta izin pada ATC untuk berbelok ke arah 075 derajat karena kondisi cuaca dan ATC memberikan izin.

ATC kemudian memperkirakan perubahan arah itu akan membuat pesawat SJ 182 bertemu pesawat lain yang berangkat dari bandara yang sama, Bandara Soekarno-Hatta, dengan tujuan yang sama pula, yakni Pontianak.

"Maka, SJ 182 diminta berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," sebut Nurcahyo.

Lalu pada pukul 14.39.47 WIB pesawat mulai berbelok ke kiri saat melewati ketinggian 10.600 kaki dan berada di 046 derajat.

Setelah kronologi tersebut, pihak ATC meminta pesawat SJ 182 naik ke ketinggian 13.000 kaki, dan mendapatkan jawaban dari pilot, yang tercatat merupakan komunikasi terakhir yang terjadi.

5. CVR Harus Ditemukan

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menegaskan, Cockpit Voice Recorder (CVR) harus ditemukan. Soerjanto menyebut tanpa adanya CVR, KNKT akan mengalami kesulitan dalam mencari tahu penyebab kecelakaan udara yang dialami Sriwijaya Air JT 182.

Hingga kini, lanjut Soerjanto, KNKT belum memtuskan kapan batas waktu maksimal pencarian CVR.

"Apapun yang terjadi CVR harus ditemukan. Sepanjang kami mampu, kami akan lakukan (pencarian)," tegas Soerjanto dalam konfrensi pers Laporan Pendahuluan Kecelakaan pesawat udara Boeing 737 SJ 182, Rabu (10/2/2021).

Soerjanto melanjutkan, jika CVR tidak ditemukan, maka pihaknya tidak bisa mendapatkan data percakapan yang terjadi di kokpit antara pilot dan co-pilot. Padahal data tersebut sangat signifikan untuk proses investigasi penyebab jatuhnya Sriwijaya Air JT 182.

"Kami belum berfikir kalau (CVR) tidak ketemu. Kalau tidak ketemu kami tidak bisa menghasilkan report atau kesimpulan apa yang terjadi di (masa) terakhir (jatuhnya pesawat) itu," paparnya.

Hingga saat ini, proses pencarian terhadap CVR masih dilakukan.

Ada sejumlah kendala yang dihadapi KNKT di dalam proses pencarian itu, mulai dari angin kencang, gelombang air yang tinggi, hingga adanya lumpur di dasar laut.

"Dugaan kami terendam di bawah lumpur. Penyelam akan menggali secara manual sesuai wilayah-wilayah yang sudah kami kotak-kotakan," kata Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo.

"Mudah-mudahan tidak terlalu lama CVR bisa ditemukan," imbuh dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/02/15582671/operasi-identifikasi-korban-sriwijaya-air-sj-182-resmi-berakhir-3-orang

Terkini Lainnya

Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Polda Metro: Dua Oknum Polisi yang Tipu Petani di Subang Sudah Dipecat

Megapolitan
Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Pasar Jambu Dua Bogor Akan Beroperasi Kembali Akhir Juli 2024

Megapolitan
PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

PPDB SD Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur dan Jadwalnya

Megapolitan
Larang Bisnis 'Numpang' KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Larang Bisnis "Numpang" KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Megapolitan
Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Megapolitan
Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Megapolitan
Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke