Salin Artikel

Menilik Sosok Rani Juliani, Saksi Kunci dalam Kasus Pembunuhan Nasrudin yang Disebut Menjebak Antasari...

JAKARTA, KOMPAS.com - Tepat 12 tahun yang lalu, pada 15 Maret 2009, Direktur PT Putra Rajawali Bantaran Nasrudin Zulkarnaen meninggal dunia usai ditembak di bagian kepala sehari sebelumnya.

Nasrudin ditembak oleh dua orang yang berboncengan motor setelah bermain golf di padang golf Modernland, Tangerang, Banten.

Nama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada waktu itu, Antasari Azhar, muncul sebagai salah satu tersangka dan dalang di balik pembunuhan tersebut.

Nama Antasari mencuat karena ditemukan bukti pesan singkat yang bernada ancaman terhadap Nasrudin.

Kurang lebih, isi pesan singkat tersebut adalah sebagai berikut: "'Maaf... masalah ini hanya kita berdua yang tahu. Kalau ini sampai terblow-up, tahu konsekuensinya', Begitu kira-kira," kata pengacara keluarga Nasrudin, Jeffry Lumempouw seperti diberitakan Harian Kompas, Sabtu (2/5/2009).

Kehadiran Rani Juliani

Pembunuhan Nasrudin sempat dikait-kaitkan dengan kisah cinta segitiga antara Antasari, Nasrudin, dan seorang perempuan bernama Rani Juliani.

Rani diketahui adalah mantan caddy di padang golf yang sering disambangi oleh Antasari dan Nasrudin itu. Rani juga dikabarkan sudah menjadi istri siri Nasrudin sejak tahun 2007.

Pada bulan Mei tahun 2009, Rani yang sudah bekerja di bagian pemasaran Modernland menemui Antasari dengan tujuan membicarakan keanggotan Antasari di padang golf tersebut.

Pertemuan berlangsung di kamar 803 Hotel Grand Mahakam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Menurut berkas persidangan Antasari, tertulis bahwa Antasari mengajak Rani untuk bersetubuh. Namun, ditolak oleh perempuan tersebut sembari menjawab, "lain kali saja pak".

Rani kemudian mengadukan pertemuan itu kepada Nasrudin.

Nasrudin pun meminta Rani untuk kembali menemui Antasari, berharap dapat menghubungkan dirinya dengan ketua KPK demi menjadi direktur BUMN.

"Setelah dihubungi, terdakwa bersedia bertemu di tempat yang sama. Selanjutnya, dengan menggunakan taksi, Rani dan Nasrudin menuju Hotel Grand Mahakam. Saat akan menuju kamar, korban diminta agar mengaktifkan HP supaya bisa mendengar pembicaraan," terang jaksa penuntut umum di persidangan.

Di sela pembicaraannya dengan Rani di kamar hotel tersebut, Antasari kembali membujuk Rani untuk bersetubuh. Ia bahkan dituduh sudah membuka kancing baju Rani.

Rani dikatakan menolak ajakan tersebut, namun Antasari terus memaksanya. Sebelum pulang, Antasari memberi Rani uang sebesar 500 dolar AS.

Saat hendak keluar kamar, Nasrudin tiba-tiba masuk dan marah atas tindakan yang telah dilakukan Antasari kepada istrinya.

Pertemuan di hotel ini diduga menjadi pemicu pertengkaran antara Antasari dan Nasrudin yang berujung pembunuhan.

Mendengar dakwaan tersebut, pengacara Antasari, Juniver Girsang, membenarkan kliennya bertemu Rani di hotel. Akan tetapi, menurutnya, dakwaan tersebut direkayasa.

"Dalam pertemuan itu, ada opini yang terbentuk bahwa ada perbuatan yang tidak patut dilakukan antara Antasari dan Rani. Ini tidak benar dan hanya rekayasa saja," ujar Juniver.

Antasari, kata Juniver, mengaku mengenal Rani tahun 2006 sebagai caddy Modern Golf Tangerang, Banten, dan setelah itu tidak pernah bertemu lagi.

Lalu, pada Mei 2009, Rani mengirimkan SMS ke Antasari untuk menanyakan keaktifan sebagai anggota Modern Golf sebab Rani sudah menjadi staf pemasaran dan bukan lagi menjadi caddy.

Juniver menegaskan, hubungan Antasari dan Nasrudin tetap baik pascapertemuan di hotel itu.

Malah, Nasrudin sempat meminta bantuan Antasari agar salah satu kerabatnya diterima bekerja di KPK.

Rani dijaga terlalu berlebihan oleh Polisi

Pada 26 Juni 2009, Rani yang merupakan saksi kunci di kasus pembunuhan tersbeut datang ke Gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan.

Ia tiba dengan kawalan ketat polisi sekitar pukul 11.30 WIB. Perlakuan polisi terhadap perempuan kelahiran Tangerang, 1 Juli 1986 ini tampak istimewa.

Rani datang dengan mobil seorang penyidik, Fortuner hitam, seperti dilansir Harian Kompas.

Puluhan wartawan yang menunggu sejak pagi kecewa saat Rani hadir tanpa penjelasan apa-apa. Ia muncul tanpa bicara di depan kamera.

Setelah diperiksa sebagai saksi selama empat jam, dengan mengecoh wartawan, polisi mengembalikan Rani ke "sarang" rahasianya pukul 15.30 WIB.

Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Mochamad Iriawan kepada wartawan menjelaskan, Rani diperiksa sebagai saksi.

Polisi ingin mendengar pengakuan Rani tentang telepon genggam Nasrudin sebelum Nasrudin terbunuh, serta sejumlah isi layanan pesan singkat (SMS) yang diterima maupun dikirim Nasrudin kepada dan dari Rani.

"Polisi mau mencocokkan hal-hal ini," ujar Iriawan.

Salah satu isi SMS menyebutkan ajakan Nasrudin kepada Rani agar mengadukan peristiwa pertemuan antara Antasari dan Rani di Hotel Grand Mahakam.

"Nasrudin mengajak Rani ke DPR mengadukan kasus ini. Orangtua Rani melarang karena katanya, 'Kita kan cuma orang kecil'. Tetapi, Rani sempat bersikeras dengan mengatakan kalau aku mati dibunuh? Meski demikian, Nasrudin-Rani akhirnya batal ke DPR," papar Iriawan.

Rani dan keluarganya menghilang sejak kasus ini muncul. Berbagai media berusaha dengan "segala cara" mencari informasi tentang Rani Juliani.

Mulai dengan mencari tahu latar belakang lewat sekolah, tetangga terdekat, maupun orang yang dikenal Rani.

Catatan Kompas.com, Rani dititipkan oleh polisi di markas sebuah organisasi kemasyarakatan di Jakarta Utara. Sebelumnya, ia disembunyikan di apartemen dan sempat berpindah-pindah tempat.

Sejak penembakan suaminya pada 14 Maret 2009, Rani seperti ditelan bumi.

Polisi hanya memberi keterangan bahwa Rani berada dalam perlindungan polisi.

Kriminolog Adrianus Meliala menganggap, perlindungan yang diberikan polisi kepada Rani terlalu berlebihan.

Dalih polisi bahwa nyawa Rani terancam tidak disertai alasan dan penjelasan yang terbuka.

”Setelah proses pemberkasan seperti sekarang, Polri harus menjelaskan dulu, seperti apa peran Rani, siapa dia, perlihatkan kepada publik. Saya rasa tidak sepantasnya disembunyikan luar biasa seperti ini, ultraprotection,” ujarnya, Juni 2009 lalu.

Menurut Adrianus, dalam melindungi saksi, polisi harus memberikan ruang yang proporsional dan tidak berlebihan.

(Kompas/ Windoro Adi)

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/15/17112641/menilik-sosok-rani-juliani-saksi-kunci-dalam-kasus-pembunuhan-nasrudin

Terkini Lainnya

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke