Ada banyak cerita di balik masjid yang berusia 445 tahun itu.
Salah satunya soal relief yang menempel di genting masjid. Relief itu merupakan pemberian Sultan Ageng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya merupakan Sultan ke-6 Banten yang juga pahlawan asal Provinsi Banten.
Penasihat DKM Masjid Jami Kalipasir Achmad Sjairodji (71) menyatakan, beberapa relief di masjid tersebut tak pernah diganti selama ratusan tahun.
Relief pemberian Sultan Ageng Tirtayasa berada di puncak masjid. Bentuknya menyerupai api dan berwarna emas.
"Atas ini bukan kubah kan. Ada itu di bagian atas. Itu pemberian Sultan Ageng Tirtayasa," kata Sjairodji saat ditemui, Rabu (21/4/2021).
Menurut Sjairodji, Sultan Ageng Tirtayasa memberikan relief itu ke Masjid Jami Kalipasir karena istri Sultan Ageng Tirtayasa dimakamkan di halaman masjid tersebut.
"Hubungan Sultan Ageng Tirtayasa dengan Masjid Kali Pasir karena di sini ada istrinya yang bernama Ratu Negara," papar Sjairodji.
Makam di area masjid
Berkait makam yang ada di sisi barat masjid, lanjut dia, yakni merupakan pemakaman umum.
Tanahnya sendiri adalah tanah wakaf.
Sjairodji menyebutkan, sejumlah orang yang dimakamkan di pemakaman Masjid Jami Kalipasir setidaknya ada tiga maqom atau tingkatan derajat seseorang.
Tiga maqom tersebut, yakni pendiri Masjid Kalipasir, ulama dan umaro (pemimpin pemerintahan), serta masyarakat umum.
"Para pendiri masjid (yang dimakamkan di Masjid Kalipasir) di antaranya Tumenggung Aria Ramdon, meninggal tahun 1780," ungkap dia.
"Aria Tumenggung Suta Dilaga, putra Tumenggung Aria Ramdon, dimakamkan di sini juga tahun 1823," sambung Sjairodji.
Seorang pendiri pesantren perempuam pertama se-Jawa, Murtafiah, juga dimakamkan di masjid tersebut.
Kata Sjairodji, Murtafiah termasuk dalam maqom ulama.
Dia menambahkan, pendiri pesantren putri pertama se-Jawa itu merupakan sepupu dari Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, seorang ulama Indonesia yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram.
"Kemudian umaro-nya, pemimpin pemerintahan, bupati Tangerang pertama dimakamkan di sini. Bernama Raden Akhyar Pena, itu bupati pertama Tangerang," tutur dia.
Maqom ketiga yang merupakan masyarakat umum juga dimakamkan di Masjid Kalipasir.
Sjairodji menyatakan, banyak warga umum yang dimakamkan secara tumpuk-menumpuk karena lahan yang memang terbatas.
"Setiap tahun di makam-makam itu, banyak pengunjung berziarah. Ke siapa pun," ujarnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/22/07050021/relief-dari-sultan-ageng-tirtayasa-hingga-makam-sepupu-imam-masjidil