Namun, dalam kondisinya di lapangan, sistem ganjil genap yang diterapkan di pusat Kota Bogor jelang waktu berbuka puasa itu rupanya tak cukup untuk meminimalisasi pergerakan warga.
Kepadatan arus kendaraan masih tetap terjadi selama ganjil genap akhir pekan kemarin.
Berdasarkan data kepolisian setempat, dalam dua hari pemberlakuan ganjil genap di jalur lingkar Istana Kepresidenan Bogor, tercatat ada lebih dari 5.000 kendaraan yang dipaksa putar balik oleh petugas di lima titik check point.
Rinciannya, Sabtu (1/5/2021), ada 2.361 kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, yang diputar balik.
Sementara Minggu (2/5/2021), ada 3.076 kendaraan yang terkena penyekatan.
Sehingga, total ada 5.437 kendaraan yang terjaring razia ganjil genap di Kota Bogor akhir pekan kemarin.
Kepala Polresta Bogor Kota Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro menyatakan memahami sistem ganjil genap menimbulkan efek kepadatan arus lalu lintas.
Susatyo menilai, kondisi tersebut wajar karena tingkat mobilitas warga meningkat pada akhir pekan, terutama jelang sore hari.
"Tentunya kembali kepadatan itu wajar dan normal, karena terlihat sejak pagi hingga siang itu aktivitas masyarakat menuju pusat kota dan juga ke tempat perbelanjaan meningkat, sehingga kami berusaha untuk melakukan pembatasan mobilitas tersebut," ungkap Susatyo, Minggu (2/5/2021).
Susatyo menuturkan, penerapan ganjil genap akhir pekan di Kota Bogor sudah selesai.
Selanjutnya, kata Susatyo, Satgas Covid-19 akan melakukan evaluasi apakah ganjil genap akan kembali dilakukan atau tidak.
Sebab, berdasarkan evaluasinya, ia melihat ada beberapa titik yang dinilai rawan terjadinya penumpukan.
Ia menyebutkan, Pasar Anyar merupakan salah satu titik krusial terjadinya penumpukan masyarakat jelang Lebaran.
"Kami juga sedang memetakan beberapa tempat yang diduga akan mengalami kepadatan jelang lebaran, seperti Pasar Anyar, Kebon Kacang, dan sebagainya. Kami akan rumuskan kembali apakah akan menerapkan ganjil genap di lokasi tersebut sehingga tidak terjadi penumpukan," bebernya.
Banyak warga yang paksakan diri
Pada Sabtu lalu, Kombes Susatyo mengungkapkan, dalam evaluasi hari pertama ganjil genap, masih banyak warga yang memaksakan diri untuk melintas ke pusat kota atau jalur seputar Istana Kepresidenan Bogor.
Susatyo mengatakan, kondisi itu menimbulkan efek kepadatan yang terjadi di beberapa ruas jalan di Kota Bogor.
Untuk mengurangi kepadatan, petugas gabungan disebar di beberapa titik ruas jalan yang mengarah ke pusat kota (jalur SSA) sehingga penumpukan kendaraan bisa terurai.
"Masih banyak jalur, tidak harus melewati SSA. Saya tidak ingin ada ngabuburit, sengaja berputar-putar di pusat kota. Tentunya ini menambah crowded," sebut Susatyo.
"Jadi kami imbau warga tidak perlu ke pusat kota untuk belanja dan makan (buka puasa) dan lain sebagainya. Silakan lakukan aktivitasnya di wilayahnya masing-masing," sambung dia.
Ganjil genap imbas peningkatan kasus Covid-19
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, pemberlakuan ganjil genap pada Sabtu-Minggu lalu dilakukan untuk mengurangi mobilitas warga, khususnya dalam mengantisipasi kerumunan jelang waktu berbuka puasa.
Bima mengingatkan bahwa kasus Covid-19 di Kota Bogor meningkat dalam beberapa hari ke belakang. Sebab itu, kebijakan ganjil genap dirasa perlu kembali untuk diberlakukan.
"Ini untuk mengingatkan lagi warga Kota Bogor supaya tidak terlena. Kita lihat tempat-tempat sudah mulai penuh untuk bukber (buka bersama). Apalagi sekeliling pusat kota sudah mulai penuh, warga sudah banyak jalan-jalan. Ini belum selesai Covid-19-nya," ucap Bima.
Bima menambahkan, aturan terhadap pengecualian ganjil genap masih tetap sama, yaitu kendaraan pengangkut bahan sembako, ambulans, kendaraan dinas milik Pemda dan TNI-Polri, dan ojek online.
Bima pun meminta kepada seluruh warga untuk memahami dan mematuhi kebijakan tersebut.
"Yang melanggar kami putar balik. Ganjil genap hanya dua jam saja, di seputar SSA," pungkasnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/03/10233411/ganjil-genap-kota-bogor-aktivitas-warga-masih-tinggi-hingga-ribuan