Salin Artikel

Cerita Anak yang Kehilangan Ayahnya karena Covid-19

Namun, masih saja banyak warga yang abai dengan protokol kesehatan, bahkan ada yang tidak percaya adanya Covid-19.

Winda (30) dan Tommy, dua-duanya warga Jakarta, merupakan orang telah kehilangan ayah mereka setelah terpapar Covid-19. Mereka berharap, tidak ada lagi yang menyepelekan Covid-19, apalagi tidak mempercayainya. 

"Mudah-mudahan enggak ada lagi deh orang-orang yang harus kehilangan bapak, ibu, anak, kakak, adik, dan saudara-saudara lain (karena Covid-19)," ujar Winda (30).

Kesulitan cari rumah sakit

Winda kehilangan ayahnya karena Covid-19 pada akhir Desember tahun lalu. Kesulitan mencari kamar di Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk Covid-19 untuk kedua orangtuanya dia rasakan, seperti yang dialami banyak para penderita Covid-19 saat ini.

"Awal Desember itu, pertama nyokap sakit kan. Itu gejalanya bukan gejala Covid-19, itu benar-benar kaya asam lambung tapi kok parah banget asam lambungnya," kata Winda.

Winda sudah berpindah-pindah rumah sakit untuk merawat inap ibunya. Sudah dua rumah sakit di Jakarta ia datangi tetapi kondisinya penuh.

"Nyokap pilihannya waiting list untuk masuk IGD. Yang pada saat itu ada pasien sudah tiga hari waiting list belum diapa-apain," tambah Winda.

Karena ibunya positif Covid-19, Winda memutuskan agar ayahnya menjalani swab test. Ayahnya kemudian dinyatakan Covid-19.

"Nyokap sudah kritis. Pas masuk sana langsung ke ICU. Bokap itu cuma OTG (Orang Tanpa Gejala)," kata Winda.

Ayah Winda dirawat di ruang rawat isolasi, sementara ibunya di ruang Intensive Care Unit (ICU).

Kondisi kesehatan ibunya berangsur-angsur membaik. Namun, tak demikian dengan ayahnya.

"Kalau bokap terbalik, di hari ke delapan, bokap di rumah sakit, dikabarin kondisi makin drop. saturasi turun, harus masuk ICU cuma disayangkan ICU penuh," kata Winda.

Penuhnya ruang ICU mengharuskan ayahnya untuk menunggu. Di hari kesepuluh, ayahnya masuk High Care Unit (HCU) sambil menyiapkan kamar ICU.

"Ternyata memang sudah umur juga, pas masuk waiting list itu gue dikabarin, segala sesuatu itu lewat telpon dan lewat tenda khusus. Di situ, bokap meninggal," ujar Winda.

Dari pengalamannya, Winda menegaskan, Covid-19 tak bisa disepelekan. Winda meminta warga untuk menjaga diri dan keluarga dengan menerapkan protokol kesehatan. Dia menegaskan, untuk mengatasi pandemi Covid-19, perlu kerja sama dari berbagai pihak.

"Kita harus sama-sama stop Covid-19 bareng-bareng. Vaksinasi. Jadi jangan pernah ragu untuk vaksinasi, selama punya kesempatan buat vaksin, segeralah vaksin. Jadi bisa sama-sama menjaga diri dan orang-orang di sekitar kita," ujar Winda.

Pengalaman serupa juga dialami Tommy. Di bulan Januari, ayahnya mengalami meriang. Badannya sakit dan lemas. Saat itu, ayahnya menjalani swab test kali pertama dan dinyatakan negatif.

"Kedua kalinya baru positif. Dan dianjurkan di rumah aja, isolasi mandiri di rumah, nah sudah bagus tuh perkembangannya sudah lumayan, batuk-batuknya juga udah sembuhlah pokoknya dirawat tiga hari itu," ujar Tommy, Jumat.

Tommy harus menggunakan Alat Pelindung Dasar (APD) untuk bisa bertemu dengan ayahnya. Hari demi hari sampai hari keempat, kondisi ayahnya memburuk.

"Nah setelah lewat dari empat harilah, hari keempat itu sesak, sesaknya gak ketolongan, ya sudah mau enggak mau kami bawa ke rumah sakit," ujar Tommy.

Setibanya di rumah sakit, ayahnya sudah tak sesak lantaran bantuan oksigen. Namun, di hari ketiga dirawat di ruang ICU, saturasi oksigennya menurun drastis sehingga dipasang ventilator.

"Ya kita semua sambil berdoa deh harap- harap cemas dan paginya sekitar itu dikabarin sekitar jam 02.00 WIB, jam 21.00 WIB, bapak udah enggak ada," kata Tommy.

Rasa sedih menyelimuti Tommy. Ia bilang, ayahnya masih berumur 60 tahun dan relatif sehat.

"Ya harapannya mudah-mudahan udahlah stop gitu (abai protokol kesehatan). Kan kita juga enggak maulah kehilangan orang-orang yang kita sayangi dengan cepat gitu kan. Masa dalam waktu seminggu sudah hilang (meninggal)," kata Tommy.

Misleading dari pemerintah

Winda menilai adanya misleading dari pemerintah terkait penanganan Covid-19. Pemerintah di awal pandemi Covid-19 menganggap remeh Covid-19.

"Waktu itu bilang, Covid-19 enggak terlalu bahaya bahkan sempet dijadiin guyonan, Covid-19 enggak akan masuk Indonesia. Awalnya gue mikir sesepele itu, tapi pas ke belakangnya, ternyata ini enggak seringan itu, enggak sepele itu," kata Winda.

Winda menyatakan, dia awalnya agak skeptis dengan Covid-19 tetapi tetap berupaya mengamankan dirinya dan keluarga agar tak tertular.

"Gue sebisa mungkin mengamankan gue dan keluarga. Di berita bilang makin parah, gue gak berusaha mendengarkan itu supaya lebih tenang aja," ujar Winda.

Baginya, pemerintah pusat dan daerah tak tegas dalam membuat aturan. Peraturan terkait penanganan Covid-19 dinilai bertolak belakang antara satu aturan dengan aturan lainnya.

"Misalnya waktu itu ada aturan pas Lebaran, gengak boleh ke makam tapi mal buka. Enggak boleh mudik Lebaran tapi dibatesin waktunya. Jadi orang enggak mudik di tanggal segitu, tapi mudik di tanggal sebelumnya. Kebijakannya setengah-setengah. Warganya juga sudah bosan sudah terlalu jengah dengan pandemi tapi ya... mereka jadi kaya enggak peduli lagi," tambah Winda.

Kebijakan pemerintah yang dinilai setengah-setengah itu dinilai berdampak kepada lonjakan kasus Covid-19 saat ini.

"Tapi mudah-mudahan harapan gue ini semua jadi pelajaran buat semua warga Jakarta dan Indonesia, bahwa Covid-19 di Indonesia masih ada. Dan enggak bisa disepelein juga. jaga diri sendiri dan keluarga. Mudah-mudahan gak adalagi deh orang-orang yang harus kehilangan bapak, ibu, anak, kaka adik, dan saudara-saudara lain," kata Winda.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/28/08333491/cerita-anak-yang-kehilangan-ayahnya-karena-covid-19

Terkini Lainnya

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Megapolitan
Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi 'May Day'

Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi "May Day"

Megapolitan
Massa Aksi 'May Day' Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Massa Aksi "May Day" Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Megapolitan
Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke