Salin Artikel

UI Panggil Mahasiswa Kritis dan Pejabatnya Merangkap dalam Kekuasaan, Pakar: Pelemahan Kaum Intelektual

Isu ini menyeruak setelah pemanggilan sejumlah mahasiswa oleh rektorat, menyusul diunggahnya poster meme "Jokowi: King of Lip Service" pada Minggu (27/6/2021).

Setelah ditelusuri, sejumlah pejabat UI, mulai dari rektor hingga sejumlah anggota Majelis Wali Amanat (MWA) yang dipilih oleh menteri, diketahui mengisi sejumlah jabatan di pemerintahan, baik jabatan struktural maupun bukan.

Situasi ini dianggap buruk secara etis, karena dapat membuka pintu bagi masuknya konflik kepentingan dan intervensi politik, yang kelak mengusik independensi serta kebebasan akademik.

Pakar hukum tata negara, Bivitri Susanti, menilai bahwa apa yang terjadi di UI hanya contoh dari gejala umum belakangan ini, yakni pelemahan kaum intelektual melalui intervensi politik.

"Bila kita refleksikan, sebenarnya yang terjadi sekarang adalah pelemahan kaum intelektual. Caranya dua, dengan mengkooptasi dan dengan menekan," kata Bivitri kepada Kompas.com.

Modus ini pernah digunakan rezim Orde Baru dengan program NKK/BKK. Kini, NKK/BKK sudah tidak ada, namun bukan berarti kampus lepas dari cengkeraman kekuasaan.

"Kampus-kampus memang dibuat bungkam terhadap kondisi yang salah, dan (dibuat) mendukung pemerintahan, dengan cara seperti ini. Kalau dulu dengan NKK/BKK, sekarang dengan kontrol," kata dia.

"Yang terjadi di UI dan kampus-kampus lain sudah menggambarkan ini. Mahasiswa ditekan untuk tidak bersuara soal UU Cipta Kerja, misalnya, melalui dosen-dosennya dan kampus," lanjut Bivitri.

Sebagian dosen dan mahasiswa memang masih bisa melawan, semisal yang terjadi ketika Universitas Mataram menyatakan bahwa kedatangan Ketua KPK Firli Bahuri beberapa waktu lalu dibatalkan, menyusul penolakan besar-besaran dari mahasiswa.

Namun, secara umum, kampus tak lagi melindungi ekspresi politik mahasiswanya, sebagaimana yang terjadi secara umum jelang kejatuhan Soeharto pada 1998.

Siasat untuk menekan ekspresi mahasiswa akhirnya pindah ke birokrasi dan pejabat kampus.

Di sini lah, keberadaan pejabat kampus yang merangkap jabatan di lingkaran kekuasaan, jadi masalah serius.

"Tinggal tergantung birokrat kampus, makanya yang ditekan kemudian adalah birokrat kampus. Makanya, sekarang kampusnya yang dikontrol dengan skema kampus negeri seperti yang sekarang, di mana rektor sangat tergantung pada menteri (dan MWA)," Bivitri menjelaskan.

Sebagai informasi, Rektor UI Ari Kuncoro, diduga melanggar Statuta UI karena menjabat komisaris utama di BNI ketika dilantik sebagai rektor pada 4 Desember 2019, dan sejak 18 Februari 2020 menduduki kursi wakil komisaris utama di BRI hingga sekarang.

Pengangkatan Ari sebagai rektor adalah kewenangan Majelis Wali Amanat/MWA, salah satu Organ UI di samping Senat Akademik dan Dewan Guru Besar.

MWA UI juga bertugas menilai kinerja rektor dan menetapkan kebijakan serta rencana-rencana UI.

Total 17 MWA UI 2019-2024 yang mengangkat Ari sebagai rektor, sebelumnya diangkat oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada 26 Maret 2019.

Delapan dan 17 anggota MWA UI itu rupanya rangkap jabatan di lingkaran kekuasaan Presiden Jokowi.

Rangkap jabatan para anggota MWA UI ini, di atas kertas, tidak melanggar apa pun, namun dipertanyakan dari segi etika.

Bambang Brodjonegoro dan Darmin Nasution, kini nonaktif dari pemerintahan, rangkap jabatan sebagai menteri ketika dilantik sebagai anggota MWA UI.

Sejumlah nama lain kini masih aktif di pemerintahan, seperti Erick Thohir (Menteri BUMN), Sri Mulyani (Menteri Keuangan 2 periode), Saleh Husin (Koordinator Tim Ahli Wakil Presiden), Jonathan Tahir (Penasihat Kepala Kantor Staf Presiden), dan Wiku Adisasmito (Kepala Tim Pakar dan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19).

"Seharusnya mereka minta mundur kalau mereka etiknya baik sebagai dosen," tutup Bivitri.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/30/16251161/ui-panggil-mahasiswa-kritis-dan-pejabatnya-merangkap-dalam-kekuasaan

Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke