Salin Artikel

Varian Delta Mengamuk di Jakarta: Penularan Semakin Masif, Jenazah Pasien Covid-19 Harus Antre Dimakamkan

Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI hingga Minggu (11/7/2021) mencatat, total ada 615 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dengan varian B.1.617.2 atau varian Delta.

Temuan itu diketahui telah tersebar di 13 provinsi, di mana DKI Jakarta menjadi provinsi dengan sebaran terbesar, yakni 264 kasus.

Kemenkes menyebutkan, varian Delta ini enam kali lebih menular daripada varian Alpha B.1.1.7 asal Inggris.

Pemprov DKI memberikan klasifikasi gejala yang umumnya disebabkan oleh varian Delta yakni, demam, mual dan muntah, flu parah, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, diare dan sakit perut, nyeri sendi, dan hilang selera makan.

Semakin masifnya penyebaran Covid-19 varian Delta juga dibuktikan dengan tingginya penambahan kasus harian di Ibu Kota selama PPKM Darurat.

Pada Selasa kemarin, tercatat penambahan 12.182 kasus Covid-19. Dari penambahan kasus itu, sebanyak 14 persen di antaranya anak usia 0-18 tahun.

Rinciannya 1.123 anak usia 6-18 tahun dan 370 kasus anak usia 0-5 tahun. Sedangkan, 9.305 kasus adalah usia 19 - 59 tahun dan 1.384 kasus adalah usia 60 tahun ke atas.

Dengan penambahan kasus harian itu, angka kumulatif Covid-19 di Jakarta berada di 689.243 kasus.

Sementara itu, selama enam hari terakhir, kasus harian Covid-19 konsisten di atas 10.000. Berikut penambahan kasus Covid-19 di Ibu Kota yang berada di atas 10.000 kasus selama PPKM darurat:
4 Juli: 10.485 kasus
5 Juli: 10.903 kasus
8 Juli: 12.974 kasus
9 Juli: 13.112 kasus
10 Juli: 12.920 kasus
11 Juli: 13.133 kasus
12 Juli: 14.619 kasus
13 Juli: 12.182 kasus


Pada Selasa kemarin, tercatat 4.574 pasien yang dinyatakan sembuh, sehingga total pasien sembuh sebanyak 589.486 orang. Kemudian, tercatat 90.216 pasien Covid-19 masih butuh perawatan atau isolasi.

Pasien meninggal dunia akibat Covid-19 juga bertambah 79 orang. Total 9.541 pasien Covid-19 meninggal di DKI Jakarta selama pandemi.

RS di Jakarta Kolaps

Data terbaru yang dipublikasi Pemprov DKI pada 2 Juli 2021, kapasitas tempat tidur isolasi di 140 rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta adalah 11.134 tempat tidur.

Dari jumlah itu, sudah terisi 10.220, atau 92 persen. Keterisian tempat tidur ICU juga tak jauh berbeda tempat tidur isolasi.

Dari 1.344 tempat tidur ICU yang disediakan, sudah terisi 94 persen.

Penuhnya fasilitas kesehatan ini membuat banyak pasien tidak tertampung dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Akhirnya, mereka memilih menjalani isolasi mandiri di rumah meski kondisinya sudah kritis. Tak sedikit dari pasien yang kondisinya kritis saat isolasi mandiri dilaporkan meninggal di rumah.

Koalisi Lapor Covid-19 melaporkan, sepanjang Juni 2021, setidaknya 265 warga yang terpapar Covid-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.

"Fenomena ini menjadi potret nyata kolapsnya fasilitas kesehatan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan mendapatkan layanan medis yang layak," tulis Lapor Covid-19 dalam keterangannya.

"Situasi ini diperparah oleh komunikasi risiko yang buruk, yang menyebabkan sebagian masyarakat menghindari untuk ke rumah sakit dan memilih isolasi mandiri," tulis Lapor Covid-19.

Antrean Jenazah Pasien Covid-19

Anggota DPRD DKI Jakarta Johny Simanjuntak menceritakan kondisi kritis di salah satu rumah sakit di Jakarta yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara.


Tidak hanya antrean pasien, kata dia, tetapi jenazah pasien Covid-19 juga ikut mengantre menunggu giliran untuk dimakamkan.

RSUD Koja di Jakarta Utara menjadi salah satu cerminan fasilitas kesehatan yang mulai kewalahan menghadapi lonjakan kasus Covid-19.

"Pernah 29 jenazah antre, menunggu proses pemulasaraan (di RSUD Koja)," kata Johny saat dihubungi melalui telepon, Jumat (9/7/2021).

Johny menyaksikan langsung betapa kewalahannya rumah sakit di Ibu Kota menghadapi penyebaran Covid-19 yang semakin masif.

Dia menceritakan, ambulans berjejer mengantre untuk mengantar para korban keganasan virus corona ke tempat peristirahatan terakhir.

Kondisi ini sebelumnya tak pernah dibayangkan siapa pun, juga bagi Johnny yang dimintai tolong mengurus jenazah yang sudah terbujur kaku selama lebih dari delapan jam.

"Kader kami itu baru bisa dimakamkan jam 21.00 malam, padahal meninggalnya pagi, sudah cukup lama," ujar Johny.

Johnny juga diberi tahu oleh pihak RSUD Koja bahwa mereka mulai kewalahan mengurus jenazah dan pasien yang terus berdatangan. Pihak rumah sakit bahkan menawarkan keluarga jenazah untuk mencari peti mati sendiri karena persediaan yang minim.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/14/19090021/varian-delta-mengamuk-di-jakarta-penularan-semakin-masif-jenazah-pasien

Terkini Lainnya

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Megapolitan
Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Megapolitan
Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke