Salin Artikel

Di Tengah Keterbatasan, Satu Per Satu Warga Miskin Jakarta Meninggal Saat Isolasi Mandiri

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukannya mereda, kasus Covid-19 di Indonesia semakin memburuk beberapa waktu belakangan.

Pada Rabu (14/7/2021), Indonesia kembali mencatatkan rekor penambahan kasus harian, yakni di angka 54.517. Penambahan terbanyak ada di Ibu Kota Jakarta dengan 12.667 kasus.

Kondisi ini tentu merugikan bagi banyak pihak, terutama warga miskin Ibu Kota yang serba kekurangan.

Hidup dalam ketidakberdayaan

Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Eny Rochayati mengatakan, masyarakat yang tinggal di kampung-kampung Jakarta, salah satunya di Jakarta Utara, kini hidup dalam ketidakberdayaan.

Warga bertahan tanpa nafkah hingga ada yang meninggal sesak napas tanpa teridentifikasi secara medis penyebab kematian tersebut.

”Kejadian kematiannya tinggi sekali. Setiap hari, ada kematian, paling tidak itu dua orang. Gejalanya sama, sesak napas,” kata Eny, dilansir dari Kompas.id.

Mereka yang meninggal itu ada yang hanya bertahan di rumah hingga mengembuskan napas terakhir. Sebagian warga meninggal setelah ditolak rumah sakit karena kapasitas ruang perawatan penuh.

Salah satunya dialami kerabat Eny yang selama 10 hari menderita sakit kepala, lambung, dan sesak napas.

Kerabatnya yang juga bagian dari pengurus JRMK itu mencari rumah sakit di berbagai tempat. Ia sempat diterima di salah satu rumah sakit di wilayah Penjaringan dan ditempatkan di tenda darurat.

Hanya saja, ia tidak mendapat banyak pelayanan kesehatan sehingga dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya. Dalam perjalanan pulang itu, kerabat Eny meninggal, tepatnya pada 7 Juli 2021.

Satu per satu warga meninggal saat isolasi mandiri

Menurut Eny, warga yang menderita sakit sebagian memutuskan bertahan di rumah tanpa mengakses layanan kesehatan karena ada ketakutan tersendiri apabila menjalani tes usap.

Bagi warga, jika sakit dan dipastikan positif Covid-19, itu berarti mereka harus menjalani perawatan di rumah sakit dan tak bisa bertemu keluarga.

”Ada ketakutan, kalau ketika mereka berobat di rumah sakit, lalu swab dan misalnya dinyatakan positif karena kondisinya parah, berarti harus dirawat di rumah sakit. Itu menjadi ketakutan mereka karena mereka menganggap itu hari terakhir mereka melihat keluarganya,” kata Eny.

Sebagian warga memutuskan bertahan di rumah tanpa menjalani tes usap. Sayangnya, sebagian dari mereka yang bertahan di rumah itu lalu tak tertolong dan meninggal.

Di wilayah RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, saat ini ada 48 keluarga yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah setelah dinyatakan Covid-19.

Warga yang menjalani isolasi mandiri dan tiba-tiba mengalami perburukan dan butuh rujukan ke rumah sakit kesulitan untuk mendapatkan layanan ambulans.

”Ada warga yang sampai sesak napas, kami angkut pakai becak. Susah akses ambulans. Saya coba telepon ke rumah sakit supaya dapat ruang di ICU (tapi belum dapat juga) sampai akhirnya meninggal dunia,” kata Ketua RW 019 Kelurahan Tugu Utara, Ricardo Hutahean.

Di RW Ricardo, sudah tiga orang yang meninggal saat isolasi mandiri. Mereka meninggal akibat terjadi perburukan tiba-tiba karena terlambat atau sama sekali tak mendapat pertolongan medis.

Krisis tabung oksigen

Tak sedikit dari warga yang menjalani isolasi mandiri juga butuh bantuan pernapasan dari tabung oksigen.

Upaya menolong warga yang menderita sesak napas dengan bantuan tabung oksigen ini juga tak mudah dilakukan.

Eny dalam minggu ini mencoba membantu warga yang membutuhkan oksigen setelah berhasil mendapatkan pinjaman tabung dari aktivis kemanusiaan, Sandiyawan Sumardi. Namun, untuk mengisi oksigen pun sangat sulit.

”Kami sudah dapat link dari mana-mana. Tapi saat coba dilacak oleh keluarga, tidak ada, semua kosong. Lalu, ketika dapat oksigen, antrenya seharian. Bisa dibayangkan, orang dalam keadaan sesak napas menunggu oksigen sampai seharian, padahal hitungan menit saja sudah megap-megap,” kata Eny.

Di wilayah padat penduduk Penjaringan, satu tabung oksigen yang didapatkan dari Sandiyawan digunakan bergilir oleh warga setempat.

Jelas saja, satu tabung itu sama sekali tak cukup untuk melayani kebutuhan orang-orang yang menderita sesak napas.

Saat satu warga masih menggunakan tabung itu, warga lain juga mengiba mendapatkan giliran karena mengalami sesak napas. ”Sementara banyak yang teriak, butuh tabung,” katanya.

Dari berbagai kejadian yang terjadi pada warga di kampung-kampung Jakarta itu, JRMK berharap kepada pemerintah untuk tak sekadar mengutamakan sosialisasi dan penegakan hukum PPKM darurat.

Warga miskin kini membutuhkan solusi konkret dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ekonomi, sosial, dan persoalan kesehatan yang mendera warga.

”Orang sehat itu karena makan. Kita diminta tidak ke mana-mana untuk memutus mata rantai penularan. Tetapi, kebutuhan kita tidak dipenuhi. Jadi mesti imbang, yang sakit ditolong, yang sehat juga ditolong,” ucap Eny lagi.

(Penulis: Stefanus Ato | Editor: Neli Triana)

Artikel di atas telah tayang di Kompas.id dengan judul "Warga Miskin Ibu Kota Bertahan dengan Secuil Asa dan Sedikit Nafkah".

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/15/05300031/di-tengah-keterbatasan-satu-per-satu-warga-miskin-jakarta-meninggal-saat

Terkini Lainnya

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke