Salin Artikel

Dua Minggu PPKM Darurat, Mobilitas Menurun tapi Kasus Covid-19 Masih Tinggi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali sudah terlaksana selama lebih dari dua minggu. Harapannya, pembatasan ini dapat menekan laju penularan Covid-19 di tengah masyarakat.

Hanya saja, data yang ada menunjukkan bahwa pertumbuhan kasus Covid-19 tidak kunjung surut secara signifikan.

Kompas.com merangkum sejumlah data terkait mobilitas dan pertumbuhan kasus Covid-19 di DKI Jakarta selama PPKM Darurat di sini:

Penurunan mobilitas

Otoritas mengklaim telah terjadi penurunan mobilitas kendaraan yang cukup signifikan dengan diberlakukannya penyekatan di 100 titik di Ibu Kota dan sekitarnya pada Kamis (15/7/2021).

Awalnya, terdapat 35 titik yang disekat kemudian naik menjadi 75 dan akhirnya 100 titik setelah beberapa kali evaluasi.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan pada Jumat (16/7/2021), telah terjadi penurunan mobilitas hingga 50 persen jika dibandingkan dengan hari sebelumnya.

“Dibandingkan dengan kemarin, sekarang landai. Kalau kita melihat google traffic di aplikasi, hari ini turun sekitar 40-50 persen,” ujar Yusri.

100 titik penyekatan PPKM Darurat meliputi 19 titik di dalam kota, 15 titik di tol, dan 10 titik di batas kota. Selanjutnya, 29 titik di daerah penyangga Ibu Kota seperti Bekasi, Depok dan Tangerang serta 27 titik di ruas Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta.

Sepanjang penyekatan, petugas akan memeriksa dokumen wajib yang perlu dibawa pengendara. Selama PPKM, hanya pekerja sektor kritikan dan esensial yang diperbolehkan untuk melakukan mobilitas, ditandai dengan Surat Tanda Registrasi Pekerja (STRP) dan atau kartu identitas.

Sementara itu, di sektor transportasi, juga tampak adanya penurunan mobilitas penumpang yang signifikan.

Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengatakan, terdapat penurunan jumlah penumpang KRL hingga 43 persen selama penerapan PPKM darurat.

”Selama penerapan PPKM darurat, volume pengguna KRL terus berkurang. Sejak 3 Juli hingga 15 Juli, KRL commuter line melayani 2.351.025 orang atau rata-rata 180.848 orang per hari. Angka ini berkurang hingga 43 persen dibandingkan sebelum penerapan PPKM darurat yang mencapai 4.146.318 orang atau rata-rata 318.948 orang per hari,” kata Anne dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas, Sabtu (17/7/2021).

Kasus masih tinggi

Tren peningkatan kasus Covid-19 terus meningkat di tengah pelaksanaan PPKM darurat di Jakarta. PPKM darurat berlangsung sejak 3 Juli dan direncanakan berakhir pada 20 Juli.

Penambahan kasus harian bahkan mencapai puncaknya pada 12 Juli 2021 dengan 14.619 kasus baru, setelah sebelumnya bertahan di angka sekitar 13.000 selama empat hari berturut-turut.

Meski menunjukkan pengurangan kasus beberapa hari setelahnya, yakni pada 13 hingga 18 Juli 2021, angka penularan bisa dibilang masih tinggi.

Pada 18 Juli, terdapat 9.128 penambahan kasus Covid-19, atau tidak jauh berkurang dibanding angka 9.702 yang dicatatkan pada hari pertama penerapan PPKM darurat.

Epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani menyebut, kondisi kasus yang masih melonjak disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari adanya varian baru hingga kemungkinan masyarakat yang sudah mulai abai dengan protokol kesehatan.

"Tapi yang pasti adalah upaya apapun harus dilakukan untuk bisa menekan semaksimal mungkin penyebaran kasus covid-19," ungkapnya saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (16/7).

Jika kasus tak segera dikendalikan pastinya akan berimbas pada semakin sulitnya Indonesia untuk mengendalikan pandemi yang sudah 15 bulan berlangsung.

Melihat bahwa tren peningkatan kasus masih ada, Laura menyimpulkan PPKM Darurat saat ini belum dapat dikatakan efektif sehingga perlu dilakukan pengetatan yang lebih masif dan berdampak.

"[Perpanjangan] Betul, harus dilakukan agar kasus tidak semakin melonjak. Karena mengurangi mobilitas termasuk kunci," ujarnya.

(Kompas.com, Aprida Mega Nanda/ Kompas, Aguido Adri/ Kontan.co.id/ Ratih Waseso)

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/19/15310131/dua-minggu-ppkm-darurat-mobilitas-menurun-tapi-kasus-covid-19-masih

Terkini Lainnya

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke