Salin Artikel

Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa oleh Satpam GBK Diselidiki Polisi

Dugaan pengeroyokan itu telah dilaporkan ke polisi dan tengah diselidiki Polres Metro Jakarta Pusat. Pihak pengelola GBK mengakui adanya pemukulan oleh satpam tetapi membantah terjadinya pengeroyokan.

Versi Korban

Korban bernama Zaelani menceritakan kronologi kejadian itu saat dihubungi Kompas.com, Senin (2/8/2021).

Ia menjelaskan, kedatangannya ke GBK untuk bertanya terkait sertifikat vaksinasi Covid-19 dosis kedua yang tak kunjung bisa diakses melalui aplikasi Peduli Lindungi. Padahal ia telah menjalani vaksinasi kedua di GBK pada 31 April lalu.

"Sertifikat vaksinasi pertama saya ada di aplikasi, kok yang kedua enggak ada. Akhirnya saya inisiatif nelepon hotline 119 dan saya diarahkan ke tempat saya vaksin, yaitu di GBK," kata Zaelani.

Berdasarkan arahan petugas call center itu, Zaelani pun mendatangi GBK pada Jumat pekan lalu. Namun sesampainya di Pos V GBK, Zaelani dilarang satpam untuk masuk.

Satpam itu beralasan hanya peserta vaksinasi yang hari itu mendapat jadwal vaksin yang diperkenankan untuk masuk.

Ia pun diarahkan satpam itu ke Pos II, namun rupanya itu adalah vaksinasi untuk pengemudi ojek online.

Akhirnya, ia diarahkan kembali ke Pos V. Namun ia tetap dicegat oleh dua orang satpam yang menjaga akses masuk.

Akhirnya terjadi perdebatan antara Zaelani dan kedua satpam itu. Zaelani ngotot hendak menemui panitia vaksinasi karena ia telah mendapat arahan dari petugas call center 119. Namun Satpam juga ngotot melarang Zaelani masuk karena area di dalam dikhususkan untuk peserta vaksinasi yang telah terjadwal.

"Disitu kami adu argumen. Akhirnya dua satpam itu memanggil temannya 5-6 orang. Kaos di situ, akhirnya kejadian pemukulan," kata Zaelani.

Zaelani tak ingat berapa orang satpam yang memukulinya karena situasi sudah kacau. Saat itu, ia hanya berupaya kabur. Namun, satpam-satpam itu mengejarnya hingga tertangkap. Zaelani pun langsung digiring ke pos satpam.

"Di sana saya kembali mendapat intimidasi, disuruh teken surat damai," ujar mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Jakarta itu.

Karena dalam keadaan tertekan, Zaelani meneken surat damai itu.

Akibat insiden pengeroyokan itu, Zaelani mengalami luka-luka. Ia telah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pasca-kejadian.

Berdasarkan resume medis dari RS, ia menderita luka cukup parah pada wajahnya, mulai dari luka memar hingga pembengkakan. Pelipis matanya juga mengalami luka robek yang harus dijahit.

Darah bercucuran cukup banyak dari wajahnya saat kejadian. Zaelani juga mengaku masih mengalami trauma.

Versi GBK

Kompas.com telah meminta penjelasan pihak pengelola GBK terkait pernyataan Zaelani.

Pihak pengelola GBK mengakui adanya insiden pemukulan oleh satpam. Namun GBK enggan menyebut insiden itu sebagai pengeroyokan.

Kepala Divisi Humas GBK Dwi Putranto mengatakan, insiden pemukulan itu terjadi karena satpam berupaya membela diri. Ia menyebut, Zaelani itu berupaya menyerang lebih dulu.

Ia menyebutkan, ricuh itu bermula saat Zaelani tiba di Pos V GBK pada Jumat siang. Kepada satpam yang bertugas, Zaelani menjelaskan bahwa ia hendak menuju Istora Senayan untuk bertanya perihal sertifikat vaksin dosis kedua yang belum diterimanya.

Satpam itu sudah menjelaskan bahwa di Istora Senayan tak ada kegiatan vaksinasi. Kegiatan vaksinasi hari itu hanya ada di Tennis Indoor dan hanya peserta vaksinasi yang boleh masuk.

Satpam itu pun melarang Zaelani masuk ke kompleks GBK karena aturan terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

"Akhirnya dia emosi si pengunjung ini. Mau coba lakukan perlawanan ke petugas kami. Secara reflek petugas kami membela diri mukul. Yang tadinya mau dipukul jadi mukul duluan," kata Dwi.

Dwi membantah terjadi pengeroyokan karena menurut dia pemukulan hanya dilakukan sekali oleh satu orang satpam saja. Setelah pemukulan itu, tiga orang satpam membawa Zaelani ke posko untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

"Jadi bukan pengeroyokan. Di posko juga gak diapa-apain lagi," kata Dwi.

Ia membantah satpam yang turun tangan sampai enam orang.

Dwi juga membantah ada intimidasi yang dilakukan oleh satpam ke Zaelani untuk tidak memperpanjang masalah ini.

"Saat di posko itu satpamnya cuma nanya ini mau diterusin atau gimana. Kalau mau diterusin diantar ke pos polisi. Tapi saat itu dia lebih memilih damai," ucap Dwi.

Meski tak ada pengeroyokan, Dwi memastikan satpam yang telah melakukan pemukulan itu tetap diproses dan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.

"Kalau sanksinya dari pihak vendor kami," ujarnya.

Diselidiki Polisi

Sehari usai peristiwa penganiayaan itu, Zaelani membuat laporan ke Polres Metro Jakarta Pusat.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Wisnu Wardhana membenarkan pihaknya sudah menerima laporan tersebut. Laporan tersebut teregistrasi dengan Nomor: LP/B/997/VII/2021/SPKT/Polres Metro Jakarta Pusat/Polda Metro Jaya.

"Benar sudah dterima laporannya, sementara kami tindaklanjuti dan dalam proses," kata Wisnu.

Korban melaporkan sejumlah satpam yang menganiaya dengan pasal 170 KUHP terkait pengeroyokan dan 351 KUHP terkait penganiayaan.

Wisnu menyatakan, sejauh ini pihaknya sudah menindaklanjuti kasus ini dengan keterangan korban selaku pelapor.

"Sudah diminta keterangan pelapornya," kata Wisnu.

Polisi juga akan memeriksa satpam yang diduga menganiaya dan mengeroyok korban. Namun Wisnu belum bisa memastikan kapan pemeriksaan akan dilakukan.

"Sementara proses ya," kata dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/03/08431301/dugaan-pengeroyokan-mahasiswa-oleh-satpam-gbk-diselidiki-polisi

Terkini Lainnya

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke