Salin Artikel

PTM Terbatas, Guru SMAN 1 Tangerang Merasa Canggung Bercampur Senang Bertemu Siswa

TANGERANG, KOMPAS.com - Uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SMAN 1 Tangerang, Kota Tangerang, baru berlangsung untuk kali pertama pada Senin (6/9/2021) ini.

Pelaksanaan uji coba PTM terbatas di SMAN 1 Tangerang yang diikuti oleh siswa kelas 12 itu berlangsung mulai pukul 08.00 WIB-11.00 WIB.

Saat kembali mengajar dengan skema PTM, seorang guru di SMA tersebut mengaku senang bercampur canggung.

Guru sejarah Indonesia, Yuni Septiani, merasa canggung saat mengajar secara langsung lantaran lupa dengan nama-nama muridnya.

Maklum, guru sejarah itu sudah lama tak melihat murid-muridnya secara langsung.

"Karena sudah satu tahun setengah mengajar virtual. Wajah mereka semakin melar, semakin sehat di rumah, ada perubahan wajah, apalagi pakai masker," paparnya saat ditemui di SMAN 1 Tangerang, Senin.

"Saat presensi tadi kurang dekat kalau tidak hafal nama, jadi canggung lagi," imbuh dia.

Tak hanya itu saja, Yuni juga masih harus beradaptasi dengan cara dia mengajar di sekolah yang mengaruskannya menulis materi di papan tulis.

Karena selama ini mengajar via daring, dia mengaku jarang menulis menggunakan tangan.

Menurut dia, hal tersebut menjadi salah satu kesulitan yang dialami saat mengajar secara langsung.

"Adaptasi lagi ya memang. Saya mulai kembali belajar menulis di papan tulis. Karena sudah tidak terlatih, tulisan saya memang tidak terlalu jelas," urai Yuni.

Kendati demikian, dia merasa senang dapat mengajar dan bertemu langsung dengan muridnya.

Murid-muridnya menunjukkan antusiasme yang tinggi saat mengikuti pelajaran di kelas.

Yuni juga merasa ada perbedaan yang cukup terasa saat mengajar secara langsung jika dibandingkan mengajar secara daring.

"Alhamdulillah anak-anak antusias ya, karena mungkin mereka sudah jenuh melakukan online terus. Sekarang mereka gembira dan menerima dengan baik ya. Saya mengajarnya juga mengalir dengan baik," paparnya.

"Bedanya sangat jauh ya. Kalau virtual kan terbatas, tidak ada kemistri dengan anak, tidak ada kontak langsung, sehingga terbatas. Kalau ini, anak itu baru sedikit enggak paham, bisa langsung tanya," sambung dia.

Yuni turut mengaku lebih nyaman mengajar secara langsung.

Pasalnya, meski telah mengajar via daring cukup lama, dia masih gagap teknologi (gaptek).

Saat mengajar secara langsung, kata dia, penggunaan teknologi teknologi dapat diminimalisasi.

"Di sini kan enggak terlalu menggunakan teknologi. Jadi langsung, manual, walaupun teknologi memang harus kita kejar ya," ujar Yuni.

Untuk menunjang penerapan PTM, Yuni telah menerima vaksin Covid-19 sebanyak dua kali.

Dia berharap penerapan uji coba PTM itu dapat berjalan dengan lancar.

"Ya semoga ke depannya dapat lancar, bisa semua angkatan yang ikut belajar di sekolah, dan mentransfer ilmu lebih lancar lagi," ucapnya.

Ada beberapa protokol kesehatan yang harus diikuti para muridnya, seperti siswa wajib membawa air minum masing-masing dari rumah.

Siswa diwajibkan membawa air minum sendiri lantaran kantin di sekolah itu ditutup selama PTM.

Selain itu, siswa juga wajib membawa alat tulis masing-masing, dan sebelum berangkat sekolah wajib sarapan terlebih dahulu.

Siswa dan guru di SMA tersebut juga diimbau untuk tidak berangkat ke sekolah atau pulang ke rumah menggunakan transportasi umum.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/09/06/13104741/ptm-terbatas-guru-sman-1-tangerang-merasa-canggung-bercampur-senang

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke