Salin Artikel

Sanitasi Buruk di Tengah Gemerlap Jakarta, Warga Buang Tinja ke Kali

Data terbaru, ada 554 keluarga di wilayah Ciracas yang belum memiliki tangki septik.

"Masih sekitar 544 keluarga yang belum punya septic tank. Jamban di atas kali (WC helikopter) sudah enggak ada. Jambannya di dalam rumah," kata Camat Ciracas, Mamad, Rabu (17/11/2021).

Merasa tak bersalah

Dari 544 keluarga di Kecamatan Ciracas yang belum punya tangki septik, paling banyak di Kelurahan Rambutan. Sekretaris Kelurahan Rambutan, Suhartono mengatakan, ada sekitar 237 keluarga di wilayahnya yang belum memiliki tangki septik. Mereka tersebar di RW 001, 002, 003, 004, 005, dan 006.

Kotoran dari rumah-rumah warga itu dibuang langsung ke aliran Kali Cipinang atau Kali Sura.

Menurut Suhartono, banyak warga yang merasa tak bersalah meski telah melanggar Peraturan Daerah DKI Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

"Mereka enggak merasa salah. (Padahal) itu kan termasuk pencemaran," kata Suhartono.

Dia menambahkan, banyak anak di wilayah itu menderita gatal-gatal akibat kotoran atau tinja yang langsung dibuang ke kali.

Dia mencontohkan, warga pelihara ayam dan ayam-ayam itu tidak dikandangkan. Ayam peliharaan itu main di kali. Ayam kemudian naik ke halaman rumah dan berbaur dengan anak-anak.

"Banyak itu yang gatal-gatal karena punya ayam. Ayam itu jalan-jalan ke kali, terus habis itu ke teras rumah. Anak-anak main di situ, jadi gatal-gatal," kata Suhartono.

Suhartono mengemukakan, kejadian seperti merupakan hal biasa dan sudah berlangsung lama.

"Orang-orang kan enggak sadar ya kalau itu salah," ujar Suhartono.

"Yang enggak punya septic tank ini kebanyakan orang mampu. Sedikit yang tidak mampu," ujar Sarino.

Bahkan, ujar Sarino, ada salah satu perusahaan home industriy di Rambutan yang juga tidak memiliki tangki septik.

"Ada juga pabrik tahu, karyawannya banyak, mereka langsung buang ke kali," ucap Sarino.

"Kemarin kami survei dan nyata, mereka nggak punya septic tank," kata dia.

Jadi kebiasaan

Sarmili (65), warga Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, termasuk yang tidak memiliki tangki septik di rumahnya.

"Kami ya ngikutin orang-orang saja. Kalau warga di pinggir kali, kalau ditanyain ya hampir semuanya (nggak punya septic tank), jangan cuma saya," kata Sarmili saat ditemui di RT 014 RW 006 Rambutan, Rabu kemarin.

Sarmili mendirikan rumahnya di Rambutan tahun 1982. Dulu, kata dia, rumah di pinggir kali tidak sebanyak sekarang.

"Saya kan bangun rumah tahun 1982. Baru satu hingga dua rumah yang di pinggir kali," ujar Sarmili.

Sarmili masih menunggu kelanjutan program dari Kecamatan Ciracas soal penataan "wc helikopter" atau jamban.

"Tempo hari sudah ada, cuma enggak ada kelanjutannya. Mau buat di mana aja boleh," ujar Sarmili.

Penataan jamban tersendat

Suhartono tidak menampik, program penataan jamban di wilayahnya terhambat karena pandemi Covid-19.

"Selama pandemi Covid-19 memang tertunda," kata Suhartono.

Pihaknya kini berupaya menggandeng program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan untuk merampungkan program tersebut.

Rencana terdekat, warga yang memiliki kontrakan tetapi belum memiliki tangki septik, akan diimbau untuk membangun tangki septik.

"Kami akan mengumpulkan orang-orang yang punya kontrakan. Kadang kontrakannya di sini, tapi yang punya enggak ada di tempat," ujar Suhartono.

Sementara itu, Mamad mengatakan, program penataan jamban di Ciracas yang digagas sejak awal 2020 itu hingga kini masih berproses.

"Yang dari PD PAL Jaya masih berproses, tapi ada kendala apa saya belum tahu," kata Mamad.

"Yang dari Kementerian (PUPR) ada, cuma administrasi masih belum selesai," ujar Mamad.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/18/08491731/sanitasi-buruk-di-tengah-gemerlap-jakarta-warga-buang-tinja-ke-kali

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke