JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah masyarakat yang dinyatakan terkonfirmasi Covid-19 varian Omicron di DKI Jakarta bertambah setiap hari.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, terdapat 720 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi varian Omicron.
Dari jumlah itu, 21 persen atau sebanyak 153 kasus merupakan penularan transmisi lokal atau penularan yang terjadi di wilayah DKI Jakarta.
Sisanya, 78,8 persen atau 567 kasus dibawa oleh pelaku perjalanan luar negeri yang terkonfirmasi positif Covid-19 saat tiba di Indonesia.
Transmisi lokal Omicron yang sebelumnya sangat sedikit mulai merangkak naik menyaingi angka kasus Covid-19 varian Omicron dari penularan impor.
Bom waktu Omicron
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, pelacakan kasus yang lemah menjadi sebuah ancaman akan merebaknya kasus Covid-19 varian Omicron di Jakarta.
Menurut dia, hal itu setelah melihat sejumlah kasus di kota negara lain yang memiliki kemampuan testing, tracing, dan treatment (3T) tapi tetap saja banyak terdeteksi kasus Omicron.
"Saya ingin ingatkan, ketika kita gagal mendeteksi. itu kita menyimpan bom waktu masalah, baik jangka pendek dan panjang," kata Dicky saat dihubungi, Senin (17/1/2022).
Ada persoalan jangka pendek dan panjang yang akan terjadi saat proses 3T lemah. Sebab, sekitar 90 persen orang terpapar Omicron tak mengalami gejala.
Masyarakat yang tak merasakan sakit diduga karena tubuhnya sudah memiliki imunitas setelah vaksinasi atau pernah terinfeksi.
"Jangka pendek dalam artian dia tetap terdampak kesehatan dalam tubuhnya karena tidak ketahuan status (Omicron) ini membuat dia akhirnya berpotensi besar menularkan pada orang sekitar," kata Dicky.
Hal sangat membahayakan apabila seorang yang terpapar tanpa mengalami gejala dapat menularkan orang berusia lanjut (lansia), bahkan termasuk dalam komorbid.
"Pada gilirannya cepat atau lambat akan menularkan pada kelompok berisiko tinggi meski sudah divaksinasi tapi karena berisiko tinggi, misal dia lansia, komorbid akhirnya juga membebani faskes, masuk ICU atau meninggal," ucap Dicky.
Puncak Omicron Februari 2022
Dicky pun memprediksi lemahnya upaya 3T akan menjadi pemicu penyebaran kasus Covid-19 akibat varian Omicron di Jakarta yang akan terus terjadi hingga beberapa waktu ke depan.
Dicky memprediksi puncak kasus Omicron di Ibu Kota diprediksi akan terjadi pada Februari 2022.
"Ini Jakarta belum puncaknya. Kemungkinan Februari 2022 ini (puncak kasus Omicron) di Jakarta dan daerah luar Jakarta terutama luar Jawa paling lambat Maret 2022," katanya.
Dicky mengatakan, puncak kasus Omicron diprediksi akan terjadi dalam waktu dekat karena penularannya yang cepat namun orang yang terpapar tak mayoritas tak mengalami gejala.
Seseorang tak dapat terdeteksi terpapar Covid-19 varian Omicron kalau tidak dilakukan pelacakan kasus.
"Sehingga ada dua amplikasi dari tidak gejala ini adalah pertama umumnya tidak terdeteksi. Kedua, ini yang membuat ledakan cepat tanpa diketahui," ucap Dicky.
Percepat pelacakan kasus
Menurut Dicky, Pemprov DKI Jakarta dalam waktu dekat ini harus mempercepat pelacakan kasus masyarakat terpapar Omicron.
Sebab, kata Dicky, Jakarta merupakan indikator situasi paparan Covid-19 maupun varian baru dalam skala nasional.
"Ketika Jakarta buruk, Indonesia memburuk. Ketika Jakarta baik, Indonesia membaik," kata Dicky.
Dicky mengatakan, percepatan pelacakan kasus bukan berarti Omicron hanya merebak di Jakarta, tapi kelengkapan fasilitas dan kapasitas dapat dimanfaatkan.
"Bukan berarti penyebabnya itu Jakarta, tapi indikator ini terjadi akibat Jakarta memiliki kapasitas paling memadai dan mumpuni menemukan atau mendeteksi kasus," pungkas Dicky.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/01/18/10092601/kala-jakarta-simpan-bom-waktu-omicron-akibat-3t-yang-lemah