JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta rencananya akan menerapkan tarif terintegrasi untuk transportasi umum, yakni sebesar Rp 10.000. Hal ini disambut baik oleh warga.
Siska, warga Lebak Bulus di Jakarta Selatan, mengatakan bahwa tarif baru tersebut akan menghemat biaya operasional yang bisa ia keluarkan untuk bekerja di wilayah Pasar Baru, Jakarta Pusat.
"Saya setuju, bagus, jadi lebih murah," kata dia saat ditemui di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (17/3/2022).
Siska mengatakan, sehari-hari, dia biasanya merogoh kocek hingga Rp 17.500 untuk biaya transportasi ke tempat kerja. Siska menaiki MRT dan bus Transjakarta.
Siska sebenarnya bisa menggunakan bus Transjakarta saja dengan mengeluarkan biaya yang jauh lebih murah, yakni Rp 3.500. Namun, waktu yang dia perlukan untuk sampai di tempat kerja jauh lebih lama.
"Kalau Transjakarta (saja) butuh waktu lebih dari satu jam, tapi kalau naik MRT bisa 45 menit," kata dia.
Ria, warga Kebon Jeruk di Jakarta Barat, setuju dengan wacana penerapan tarif terintegrasi tersebut.
"Sekali-sekali mungkin bisa ke Jakarta Selatan dengan tarif lebih murah dan cepat," kata dia.
Zain, warga Pejaten Barat di Jakarta Selatan, mengatakan Pemprov DKI perlu memperbaiki layanan transportasi terlebih dahulu sebelum mengurus tarif terintegrasi tersebut.
Dia khawatir, dengan tarif yang lebih murah, aspek pelayanan dan keselamatan semakin tak terurus.
"Jadi layanan diperbaiki dulu, baru digabungin, kalau sudah bagus kan jadi nyaman," kata dia.
Tarif terintegrasi tersebut rencananya akan diputuskan bulan Maret 2022. Saat ini, pihak DPRD masih mengkaji rencana tersebut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/17/19374541/tarif-transportasi-umum-di-jakarta-akan-terintegrasi-jadi-rp-10000-warga