Akibatnya, siswa tersebut menjalani operasi untuk mengganti kornea matanya.
"Siswa kami akan mengalami kebutaan bahkan ganti kornea," kata Purwatiningsih, Senin (21/3/2022).
Dia mengaku tidak mengetahui debu apa yang masuk ke mata sang murid. Namun, dia menduga bukan debu biasa karena dampak yang ditunjukkan sangat parah dan fatal.
Menurut dia, murid yang terkena paparan debu tersebut juga tiba-tiba memiliki penyakit asma, padahal sebelumnya sehat.
Penyakit asma itu menggagalkan operasi mata kedua yang harus dilalui murid tersebut.
"Operasi kedua pengambilan benang karena kendur dan itu gagal karena dia punya asma, padahal selama ini tidak punya asma," ujar Purwatiningsih.
Saat ini, kondisi murid tersebut masih terus dipantau oleh tim medis setelah menjalani operasi transplantasi kornea.
Jika kornea pengganti tidak cocok, kata Purwatiningsih, maka kornea tersebut harus diganti lagi.
"Dan itu pakai biaya sendiri," kata dia.
Lebih lanjut Purwatiningsih mengaku tidak tahu bagaimana kondisi murid-murid lain dan para guru di sekolah satu atap itu apabila kesehatannya dicek.
Namun, jika ada screening sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan sejak awal, pihaknya bersedia melakukan hal tersebut.
"Karena memang kami hirup. Jelas kami kurangi aktivitas di luar, pembelajaran tatap muka (PTM) tetap dilaksanakan, memang itu sudah aturan 50 persen di sekolah. Mau bagaimana kami harus ikuti aturan, kalau tidak, kasihan anak-anak. PJJ saja banyak kekurangan," ucapnya.
Diketahui, debu batu bara itu berasal dari aktivitas PT Karya Citra Nusantara (KCN) di kawasan Marunda.
Polusi debu batu bara itu membuat kesehatan warga di area Rusun Marunda terganggu. Gangguan kesehatan yang dialami antara lain infeksi saluran pernapanas akut (ISPA) dan gatal-gatal.
Atas pencemaran yang dilakukan, PT KCN sudah mendapatkan sanksi dari Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/21/15305231/sekolah-tercemar-debu-batu-bara-siswa-sdn-05-marunda-alami-kerusakan-mata