Larangan itu bikin mudik menjadi sangat dinanti, khususnya untuk umat Islam yang ingin merayakan hari raya Idul Fitri bersama sanak saudara di kampung halaman.
Mudik bisa menjadi perayaan kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa.
Namun tradisi mudik tidak hanya ditunggu mereka yang hendak pulang kampung. Dibolehkannya mudik juga ditunggu para pengais rezeki dari kesibukan masyarakat untuk pulang kampung.
Salah satunya adalah porter, pekerja yang membantu membawa barang bawaan para pemudik.
Tarno, salah satu porter yang bekerja di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, mengaku bersyukur dengan adanya aktivitas mudik lagi.
Saat ditemui Kompas.com, Minggu (24/4/2022), Tarno bersama rekan-rekannya menggunakan seragam polo berkerah dengan warna merah dan setelan celana bahan hitam mengkilap.
"Alhamdulillah, akhirnya diizinkan (mudik) sekarang. Jadi ramai, bisa mencukupi kebutuhan keluarga," ucap Tarno.
Kepada Kompas.com, Tarno menuturkan, saat mudik dilarang pekerjaannya sebagai porter tak mencukupi kebutuhan hidup istri dan tiga anaknya di rumah.
Pria yang tinggal di sekitaran Gondangdia, Jakarta Pusat ini mengaku harus bekerja serabutan.
Dia sempat menjadi buruh bangunan dan tukang kebun.
"Pokoknya siapa yang butuh tenaga saya, apa aja saya kerjain biar nutupin kebutuhan keluarga," ucap dia.
Selama 30 tahun menjadi porter atau sejak 1992 Tarno tidak pernah merasakan pendapatannya seseret dua tahun belakangan atau saat pandemi melanda dunia, termasuk Indonesia.
Tarno mengatakan, pengurangan pendapatan saat itu berkurang hampir 90 persen. Terutama saat awal pandemi terjadi.
Namun Tarno enggan menyebut nominal pendapatannya. Dia hanya mengatakan, sebelum pandemi pekerjaan menjadi porter tidak pernah kurang untuk mencukupi keluarganya.
"Cukup, kalau dulu cukup, untuk anak sekolah SD dua, dan istri. Anak saya satu sudah berkeluarga," kata dia.
Kini arus mudik mulai terlihat kembali seperti sebelum pandemi. Seperti Minggu siang, kurang lebih 11 hari sebelum Lebaran tiba, Stasiun Gambir tampak penuh sesak.
Biasanya, Tarno akan mendapat penghasilan lebih dari welas asih para penumpang yang mudik Lebaran. "Bagi-bagi THR," kata dia.
Meski tak tentu juga besarannya, banyak dari penumpang memberikan tip lebih. Jika di hari biasa Tarno bisa mendapat upah Rp 10.000-25.000 untuk sekali mengangkut barang.
Sedangkan saat musim mudik, Tarno mengatakan banyak penumpang yang memberikan rezeki lebih saat membayar upah. Kadang bisa sampai Rp 100.000 hingga Rp 150.000 untuk sekali angkut barang.
Tidak tentu, tapi kata Tarno, "THR" dari penumpang itu sudah bisa memenuhi keinginan buah hatinya yang ingin mengenakan baju Lebaran.
"Kalau saya pakai baju lama enggak papa, yang penting untuk anak, Alhamdulillah bisa (beli) untuk anak," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/04/25/04150091/porter-stasiun-gambir-berharap-thr-dari-kedermawanan-pemudik