Salin Artikel

Penamaan JIS, Brand yang Keren dan Bangga Berbahasa Indonesia

SEORANG kolega dari Malaysia yang sedang berkunjung ke Jakarta dalam rangka program pertukaran mahasiswa mengeluhkan ketiadaan petunjuk jalan berbahasa Inggris di jalan-jalan yang dia telusuri di Jakarta.

Walau banyak kemiripan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu, tetap saja belum cukup membantu. Bahasa Inggris masih dirasa lebih mudah dimengerti baginya.

Ia membandingkan dengan kondisi di negaranya yang terbiasa akrab dengan bahasa Inggris, selain bahasa Melayu sebagai bahasa resmi negara.

Ya, bahasa Inggris telah menjadi keseharian di negara tetangga dekat kita ini. Tak heran jika penduduk Malaysia cukup fasih berbahasa Inggris dengan logat khasnya.

Sementara di Indonesia, walau bahasa Inggris bukan bahasa kedua, apalagi diakui resmi, namun sebagian masyarakat sesungguhnya cukup “fasih” berbahasa Inggris.

Kebiasaan sejumlah orang Indonesia mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris sudah menjadi hal biasa.

Bukan karena tidak ada padanan bahasa Indonesia-nya, tetapi mungkin dirasa lebih keren dan dipandang lebih “berpendidikan” ketimbang menggunakan bahasa Indonesia secara penuh.

Di televisi dan radio, kombinasi bahasa Indonesia dan Inggris sudah hal biasa. Penyiar radio terbilang yang paling getol berbahasa Inggris dan Indonesia setengah-setengah.

Untung saja sejumlah media cetak masih cukup disiplin menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Minimal tidak campur aduk.

Bahkan berupaya mencari dan mensosialisasikan kepada publik padanan kata yang tepat sesuai KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Akrabnya orang Indonesia, dari pejabat negara, figur publik, reporter, pembawa acara, artis hingga orang awam, biasa berbahasa Indonesia campur bahasa Inggris.

Belum lagi ketidakpahaman penggunaan bahasa Indonesia yang suka salah kaprah. Misalnya tidak dapat membedakan kapan menggunakan kata “kita” dengan “kami”. Sungguh bikin runyam.

Selain “fasih” berbahasa Inggris, istilah asing yang sesungguhnya sudah ada padanan Bahasa Indonesia-nya, lebih sering digunakan. Mungkin, sekali lagi, terdengar lebih keren, lebih internasional.

Ironis juga, padahal Bahasa Indonesia diproyeksikan akan menjadi salah satu bahasa internasional.

Terakhir penamaan “Jakarta International Stadium/JIS” menuai kontra lantaran tidak sesuai dengan Undang-Undang No 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

Pasal 36 ayat 3 berbunyi, ”Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.”

Pihak yang pro mengungkapkan penamaan itu akan membuat Jakarta sejajar dengan kota-kota megapolitan lainnya di dunia. JIS terdengar lebih wah ketimbang SIJ (Stadion Internasional Jakarta)? Entahlah.

Kriteria nama brand

Sebagai brand (jenama), nama JIS mungkin lebih menjanjikan ketimbang SIJ. Kotler dan Keller (2016) mengungkapkan enam kriteria nama brand yang dapat menjadi pilihan.

Pertama, mudah diingat. Nama brand yang baik semestinya singkat dan mudah diucapkan sehingga dapat diingat konsumen. Penamaan “JIS” rasanya telah memenuhi syarat itu.

Kedua, memiliki arti. Nama brand yang bagus itu sepatutnya terkait langsung dengan kategori produk. Nama “JIS” hanya sebuah singkatan yang jika berdiri sendiri tidak memiliki arti.

Ketiga, disukai. Nah, penamaan “JIS” terdengar cukup estetik daripada “SIJ”.

Keempat, dapat diterjemahkan. Nama brand yang baik itu dapat diterjemahkan dan memiliki arti yang positif. Nama “JIS” hanya sebuah singkatan dan tidak dapat diterjemahkan.

Kelima, dapat beradaptasi. Brand dapat abadi dan mengikuti perkembangan zaman jika nama tersebut mampu beradaptasi dan terlihat modern. Pihak pro “JIS” pasti setuju nama ini dapat terus beradaptasi dalam dunia yang dinamis.

Keenam, dapat memperoleh perlindungan. Nama brand dapat memperoleh perlindungan HKI karena tidak generik atau berlaku umum.

Tiga kriteria pertama berperan membangun brand, sedangkan tiga berikutnya bersifat defensif dan membantu melestarikan brand ketika menghadapi tantangan zaman.

Terlepas dari itu semua, tampaknya kebanggaan sebagian warga negara Indonesia terhadap bahasa Indonesia patut diragukan, seperti juga kurangnya kebanggaan terhadap brand lokal ketimbang brand asing.

Tanpa bermaksud menyalahkan pihak manapun, momen hari Kebangkitan Nasional mungkin saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk merefleksi rasa kebangsaan yang tercermin dari sikap dan perilaku sehari-hari. Dari bagaimana berbahasa, berkomunikasi, pencantuman nama, dan lain-lain.

Kembali ke keluhan kolega dari Malaysia di awal tulisan ini, dia berpikir orang Indonesia sedemikian disiplin dan bangga dengan bahasa Indonesia sehingga tidak menyisakan ruang untuk bahasa asing sebagai petunjuk jalan. Mungkin ya, barangkali tidak.

Aha, belum tahu dia...

*Frangky Selamat, Dosen Tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/05/13/05450041/penamaan-jis-brand-yang-keren-dan-bangga-berbahasa-indonesia

Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke